jace'sarchive

yang nulis tiga sekamar

'๐—”๐—ก๐—”๐—  ๐—–๐—”๐—ฅ๐—”' โ€“ ๐Ÿฎ๐Ÿฌ/๐Ÿญ๐Ÿฌ/๐Ÿฎ๐Ÿฏ


๐—ก๐—ฎ๐˜‚๐—ณ๐—ฎ๐—น ๐—ฅ๐—ถ๐—ณ๐—ธ๐˜† ๐—ž๐—ถ๐—ฎ๐—ป๐—ฑ๐—ฟ๐—ฎ ๐—ฑ๐—ถ๐—ฎ๐—บ๐—ฏ๐—ถ๐—น ๐—ฑ๐—ฎ๐—ฟ๐—ถ ๐—ป๐—ฎ๐—บ๐—ฎ ๐—น๐—ผ๐—ธ๐—ฎ๐—น๐—ฎ๐—ป ๐—–๐—ต๐—ผ๐—ถ ๐—–๐—ต๐—ฎ๐—ป๐—ต๐—ฒ๐—ฒ ๐—ฑ๐—ถ [https://twitter.com/lokaIantheboyz/status/1294843237224476672/photo/1]

๐—”๐˜†๐˜†๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ ๐— ๐—ฒ๐—น๐—ผ๐—ฑ๐—ถ ๐—ฆ๐˜‚๐—บ๐—ฎ๐—ป๐˜๐˜†๐—ผ ๐—ฑ๐—ถ๐—ฝ๐—ฒ๐—ฟ๐—ฎ๐—ป๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ผ๐—น๐—ฒ๐—ต ๐—ž๐—ถ๐—บ ๐—ฆ๐—ผ๐—ต๐˜†๐—ฒ ๐—”๐—ด๐—ฎ๐˜€๐˜๐—ฎ ๐—–๐—ต๐—ฟ๐—ถ๐˜€๐˜๐—ผ๐—ฝ๐—ต๐—ฒ๐—ฟ ๐—ฆ๐˜‚๐—บ๐—ฎ๐—ป๐˜๐˜†๐—ผ ๐—ฑ๐—ถ๐—ฝ๐—ฒ๐—ฟ๐—ฎ๐—ป๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ผ๐—น๐—ฒ๐—ต ๐—•๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—–๐—ต๐—ฎ๐—ป ๐—ฆ๐˜๐—ฟ๐—ฎ๐˜† ๐—ž๐—ถ๐—ฑ๐˜€


โ€œ๐˜ˆ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ช๐˜ด, ๐˜ต๐˜ข๐˜ฑ๐˜ช ๐˜ต๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ค๐˜ข๐˜ณ๐˜ข. ๐˜‰๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ค๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ด๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ, ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ช ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ด๐˜ช๐˜ฌโ€โ€“ ๐˜ˆ๐˜บ๐˜บ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข ๐˜”๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ฐ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜š๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜บ๐˜ฐ


๐ท๐‘Ž๐‘™๐‘Ž๐‘š ๐˜ฉ๐‘–๐‘‘๐‘ข๐‘ ๐ด๐‘ฆ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘Ž, ๐‘๐‘ข๐‘š๐‘Ž ๐‘Ž๐‘‘๐‘Ž ๐‘‘๐‘ข๐‘Ž ๐‘œ๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘๐‘–๐‘ ๐‘Ž ๐‘๐‘ข๐‘Ž๐‘ก ๐‘‘๐‘–๐‘Ž ๐‘๐‘ข๐‘˜๐‘Ž ๐‘š๐‘ข๐‘™๐‘ข๐‘ก ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘๐‘–๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘Ž. ๐‘Œ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘ก๐‘Ž๐‘š๐‘Ž, ๐ด๐‘”๐‘Ž๐‘ ๐‘ก๐‘Ž ๐ถ๐˜ฉ๐‘Ÿ๐‘–๐‘ ๐‘ก๐‘œ๐‘๐˜ฉ๐‘’๐‘Ÿ ๐‘†๐‘ข๐‘š๐‘Ž๐‘›๐‘ก๐‘ฆ๐‘œ, ๐‘˜๐‘Ž๐‘˜๐‘Ž๐‘˜ ๐‘ ๐‘ข๐‘™๐‘ข๐‘›๐‘”๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž, ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐‘๐‘Ž๐‘ข๐‘“๐‘Ž๐‘™ ๐‘…๐‘–๐‘“๐‘˜๐‘ฆ ๐พ๐‘–๐‘Ž๐‘›๐‘‘๐‘Ÿ๐‘Ž, ๐‘ ๐‘Ž๐˜ฉ๐‘Ž๐‘๐‘Ž๐‘ก๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž ๐‘‘๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘– ๐‘‡๐พ.

Aya, begitu gadis manis ini akrab disapa, jarang sekali mengekspresikan perasaannya pada orang lain. Aya jarang bicara, nggak ada yang tau perasaan yang dirasakan Aya, kecuali Naufal dan Chris, kakak laki-laki Aya. Chris sekarang sudah nggak tinggal di Indonesia. Semenjak orang tua Aya dan Chris bercerai, 6 tahun yang lalu, Aya tinggal sama papa, sememntara Chris ikut mama ke Australia dan tinggal di sana bersama suami baru mama. Pasca perceraian kedua orangtuanya, Aya jadi semakin tertutup dan pendiam. di masa-masa terberat itulah peran Naufal sebagai pilar yang membuat Aya bertahan hidup begitu terlihat.

setelah kedua orang tuanya bercerai, Aya kerap kali dititipkan di rumah Naufal lantaran papa harus pulang malam dan rumah mereka nggak ada pembantu. Kedua orang tua Naufal pun jadi akrab juga dengan Aya. Mereka udah nganggep Aya seperti anak mereka sendiri. Tak jarang Aya berakhir nginep dirumah Naufal karena papa lupa jemput atau emang kerja sampai subuh. Di rumah Naufal ada piano. Piano itulah yang jadi buku harian Aya. Kalau dia nggak mau memberatkan Naufal dengan apa yang ada dalam pikirannya, Aya akan duduk di piano, memainkan lagu-lagu yang dikarangnya sebagai salah satu cara dirinya mencurahkan isi hatinya.

Meskipun saat ini Aya dan Naufal merantau, Aya dan Naufal tidak terpisahkan. contohnya, sore ini. seusai kelas, Naufal bergegas menjemput Aya di gedung FIB untuk menunggu Aya selesai kelas. Aya yang sudah mengenali sosok sahabatnya itu segera berlari menghampiri Naufal.

'Nih, tadi siang sempet balik ke kosan bikin sandwich. lu pasti belom makan kan?' Naufal menyerahkan kantung ๐’›๐’Š๐’‘๐’๐’๐’„๐’Œ ๐’“๐’†๐’–๐’”๐’‚๐’ƒ๐’๐’† yang berisi sandwich telur buatannya pada sang gadis berambut sebahu di hadapannya.

'Makasih,' jawab Aya sembari menerima kantung itu dan membuka isinya. 'Finally,' tukasnya sembari menggigit sandwich itu dengan senyum merekah di wajahnya.

'Pasti tadi lupa makan lagi? emang tugas lu sebanyak itu, Ay?โ€ tanya Naufal sembari berjalan beriringan dengan sahabatnya itu.

'Nggak sih. Tadi gue lupa makan soalnya ada rapat,' jawab Aya sambil mengunyah makanannya. 'sandwichnya enak, fal.'

Naufal tersenyum. 'Ya enak lah siapa dulu yang bikin,' ujarnya sembari membusungkan dadanya.

'Nggak jadi enak kalo gitu,' Aya terkekeh pelan.

'Ah lu mah!' Naufal pura2 ngambek.

'Jelek banget sih kalo ngambek,' Aya menghabiskan sandwichnya sembari mencubit pipi Naufal. gemas akan tingkah sahabatnya yang suka pura-pura ngambek.

Mereka berjalan melewati selasar FIB dan tiba-tiba Aya menghentikan langkahnya dan menarik lengan Naufal supaya cowok itu berhanti. 'Fal, lewat jalan lain bisa ga? gue nggak mau ngelewatin atau papasan sama orang itu,' lirih Aya.

'Kenapa?' Naufal menatap Aya bingung.

'Itu Arrayan anak Sastra Jepang tingkat 2. Gue ga mau ketemu dia, takut,' Wajah Aya memucat. Tanpa Aba-aba, Naufal segera memutar arah mereka berjalan kembali ke lobby dan mencari jalan keluar lewat pintu belakang gedung FIB.

Kenapa Aya takut sama Arrayan? Arrayan ini ga suka sama Aya yang pendiam banget, cenderung nggak pernah bersuara saat kerja kelompok. Dan kerap kali, Arrayan menggoda atau mengganggu Aya. Aya nggak nyaman, tapi nggak pernah bisa mengungkapkan semua itu.

'Ada apa antara lo sama dia, Aya?' tanya Naufal bingung. Aya hanya menggelengkan kepalanya singkat.

'Bukan hal besar, Fal,' jawab Aya sembari membuang muka dan pura-pura menyisir sisi seberang komplek kampus mereka, tempat biasa mereka berdua nongkrong.

'Kalo bukan hal besar, lo ga bakal senggak nyaman tadi, Gue nggak baru ngenal lo, Ayyara,' timpal Naufal sembari menghentikan langkahnya dan menahan langkah Aya dengan menarik tangan sang dara pelan.

'It's okay, Fal.' Kilah Aya. Naufal tau Aya berbohong. Aya nggak terlalu terbuka soal kehidupan kampusnya.

Dia nggak mau Naufal menjadikan event in untuk overthinking dan memusatkan pikirannya untuk jadi ksatria buat dirinya yang lemah ini. ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ, ๐˜ˆ๐˜บ๐˜บ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ข ๐˜ช๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ฐ๐˜ฉ๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ต๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ด ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ต๐˜ช๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ช๐˜ฌ ๐˜ค๐˜ฐ๐˜ฌ๐˜ญ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ญ๐˜ช๐˜ฌ ๐˜•๐˜ข๐˜ถ๐˜ง๐˜ข๐˜ญ. Kalau dia masih kuat, dia akan menahan dirinya buat cerita ke Naufal.

'๐™ˆ๐™–๐™–๐™›๐™ž๐™ฃ ๐™œ๐™ช๐™š, ๐™œ๐™ช๐™š ๐™ฉ๐™š๐™ง๐™ก๐™–๐™ก๐™ช ๐™จ๐™–๐™ฎ๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™จ๐™–๐™ข๐™– ๐™ก๐™ช, ๐™๐™–๐™ก. ๐™œ๐™ช๐™š ๐™ฃ๐™œ๐™œ๐™–๐™  ๐™ข๐™–๐™ช ๐™ก๐™ช ๐™ฉ๐™š๐™ง๐™ช๐™จ ๐™ข๐™š๐™ข๐™ช๐™จ๐™–๐™ฉ๐™ ๐™–๐™ฃ ๐™ฅ๐™ž๐™ ๐™ž๐™ง๐™–๐™ฃ ๐™ก๐™ค ๐™จ๐™–๐™ข๐™– ๐™ฅ๐™ง๐™ค๐™—๐™ก๐™š๐™ข ๐™œ๐™ช๐™š ๐™ฎ๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™จ๐™–๐™ฃ๐™œ๐™–๐™ฉ ๐™ช๐™ฃ๐™ฃ๐™š๐™˜๐™š๐™จ๐™จ๐™–๐™ง๐™ฎ ๐™ž๐™ฃ๐™ž,' Aya berucap dalam hatinya sembari menggenggam tangan Naufal sedikit lebih erat. dan menatap kedua tangan itu lekat-lekat.

'Fal, gue mau ke toko musik dong,' pinta Aya. Ini terapi Aya kalau lagi punya banyak pikiran. dia akan tes pencet-pencet piano di toko musik. Permintaan ini langsung disambut anggukan singkat dari pemilik nama Naufal Rifky Kiandra. Biasanya, seperti nama tengahnya, Aya lebih mudah mengungkapkan kegundahannya lewat melodi dan dentingan piano.

Jadilah mereka berdua memasuki sebuah toko alat musik dan duduk di hadapan sebuah grand piano putih berpelitur mengkilap. ๐‘บ๐’•๐’†๐’Š๐’๐’˜๐’‚๐’š ๐’‚๐’๐’… ๐’”๐’๐’๐’”, begitu tulisan emas yang terukir di penutup piano itu. Piano mahal yang tak bisa dimiliki oleh anak rantau seperti kedua muda-mudi yang tengah duduk di depan piano itu. dalam hitung detik, tangan Aya sudah menari di atas tuts piano mahal itu. dan melodi sedih nan indah terdengar dari dawai piano itu. Bukan lagu klasik yang biasa diajarkan di sekolah atau kursus musik. Bukan pula lagu pop yang biasa didengar di radio. Ini lagu karangan Aya. lagu yang berisi seluruh curhat yang tak pernah keluar dari mulutnya.

Saking asiknya Aya memainkan lagu karangannya, kedua sekawan ini nggak sadar kalau dari tadi orang berdatangan masuk ke toko piano itu untuk mendengarkan permainan piano Aya.

'Ay, banyak yang denger suara hati lo,' Naufal tersenyum sembari membelai rambut sahabatnya. 'Lo selalu bisa curhat sama gue atau cerita lewat musik. make yourself heard, Melodi.' bisik Naufal.


๐ˆ๐• ๐—ž๐—˜.๐—Ÿ๐—”.๐—ก๐—” BAGIAN II ส™ส๏น• Jแด€แด„แด‡


'Let me know tomorrow, Nay,' Aksa nyengir sembari turun dari bangku pengemudi untuk membukakan pintu dan membantu Naya turun dari mobilnya. 'Perlu ketemu sama orang tua Bang Yos?'

'Thank you for today. nggak papa, Laksana,' Naya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. 'Ayah sama Ibu entar malah bingung kalo lo tiba-tiba nongol,' Naya membuka pagar rumahnya. sudah jam 8 malam dan kemungkinan besar Ayah sama Ibu, dan kedua sepupunya itu udah menunggunya di ruang makan.

'Gue balik dulu, Nay,' Aksa berjalan kembali ke mobilnya.

'Aksa,' Naya memberanikan diri memanggil sang adam. Aksa yang dipanggil langsung menoleh, mata mereka bertemu, untuk kesekian kalinya.

Naya berlari menghampiri sang adam dan memeluknya. Aksa nggak punya pilihan, tangannya perlahan merengkuh sang gadis yang kira-kira 20 cm lebih pendek darinya itu. 'badainya akan segera berlalu. gua bersedia jadi payung, kalau lu mau cerita,' Naya berujar, ia masih membenamkan wajahnya yang bersemu kemerahan ke dada bidang Aksa.

'Thank you, Nay. I'll take note on it,' segaris senyum kecil terukir di wajah tampan Aksa. ia kemudian melepas pelukannya. 'Masuk gih, di luar dingin,' ia tersenyum dan mengacak rambut sang dara manis itu.

'Have a good night sleep,' Naya melambaikan tangannya dan beranjak masuk ke pelataran teras rumah yang masih mempertahankan otentisitas khas kolonial milik neneknya itu sementara Aksa menyetir mobilnya menjauh dari rumah yang hanya 4 blok jaraknya dari rumah tersebut.

Naya langsung masuk ke dalam rumah dan mendapati kedua sepupunya, paman serta bibinya sudah menunggunya di ruang tamu. 'Dari mana aja? Mas liat-liat abis dianter cowok,' tanya Teddy dengan wajah jahilnya.

'Laksana itu, Mas. kayaknya abis jalan berdua,' si ganteng Yos nyengir lebar banget seakan habis nemu sasaran buat dijahilin.

'Apaan sih, Kak Yos,' Naya memanyunkan bibirnya sembari menghela napas, capek sama agenda jahil kedua sepupunya itu.

'Lain kali kalo emang lagi mau keluar, Naya kabarin Ayah atau Ibu juga ya, biar kita nggak khawatir,' Ibu tertawa pelan melihat tingkah anak laki-lakinya yang mencecar adik sepupunya.

'Maaf ya, bu. tadinya Naya mau minta jemput sama Kak Yos, tapi Laksana tiba-tiba bilang mau anter,' Naya mengangguk, mengiyakan nasihat dari Ibu. 'Oh iya, Yah, Bu. Besok Naya kan nggak kuliah, mau ke Bogor, lihat makam nenek sekalian jalan-jalan sama Laksana, boleh kan?' Naya minta izin.

'Kalau nggak bolos kuliah ya nggak apa, Nay. Lagi pula Naya sudah lama nggak nyekar,' Ayah mengangguk. 'Apa lagi ditemenin sama cah ganteng,' lagi-lagi Ayah ikutan menjahili keponakan perempuan satu-satunya itu.

'Ih apaan sih kok Ayah ikut-ikutan,' wajah Naya memerah.

'Udah ah, kasian Naya capek pasti. biarin mandi terus istirahat di kamarnya aja,' Ibu menyudahi kejahilan 3 cowok di rumah itu dan mengisyaratkan Naya untuk segera masuk ke kamar yang dulu sempat jadi tempat ia bertumbuh bersama kedua sepupunya itu.


'Nay,' Yos mengetuk pintu kamar Naya. 'Laksana udah nunggu di ruang tamu tuh.'

Naya masih berdiri di depan cermin, memadu-padankan pakaiannya. Hari ini, Naya memutuskan memakai celana jins putih dan sweater rajut biru, dilengkapi dengan sneakers putih dan tas ransel kanvas kecil yang tersampir di pundaknya. setelah memulaskan sedikit make up tipis pada wajahnya, Naya keluar dari kamarnya dan pamitan ke Ayah dan Ibu.

'Yah, Bu, Naya berangkat ya,' Naya berpamitan sambil mengambil setangkup sandwich yang baru saja ditaruh ibu di atas meja makan.

'Om, Tante, Naya sama Laksana berangkat dulu ya,' Aksa turut berpamitan. pagi itu, pemuda bermata sipit itu nampak sangat keren dalam balutan graphic-tee hitam yang dipadankan dengan jins biru tua dengan aksen sobek di dengkulnya, jaket kulit coklat muda dan sepasang sepatu slip-on berwarna putih.

'Nanti jangan lupa makan siang ya,' pesan Ayah.

'Pulangnya jangan malem-malem,' Ted muncul dari balik pintu kamarnya sembari nyengir jahil ke adik sepupunya.

'Mas Teddy,' Naya merajuk sembari memanyunkan bibirnya.

'Udah gih, entar keburu kesiangan, kalian malah ga sempet jalan-jalan,' Ibu berujar, menghantar kedua muda-mudi itu pergi meninggalkan rumah.

seperti kemarin, Aksa membukakan pintu dan membantu Naya masuk ke dalam mobil sebelum duduk di bangku supir dan menjalankan mobilnya. yang beda, pagi itu, Aksa membuka pintu belakang mobilnya dulu, mengambil sebuah buket berisi bunga fresia, bunga kesukaan Naya, dan menyerahkannya pada gadis itu. Naya menerima bunga itu dan tersenyum manis pada pria yang akhirnya duduk di sampingnya dan mengemudi mobilnya menuju destinasi pertama mereka.

'Gue boleh suka sama lo nggak, Nay?' tanya Aksa memecah keheningan perjalanan mereka menuju ke Bogor.

Naya yang tadinya masih menatap buket bunga fresia sembari tersenyum mengangkat matanya dan menatap profil wajah Aksa dari samping. 'Why me?' Naya masih kaget. cuma kalimat itu yang terpikir olehnya.

'Because, you calmed the storm in my head,' jawaban Aksa simpel tapi tulus dari dalam hati. Naya nggak ngapa-ngapain, cuma duduk di samping Aksa doang. tapi hati Aksa damai, tenang, nggak bergejolak kayak biasanya. 'Nggak boleh ya?'

'Boleh, kok. kenapa nggak boleh,' Naya berujar, lembut sembari tersenyum. 'Calon pacar jadinya?' Naya bergumam. berharap Aksa nggak denger. padahal si cowok yang sok cool itu ternyata bisa denger jelas apa yang baru Naya omongin dan sebagai respon, senyumnya merekah. lebaaaarrr banget.


Setelah kunjungan ke makam Nenek, Naya dan Aksa langsung meluncur ke Taman Safari. sudah lama Naya nggak rekreasi ke kebun binatang. Naya nampak sangat antusias selama perjalanan. Mobil aksa terhenti di sebuah depot sate yang terletak di pinggiran jalan menuju ke kebun binatang tersebut. Naya memesan sepiring nasi dan sepuluh tusuk sate ayam campur dengan siraman bumbu kacang, sementara Aksa memesan sate kambing dan sepiring nasi. Kedua muda-mudi ini dengan sigap langsung menghabiskan makanan mereka sebelum melanjutkan perjalanan mereka.

'Bentar lagi sampe dong?' tanya Naya yang udah kayak anak umur 5 tahun yang bakal dijanjiin papa-mama nya jalan-jalan ke taman bermain.

'kalo kata W/AZE sih udah mau sampe, 10 menit lagi, maybe,' Aksa terkekeh sembari menyalakan mesin mobilnya.

'Nanti cari yang jual wortel sama kacang ya? gue mau beli buat kasi makan binatangnya,' Naya nyengir lebar sambil melancarkan jurus maut mata memelasnya.

'hahaha, iya, pasti,' Aksa terkekeh sembari mencubit pipi Naya, gemas katanya.

'Sa, katanya ya, kalau nanti pas ketemu harimau putih, terus lu ngeliat ke matanya, impian lu bakal jadi kenyataan,' Naya berceloteh.

'Kalo gitu gue cuma minta satu, Nay. gue mau bukan cuma jadi calon pacar aja,' Aksa buka suara sembari terkekeh melihat tingkah Naya.

'Ih Aksa,' Naya cuma bisa memukul pelan lengan pria yang terkekeh di sampingnya karena salah tingkah. Sebenernya dia juga mau minta gitu. tapi ga ada keberanian.

TO BE CONTINUED


Dearest Albert,

It hasn't been long since we met each other and be friends with each other. But, I felt like i could have a long-term friendship with you. You've pulled through so far. You deserved a time to rest. take as much time to heal and come back again with much healthier self. I hope i could be of a support for you. if you need someone to talk to, or someone to hug you, please do come and hit me up.

please remember.

  1. you've done well
  2. I'm always here for you
  3. Don't be afraid to fall, i'm right here to break the fall.
  4. you are precious
  5. you are loved.
  6. Jacie loves you <3

love,

jacie

๐ˆ๐ˆ๐ˆ ๐—ž๐—˜.๐—Ÿ๐—”.๐—ก๐—” ๐™‹๐™–๐™ง๐™ฉ ๐Ÿญ ๐˜ฝ๐™ฎ: ๐™…๐™–๐™˜๐™š


Sore itu, Naya bersembunyi di perpustakaan. sebenarnya, nggak ada tugas atau kewajiban yang ngeharusin Naya ke perpus, dia hanya ingin mengejar deadline beberapa artikel untuk majalah kampus dengan tenang. Sore itu, Naya ditemani oleh si berisik Elisa, sahabatnya sekaligus saudara kembar Angga.

'Nay, balik yuk, gue bosen,' pinta Elisa sembari menarik lengan kemeja gombrong Naya.

'Tanggung, Sa. sedikit lagi. lo duluan aja,' Tukas Naya, masih fokus dengan artikel yang ia tulis.

'Gue balik sama Angga deh,' Elisa berujar sembari membereskan barang-barangnya dan memanyunkan bibirnya.

'Iya, gapapa, Sa. Balik duluan aja. Gue masih rada lama. Nanti gue minta dijemput sama Kak Yos atau Kak Ted aja,' Naya mengangguk dan mencari-cari ponselnya yang tersimpan di dalam tas ranselnya.

'Sama gue aja,' Suara lembut yang khas dari Laksana terdengar dari samping Naya. Pemuda jangkung itu rupanya dari tadi menyimak pembicaraan Naya dan Elisa yang duduk tepat berseberangan dengannya di meja panjang perpustakaan kampus mereka.

'Eh, Jangan. entar ngerepotin lo,' Naya menggeleng pelan, pasalnya ia nggak enak dengan Aksa. Meskipun pemuda itu yang menawarkan duluan, tapi kan hari ini Naya udah janji sama Yos dan Ted untuk menginap di rumah nenek mereka dan melakukan ritual berbagi cerita.

'Ternyata lo lupa gua tinggal deket rumah Bang Yos,' Aksa menghela napasnya dan berdiri dari bangkunya sembari bergumam. 'gue tunggu di depan perpus. lu beberes dulu aja,' Naya hanya menatap punggung Aksa sembari membereskan laptop dan buku tulisnya.

Naya menghampiri Aksa yang duduk di teras perpustakaan sembari mendengarkan musik melalui ๐‘’๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘๐˜ฉ๐‘œ๐‘›๐‘’ ๐‘๐‘™๐‘ข๐‘’๐‘ก๐‘œ๐‘œ๐‘ก๐˜ฉ yang tertempel di telinganya. Gadis itu kemudian menepuk pelan bahu wira tampan bermata sipit itu, yang membuat sang pemuda 183 cm menoleh ke arahnya dan melepas ๐‘’๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘๐˜ฉ๐‘œ๐‘›๐‘’ ๐‘๐‘™๐‘ข๐‘’๐‘ก๐‘œ๐‘œ๐‘ก๐˜ฉ yang melekat di telinganya.

'๐‘บ๐’†๐’ƒ๐’†๐’๐’†๐’“๐’๐’š๐’‚, ๐’‚๐’‘๐’‚ ๐’š๐’‚๐’๐’ˆ ๐’•๐’†๐’“๐’‹๐’‚๐’…๐’Š ๐’”๐’‚๐’Ž๐’‚ ๐’๐’?' batin Naya sembari berjalan mengikuti Aksa dari belakang, agak jauh. Aksa yang menyadari bahwa posisi Naya agak jauh darinya kemudian membalik tubuhnya dan meraih tangan gadis berambut sebahu itu.

Seakan tahu apa yang jadi buah pikiran Naya, pemuda itu berkata, 'Gue nggak apa-apa, nanti kalo udah waktunya gue akan cerita ke lo, Nay,' ujar Aksa lembut sembari menggenggam tangan Naya.

Tangan Aksa hangat, menyelimuti tangan Naya yang masih dingin akibat AC ruang perpustakaan tadi. sesampainya di tempat mobil Aksa diparkir, sang pemuda ini langsung membukakan pintu mobilnya untuk sang gadis sebelum masuk dan duduk di bangku pengemudi.

'Aksa, jangan langsung pulang. gue mau cari makan dulu,' pinta Naya sembari memasang sabuk pengaman.

'Yuk, gue laper juga,' tukas sang adam sembari menyalakan mesin mobilnya. Ia membawa mobilnya menuju sebuah mall yang terletak nggak jauh dari kampus mereka. menurut Aksa, di situ banyak pilihan makanan enak. yah, walaupun banyakan harganya agak lumayan, tapi rasa dan kualitasnya terjamin.

Usai makan bareng, keduanya nggak langsung pulang. Aksa mengajak dara kelahiran 2000 itu berkeliling mall tanpa sedikitpun melepaskan genggaman tangannya dari tangan Naya. Naya juga nggak bisa protes. Buat Aksa, ia nggak mau melepas genggaman tangan itu karena Ia menemukan kehangatan dan kenyamanan ketika tangannya menyelimuti tangan Naya yang sedikit lebih kecil darinya. tangan Aksa tuh hangat, besar, Naya suka. kayak aman aja rasanya kalo tangan itu nyelimutin tangan Nay.

tanpa terasa, hari semakin gelap dan kedua sepupu Nay mulai membombardir ponsel Nay dengan banyak ๐‘š๐‘–๐‘ ๐‘ ๐‘’๐‘‘ ๐‘๐‘Ž๐‘™๐‘™ dan pesan masuk.

'Mau pulang?' tanya Aksa.

sebenarnya, Nay ngggak mau pulang. tapi rumah Nenek semakin ketat setelah Nenek meninggal 2 tahun yang lalu. kedua orang tua Ted dan Yosia galak dan tegas apa lagi kalo menyangkut Nay. bukan kenapa-kenapa sih, tapi lebih ke karena Nay satu-satunya cucu cewek yang sering nginep di rumah nenek

'Aksa, gue udah dicariin sama orang rumah kak Yos,โ€ Naya menarik lengan hoodie yang dikenakan Aksa.

'Balik aja, kalo gitu deh. tapi besok, kalo lo ga ada kelas mau jalan lagi?' tanya Aksa sembari mengangguk. keduanya kini berada di salah satu department store, sedang belanja-mata, sekedar melihat-lihat barang-barang yang kira-kira cocok dengan selera mereka.

'Besok gue kosong kok. mau temenin gue ke makam nenek?' tanya Naya sembari menatap cowok yang berjalan di sampingnya.

'boleh,' pemuda itu mengangguk. 'terus mau ngapain lagi?'

'Belum ada rencana sih. Ada tempat yang pengen banget lo kunjungin? atau kita ke kebun binatang aja. I mean makam Nenek ada di Bogor, deket sama Taman Safari. mau ke sana?' tanya Naya. kok ngomongnya jadi belibet begitu? padahal tadi lancar jaya aja.

'Hahahaha, gemes,' Aksa terkekeh sembari mencubit pipi Naya. 'It's okay with me.'

'Okay then,' Naya mengangguk sembari membuka pintu penumpang dan duduk di bangku penumpang.


TO BE CONTINUED

Part 2 Buku, Daun Kering, Coklat Panas dan Tatapan Mata Itu By: Jace


'Nay, Naya,' Seorang cowok jangkung, berwajah tampan yang kira-kira tiga tahun lebih tua dari Naya sibuk melambaikan tangannya di depan Naya yang tengah melamun saat itu.

'Hah? kenapa?' Naya menatap cowok itu bingung.

Cowok itu lantas terkekeh melihat tingkah Naya. keduanya tengah duduk di meja piknik yang terletak di taman kampus. 'Kok ngelamun?' tanya cowok itu sembari meletakkan dua cup berisi coklat panas di atas meja.

'not like i have explanation about that, Kak,' ungkap sang dara sembari menghela nafasnya.

'Tapi ga biasa aja ngeliat lo ngelamun,' pemuda itu kemudian duduk di seberang Naya.

'Kak Yos, gue tadi ketemu sama Aksa. gue sempet lihat matanya. ada badai disana,' Naya mulai berfilosofi dengan bahasa puitisnya.

Yang dipanggil 'Yos' itu hanya menyimak. Pemilik nama lengkap Yosia Huguenot Kaehan itu kemudian menopang dagunya dengan kedua telapak tangannya. 'Gue udah jarang banget ngobrol atau ketemu sama Aksa. I hope he's okay though.' ungkapnya lagi.

'Don't think he's okay, kak. tapi lo bantuin gue ya. I need to confirm something. tapi gak sekarang,' tukas sang dara yang tengah sibuk dengan bukunya itu.

'Hmm, gue bantu sebisa gue ya,' si tampan itu mengangguk. tak lama setelah obrolan mereka terhenti, dari kejauhan, muncul seorang lelaki tampan, sedikit lebih pendek dari Yos, masih dibalut jas lab dan di lehernya masih tergantung sebuah stetoskop.

'Gua ketinggalan apa nih,' pemuda itu sembari duduk di sebelah Naya dan mengacak rambut sang gadis yang kini asik menggoreskan pensilnya di atas buku sketsanya.

'Mas Teddy ih!โ€ Naya memajukan bibirnya sembari merajuk pada mahasiswa kedokteran tingkat akhir itu.

banyak anak-anak yang seliweran ngeliatin ketiga orang ini bingung. pasalnya Yos dan Teddy ini orang-orang yang cukup eksis dan berada di bawah ๐‘™๐‘–๐‘š๐‘’๐‘™๐‘–๐‘”๐˜ฉ๐‘ก kampus, sementara Naya hanya seorang anggota tim majalah kampus yang yah, nggak bisa dibilang terkenal atau eksis di kalangan mahasiswa kampus mereka.

Pasti orang-orang yang ngeliatin mereka bertiga itu bingung kenapa Naya, Yosia dan Ted begitu dekat, kayak bukan sekedar hubungan profesional antara ๐‘–๐‘›๐‘ก๐‘’๐‘Ÿ๐‘ฃ๐‘–๐‘’๐‘ค๐‘’๐‘Ÿ dan ๐‘–๐‘›๐‘ก๐‘’๐‘Ÿ๐‘ฃ๐‘–๐‘’๐‘ค๐‘’๐‘’. Yosia dan Naya besar bersama, soalnya Naya, Yos, dan kakaknya Yos, Thaddeus, adalah sepupu dari satu nenek yang sama, dan ketiganya dibesarkan oleh nenek dan kakek mereka. Naya kembali ke rumah orang tuanya saat usianya 8 tahun, sementara Yos dan Ted menetap di rumah nenek bersama dengan kedua orang tua mereka. Yos dan Ted sama-sama masuk di tim dance. Ted masuk di generasi pertama tim dance kampus, sementara Yos bergabung di The LakiZ.

'Tapi, Nay kalo diliat-liat lo tuh sangat aware sama apapun yang berbau Aksa ya? dari dulu, jaman pertama kali gua mulai join The LakiZ,' cengiran jahil terlukis di bibir Yos.

'Kalo sama kita doang mah lu bebas jujur aja, ga akan nyebar juga ke orang, dek,' Teddy menimpali.

Bohong kalo Naya nggak menyimpan perasaan pada pemuda jangkung bermata sipit dan bibir kemerahan itu. Walau di awal Aksa nampak galak dan dingin,sebenernya anak itu punya sensitifitas yang tinggi dan pandai mengambil hati orang. Naya terdiam, matanya menatap daun yang jatuh di atas buku sketsanya.

'Hari ini pulang ke rumah nenek aja, Nay. gue mau ngobrol-ngobrol sama lu.been a while since the last time,' tukas si sulung Kaehan itu sembari merangkul sepupunya. membuat orang-orang yang melirik ke arah mereka jadi nyengir-nyengir sendiri. sebagian iri pengen berada di posisi Naya, sebagian lagi mengagumi kedekatan mereka.

interaksi mereka kemudian terpotong ketika sesosok pria jangkung bermata sipit dan profil wajah yang mirip seperti kucing berjalan mendekat kearah ketiga saudara sepupu itu.

'Elo Nayanika?' tanya si cowok berkulit putih itu pada Naya.

'Eh? Hah? iya, kenapa?' Naya salah tingkah mendengar cowok yang diam-diam ia kagumi itu memanggil namanya secara lengkap, bukan /Naya/ seperti layaknya orang-orang yang ada di dekatnya.

'Tadi jatoh,' ujarnya pendek sembari menyerahkan map milik Naya.

'm-makasih,' ungkap Naya lirih meratapi kecerobohannya.

'sama-sama,' cuma itu yang keluar dari mulut si cowok yang masih berdiri di hadapan Naya. ada kira-kira 5 menit jeda canggung diantara mereka.

'Loh, Laksana!' Yos pura-pura kaget buat mengurangi kecanggungan yang ada diantara keduanya.

'Kalian saling kenal?' tanya Aksa menatap ketiga orang di hadapannya dengan heran.

'Kak Yos sama Mas Ted itu sepupu gue,' jawab Naya, masih nggak berani menatap wajah tampan Aksa. gadis itu menyembunyikan wajahnya yang perlahan bersemu merah. 'Anyways, thanks udah mau repot-repot nganterin map ini,' sambung gadis itu.

'kok nunduk sih? angkat kepala lu dong,' pinta Aksa sembari mencari kedua manik coklat milik sang dara.

Naya perlahan mengangkat kepalanya dan menatap kedua manik hitam milik si jangkung Aksa dalam diam. diam namun lagi-lagi tatapan itu menghentikan kecamuk badai yang bergejolak dalam manik mata Aksa.


๐๐š๐ซ๐ญ ๐Ÿ: ๐๐ฎ๐š๐ญ๐ž๐ซ๐ฏ๐จ๐ข๐ฌ . Persimpangan Jalan, Pertemuan, Perubahan by: Jace


Setahun berlalu dari kali terakhir Laksana muncul di ruang latihan UKM Dance. Laksana, Laksana yang dulu paling semangat lari ke ruang dance setelah jadwal perkuliahan selesai. Laksana yang dulu selalu tinggal di ruang latihan saat semua udah pulang. Laksana yang dulu terlihat begitu nyaman berada di atas panggung, dibawah kemilau cahaya lampu sorot. Sayangnya, Laksana, pemuda tampan 183 cm itu tak lagi bisa berdiri diatas panggung. cidera yang dialaminya tiga tahun lalu, yang menyebabkan pemuda yang akrab disapa Aksa ini harus menjalani beberapa kali prosedur operasi untuk memulihkan cideranya.

Dahulu, pemuda ini tergabung di tim dance kampusnya yang berhasil menyabet banyak piala dalam beberapa kejuaraan tari modern tingkat mahasiswa. Dari situlah gadis bernama Nayanika Puspa Ranum ini mengenal sosok Aksa. Sosok yang hanya bisa ditemuinya lewat dunia maya. Gadis berambut panjang yang akrab disapa Naya ini kebalik dari Laksana. Naya nggak suka berada di atas panggung. Naya benci spotlight. Naya suka menulis. gadis manis berdarah campuran Tionghoa-Jawa itu tergabung dalam tim Jurnalistik kampus dan kerap kali mewawancara Tim Dance tempat Laksana bergabung.

Dulu, Naya selalu seneng waktu wawancara 12 cowok tampan yang tergabung dalam Tim tempat Aksa bernaung. Bukan cuma seneng tingkah random dan ceria khas mereka, tapi juga sifat kekanak-kanakan dan periang cowok yang akrab disapa Aksa itu, kebalikan sama perawakannya yang sok cool dan tatapan matanya yang tajam. Sebenarnya The LakiZ masih sama, yang beda, sekarang cuma bersebelas doang kalau ada jadwal interview.

Di satu sisi, Naya seneng karena Aksa aktif banget seliweran di sosmed, khususnya Instagram. Tapi, di sisi lain, Aksa nggak sebahagia apa yang terihat di Instagramnya. kalau menilai dari unggahan foto selama ini, orang pasti menilai hidupnya cukup menyenangkan dan semuanya berjalan cukup lancar selepas hengkangnya Aksa dari The LakiZ. Namun, sesungguhnya nggak begitu. Hal itu baru diketahui Naya saat dirinya tanpa sengaja membuka sesi Instagram Live yang dilakukan oleh Aksa beberapa hari yang lalu.

'๐บ๐‘ข๐‘’ ๐‘›๐‘”๐‘’๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ ๐‘Ž ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ก ๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘”๐‘’๐‘ก ๐‘๐‘’๐‘™๐‘Ž๐‘˜๐‘Ž๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘›. ๐‘๐‘”๐‘”๐‘Ž๐‘˜ ๐‘ก๐‘Ž๐‘ข ๐‘˜๐‘’๐‘›๐‘Ž๐‘๐‘Ž, ๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ ๐‘Ž๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ก ๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘”๐‘’๐‘ก,' lirih pemuda yang kini mewarnai rambutnya menjadi warna pirang-kemerahan itu. sepanjang video berdurasi 30 menit itu tak jarang Naya menangkap Aksa mengusap wajahnya yang dibasahi airmata. '๐บ๐‘ข๐‘’ ๐‘๐‘Ž๐‘ ๐‘ก๐‘– ๐‘๐‘Ž๐‘™๐‘–๐‘˜ ๐‘™๐‘Ž๐‘”๐‘– ๐‘˜๐‘’ ๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘”๐‘”๐‘ข๐‘›๐‘”, ๐‘”๐‘ข๐‘’ ๐‘˜๐‘Ž๐‘›๐‘”๐‘’๐‘› ๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘–๐‘Ž๐‘› ๐‘ ๐‘’๐‘š๐‘ข๐‘Ž, ๐‘”๐‘ข๐‘’ ๐‘˜๐‘Ž๐‘›๐‘”๐‘’๐‘› ๐‘›๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘– ๐‘™๐‘Ž๐‘”๐‘–. ๐‘ก๐‘Ž๐‘๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘Ž๐‘ก ๐‘–๐‘›๐‘– ๐‘”๐‘ข๐‘’ ๐‘š๐‘Ž๐‘ข ๐‘›๐‘ฆ๐‘’๐‘š๐‘๐‘ข๐˜ฉ๐‘–๐‘› ๐‘–๐‘›๐‘– ๐‘‘๐‘ข๐‘™๐‘ข,' lanjut Aksa sembari bolak-balik mengusap wajah tampannya yang dibasahi air mata.

Di kampus memang Naya jarang bertemu Aksa. Tapi, Aksa berubah banget. Dari Aksa yang terbuka dan menerima semua orang menjadi temannya, jadi Aksa yang pendiam dan menutup semua akses dari segala arah untuk mendekat padanya. Nggak ada yang berani deket-deket sama Aksa lagi kayak dulu. Aksa jadi benci kerumunan, benci keramaian. Aksa berubah.

Hari itu, Naya terburu-buru mau ke ruang jurnalistik untuk rapat dengan pemred majalah kampus. Dia nggak sadar Aksa berjalan berlawanan arah dengannya dan nggak sengaja menabrak pemuda jangkung itu. beruntung saat itu Naya nggak membawa banyak buku. cuma dia sedikit kaget karena si jangkung itu alih-alih membantunya mengambil beberapa perintilan barangnya yang terjatuh malah menatapnya lekat-lekat.

fokus Naya beralih ke kedua manik mata Aksa. manik mata kecoklatan yang dulunya penuh antusiasme dan selalu cerah dan ceria, kini menjadi gelap dan mendung. Setelah usai merapikan bawaannya yang jatuh saat tabrakan tadi, Naya langsung mengangguk pada sosok cowok jangkung yang baru saja ditabraknya dan segera berjalan cepat ke ruang jurnalistik. nggak enak diliatin sama orang yang hanya dikenalnya secara profesional dan posisinya Naya lagi ada ditengah hiruk-pikuk kampus.


Aksa mematung sejenak usai tabrakan dengan Naya tadi. Baginya, wajah Naya sangat amat familiar. Rasanya ia sering bertemu dengan gadis itu, tapi entah dimana. Kalau di manik mata Aksa ada badai yang nggak bisa dijelaskan, di mata gadis itu Aksa menemukan ketenangan. ketenangan yang bisa meredakan seluruh badai yang berkecamuk dalam dirinya. sayangnya, gadis itu nggak lagi berdiri di depan Aksa. Dara cantik itu sudah menjauh dari hadapan wira jangkung yang tengah melepas earphone yang melekat di telinganya.

'AKSA!' kali ini suara Kaliangga Seta Darmawan alias Angga, terdengar samar dari belakang Aksa. Angga ini anak The LakiZ juga, seangkatan sama Aksa dan temen deket Aksa.

'Eh, elo, Ang,' Aksa menoleh. 'Tadi ada cewek nabrak gue. kayaknya familiar sih. barangnya jatoh,' Aksa menunjukkan sebuah map dengan label nama ๐–ญ๐–บ๐—’๐–บ๐—‡๐—‚๐—„๐–บ ๐–ฏ๐—Ž๐—Œ๐—‰๐–บ ๐–ฑ๐–บ๐—‡๐—Ž๐—† di bagian kiri bawah.

'punya Nay,' gumam Angga.

'Loh, lo kenal dia?' tanya Aksa.

'Dia anak seangkatan kita, Sa. temen sefakultas sama gua,' Angga mengangguk. 'kok lo tau Nay?' Angga balik bertanya.

'tadi nabrak gua, terus ini barang dia jatuh tapi kayaknya dia buru-buru pergi gitu,' tukas Aksa sembari meneliti map dengan gambar yang jelas sekali bukan gambar hasil produksi massal karena gambarnya nggak biasa.

'Map itu dibikin sama Bang Hansel, waktu kita interview sama dia dua minggu lalu deh, habis menang di acara lomba dance antar kampus,' jelas Angga.

'pantesan. bukan design yang biasa dijual di gram/ed soalnya,' tukas Aksa sembari berdeham. 'Tolong titip balikin ya, Ang,โ€ pintanya.

'Kenapa nggak lo aja yang balikin sih?โ€ Angga mendorong tangan Aksa yang baru saja bergeser hendak minta tolong pada pemuda 177 cm itu untuk membantunya mengembalikan map itu pada Naya.

'Kan lo yang kenal sama dia, Ang,' pinta Aksa lagi. tapi langsung auto digelengin sama Angga.

'Ngga! kan yang nemu elo. balikin ke dia besok di ruang redaksi majalah kampus,' tukas Angga lagi.

Aksa ada di persimpangan jalan. Persimpangan jalan yang bakal merubah hidupnya. hidup yang tadinya tertutup akan dunia sekitar, nggak mau percaya ataupun bergaul sama orang dari luar inner circlenya. kini keadaan memaksanya untuk menemui Naya dan mengembalikan apa yang sedang dicari Naya. Tanpa sadar, dengan mengembalikan benda itu, Badai yang selama ini berkecamuk dalam dirinya akan perlahan mereda.

To Be Continued....


โ€œBandaids Are No Good For Heartacheโ€ โ€“ By: Jace


'Seandainya luka hatiku bisa sembuh cuma pake betadine sama plester,' gumam dara berparas ayu itu. matanya terpejam sembari menikmati semilir angin bertiup di danau tempat dirinya dan Kiran berpiknik. jemarinya memetik gitar yang ada di pangkuannya. lagu ๐๐š๐ง๐๐š๐ข๐๐ฌ yang dipopulerkan oleh ๐Š๐ž๐ฌ๐ก๐ข mengalun dari petikan gitar dan gumaman lembut sang dara.

Kiran yang tadinya menonton dari jarak yang agak jauh kini mendekat. Tapi wira itu tak lagi sendirian. terlihat dari jarak yang tak lagi jauh, si kembar, Gesha dan Gemaliel, juga Vio dan ketiga teman sepermainan Kiran datang menghampiri keduanya. melihat keramaian yang tiba-tiba datang menghampiri keduanya, Kiran hanya menempelkan jari telunjuknya di bibirnya supaya keenam orang yang baru menghampiri mereka lebih tenang, mendengarkan alunan lagu dari gitar dan mulut dara Setiadji di depannya itu.

Tiba-tiba, lagu itu terhenti. Gadis berambut kecoklatan itu tiba-tiba tertunduk, pundaknya bergetar. Tanpa aba-aba, si kembar Upin-Ipin, alias Gema dan Gesha berlari mendekati Nad dan mengapit si rupawan itu sembari melingkarkan tangan mereka di bahu Nad sementara Vio memeluk gadis yang tertunduk itu dari belakang.

'Nad, gua disini,' bisik Gema lembut di telinga Nad yang masih menundukkan kepalanya. Airmata Nad masih deras mengalir, membasahi sweater biru dan celana jins yang dipakainya.

'It's okay to be heart broken, Nad,' Vio berbisik tanpa sedikitpun melepas kedua tangannya yang dikalungkannya di leher Nad.

'You're with us now,' Gesha berujar sembari menangkup tangan kiri Nad dengan kedua tangannya.

Ya, mereka-lah bandaids yang perlahan bisa menyambung pecahan-pecahan hati Nad yang sudah remuk redam. Kevin menatap pemandangan itu dari jauh bersama dengan Kiran, Austin dan Jacob. Dalam diam, pemuda berwajah tirus itu mengepalkan tangannya. dalam hatinya, Ia berjanji akan mengembalikan senyum yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama itu di wajah sang bidadari idamannya.

Kevin juga mau jadi bandaid yang bisa menyambung serpihan hati Nad yang hancur. Tapi, di sisi lain, Kevin nggak mau melangkahin sahabatnya, Kiran, yang juga menaruh hati pada gadis yang tengah menjadi pusat perhatiannya saat itu. Seketika itu juga pria bermata sipit itu menghela nafas pelan sembari memasang airpods di telinganya. ia memutar playlist baru-baru ini sering diputarnya. Kevin berjalan ke ujung lain danau yang ๐‘ ๐˜ฉ๐‘–๐‘š๐‘š๐‘’๐‘Ÿ๐‘–๐‘›๐‘” karena pantulan cahaya matahari dan duduk diatas sebuah batu yang cukup besar.

Ia kemudian mengeluarkan buku sketsa dari dalam tasnya dan mulai menggambar. Obyek yang digambarnya saat itu bukan pemandangan danau yang hijau dan asri, melainkan sekelompok orang yang ada tak jauh dari dirinya. Sosok gadis cantik berambut coklat keemasan yang tengah menangis dan teman-temannya yang melindungi dan mencoba menghiburnya.

Jacob dari kejauhan nampak senyum senyum sendiri melihat Kevin yang tiba-tiba meninggalkan kerumunan keempat sekawan itu. Diam-Diam, pemuda bernama lengkap Jacob Leviathan Bagaskara itu merekam agenda di otaknya untuk menginterogasi kedua sahabatnya, Kiran dan Kevin usai piknik di danau hari ini.


Suffocation by: Jace


Lepas dari peristiwa mutusin Elang via iMessage, Nad hanya bisa menangis. airmatanya deras membasahi pipinya. Nad benci Elang. Nad benci Elang yang populer dan tampan itu. Ia menyesali keputusannya dulu menerima pengakuan cinta Elang. beberapa bulan pertama, Elang memang bucin banget pada gadis berambut coklat keemasan itu. Tapi, bucinnya cuma bertahan 6 bulan. setelah itu, mata Elang jelalatan mencari perempuan lain. Kalau sudah bosan sama selingkuhannya, pemuda yang aktif di band kampus angkatannya ini akan kembali ke Nad dan minta maaf seperti yang baru saja ia lakukan.

Malam itu Nad nangis non-stop, mengeluarkan segala kesesakan yang tertimbun dalam dadanya. Nad sayang sama Elang, tapi nyatanya, Elang hanya mempermainkannya. Nad benci cowok ganteng dan populer. Nggak lagi deh, punya cowok dari kalangan teratas rantai sosial di kampus seperti itu. cuma akan bikin Nad sakit kayak sekarang.

saking asiknya menangis, Nad nggak dengar pintu Apartemennya diketuk.tapi nggak mungkin kalau Vio, Gema dan Gesha yang datang. mereka udah Nad bilangin supaya nggak dateng dulu hari ini.

'Nadeshda,' tunggu, suara ini jelas banget bukan suara Gema atau Gesha. ini juga pasti bukan suara Violetta juga. nggak mungkin banget Vio berubah jadi cowok. ini suara cowok. samar-samar terdengar dari balik pintu. 'Buka pintunya,' suara lembut cowok itu kembali terdengar.

Nad berjalan mendekat dan membuka pintu apartemennya dengan wajah sembab. pintu terbuka dan menampakkan wajah kakak tingkat Nad yang sempat menjadi mentornya saat masa orientasi dulu.

Nad lantas membalik badannya. 'Kak Kiran pulang aja, gua lagi nggak mau ketemu siapa-siapa,' tukas Nad sambil menahan airmatanya, padahal Kiran sudah sempat melihat wajahnya tadi.

'Nad, lu belum makan dari siang. ini udah jam 8 malam,' Kiran melangkah masuk. 'lu nggak perlu bohong sama gua, Nad,'

'Kak, pulang aja,' suara Nad mulai bergetar, dadanya sesak lagi.

pemuda tampan bersurai hitam-kemerahan itu menggeleng dia masih berdiri di sana sambil memegang bahu adik tingkatnya. 'Gue kesini genuinely khawatir sama lo, please makan ya.'

seketika itu, tangis sang dara pecah dan airmatanya dengan deras membasahi wajah manis Nad.

'Nad, gua tau ini sakit buat lu. dan gue tau si bangsat itu sejahat itu sama lu. tapi gua disini cuma mau nemenin lo,' Kiran merengkuh tubuh Nad dalam pelukannya. Ia membelai tubuh gadis itu.

'๐‘†๐‘– ๐ธ๐‘™๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘”๐‘˜๐‘’. ๐‘˜๐‘ข๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘Ž๐‘—๐‘Ž๐‘Ÿ. ๐‘”๐‘ข๐‘’ ๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘™๐‘Ž๐˜ฉ ๐‘ ๐‘Ž๐‘š๐‘Ž ๐‘‘๐‘–๐‘Ž, ๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘ ๐‘–๐˜ฉ ๐‘‘๐‘–๐‘Ž ๐‘˜๐‘’๐‘ ๐‘’๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž๐‘› ๐‘›๐‘”๐‘’๐‘๐‘Ž๐˜ฉ๐‘Ž๐‘”๐‘–๐‘Ž๐‘› ๐‘๐‘Ž๐‘‘. ๐‘๐‘ข๐‘˜๐‘Ž๐‘› ๐‘๐‘ข๐‘Ž๐‘ก ๐‘›๐‘”๐‘’๐‘—๐‘Ž๐‘ก๐‘ข๐˜ฉ๐‘–๐‘› ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž๐‘˜๐‘–๐‘ก๐‘–๐‘› ๐‘๐‘Ž๐‘‘ ๐‘˜๐‘Ž๐‘ฆ๐‘Ž๐‘˜ ๐‘”๐‘–๐‘›๐‘–,' rutuk Kiran dalam hati.

Ya. Kiran suka sama Nad dari jaman ospek dulu. namun, langkahnya memenangkan hati sang dara didahului oleh Elang. nggak cuma sekali Kiran melihat Nad menangis seusai berdebat atau bertengkar sama Elang. dan itu yang membuatnya kesal. kesal karena kalau aja Nad nggak jadian dengan Elang, pasti gadis itu sudah bahagia bersama dirinya.

'Kak Kiran, gue nggak mau lagi pacaran sama cowok ganteng dan populer,' isak Nad.

Kiran tersentak. โ€œSialan betul, Si Elang.โ€ rutuknya dalam hati sembari membelai rambut Nad yang lembut itu. 'I'll try my hardest to win your heart' Kiranberujar lembut, nyaris nggak terdengar sama gadis yang tengah membasahi kaus putihnya dengan airmatanya.

'Kak, can you stay?' Nad bertanya sembari menatap Kiran.

'Yes, but why?' tanya Kiran sembari menautkan alisnya.

'What if he comes here? he still beg for me to understand and let him in,' Nad berujar. Ya, memang tadi Elang baru saja merundung Nad dengan serangan missed call, minta balik.

'Shit!' rutuk Kiran ketika ia mengintip notifikasi di lockscreen ponsel Nad. 'Nad, gue disini, I'll take care of you.'

Nad hanya mengangguk. Kiran memang ganteng dan populer. tapi dia baik dan tulus mau menolong Nad. Nad memang mau mengobati luka-luka hatinya setelah jatuh dari tempat yang tinggi. Nad trauma sama cowok ganteng dan populer seperti Elang. dia takut sakit hati seperti sekarang.


๐‘บ๐’‚๐’๐’‚๐’‰ ๐‘ป๐’Š๐’๐’ˆ๐’Œ๐’‚๐’‰ By: #JayWriter . . Playlist: 1. Moira and Nieman โ€“ Lost in Translation 2. Post Malone โ€“ Sunflower 3. Oh My Girl โ€“ Nonstop


Siang itu, Kevin, Nathaniel, Zilia dan Kyu memang janjian dengan Jacob mau makan bareng dengan kakak tingkat mereka itu untuk membahas mengenai pentas musik pasca libamas kemarin. tapi, Jacob nggak datang sendiri, ada Jerry yang datang bareng. sebenernya ini cuma live music kecil-kecilan yang diadain angkatannya Hayden sebagai team yang kalah melawan adik tingkat mereka.

Empat sekawan ini ditunjuk sebagai perwakilan dari angkatan mereka, soalnya suara mereka berempat kalo kata angkatannya golden banget, udah gitu mereka berempat jago dance. Sementara itu dari angkatan Hayden ada Jacob yang indah banget kalau main gitar, Jerry dan Hayden yang suaranya jernih banget kayak dolby atmos dan Jayden yang vocalnya nggak diragukan lagi. sebenarnya percakapan itu berjalan lancar.

Namun, ada yang janggal, soalnya sepanjang pertemuan itu berlangsung, Jerry bener-bener nggak fokus. dia selalu memandang kosong ke arah tembok, kayaknya kalau mata Jerry punya cahaya laser, mungkin itu udah motong langit-langit kantin saat itu.

โ€œKak Jacie, dekor panggung gimana?โ€ Kyu buka mulut setelah mendengar brief dari sang kakak tingkat. โ€œKalo dekor biar gebetannya Hayden sama anak-anak angkatanku aja, Kyu. No probs,โ€ Jacob berujar. โ€œGebetan koko?โ€ kali ini Zilia menyorot tatapan penuh tanya dan kebingungan pada pemilik nama lengkap Alvaro Jacob Sean Widargo itu. Yang ditanya hanya terkekeh kecil sambil mengangguk. โ€œItu, anak Sastra China angkatan kalian juga kok. yang bisa main alat musik tradisional Cina itu.โ€ โ€œOh, Lana!โ€ Niel nyeletuk. โ€œPantesan,โ€ Zilia mengangguk-angguk sambil ngedumel sendiri. โ€œPantes apa, Zil?โ€ kini balik Jacob yang menatap Zilia bingung. โ€œAh nggak, Kak.โ€ Zilia tersenyum penuh arti. โ€œKamu nih pinter ya bikin orang-orang penasaran,โ€ Jacob yang tadinya duduk di seberang Zilia sampai memajukan posisi duduknya diiringi tatapan cemburu Jerry yang tertangkap oleh Kevin.

Kevin yang menangkap pemandangan itu langsung nyenggol-nyenggol Niel dan mengedikkan bahunya ke arah Kyu, Zilia, Jerry dan Jacob. Saat itu, Jerry yang nyadar posisi Jacob semakin dekat ke Zilia langsung ngeliatin Jacob dengan tatapan cemburu, sementara Kyu jadi clingy banget ke Zilia.

โ€œAduh Jamie, Zilia mau nulis,โ€ Zilia berusaha melepaskan dirinya dari rangkulan Kyu. โ€œNanti kalo udah waktunya aku ceritain deh,โ€ Zilia lalu mendorong pelan bahu Jacob, sebagai sinyal nyuruh cowok Widargo itu untuk kembali ke posisi duduknya semula.

'๐พ๐‘Ž๐‘˜ ๐ฝ๐‘Ž๐‘๐‘œ๐‘ ๐‘‘๐‘–๐‘ก๐‘œ๐‘™๐‘Ž๐‘˜ ๐‘š๐‘’๐‘›๐‘ก๐‘Ž๐˜ฉ-๐‘š๐‘’๐‘›๐‘ก๐‘Ž๐˜ฉ ๐‘ ๐‘Ž๐‘š๐‘Ž ๐‘๐‘–๐‘™๐‘–๐‘Ž, ๐‘๐‘ฆ๐‘’๐‘™!' Kevin nyengir sembari berbisik pada Niel yang duduk di sampingnya. '๐ฟ๐‘œ๐˜ฉ? ๐‘’๐‘š๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐พ๐‘Ž๐‘˜ ๐ฝ๐‘Ž๐‘๐‘’ ๐‘ ๐‘ข๐‘˜๐‘Ž ๐‘ ๐‘Ž๐‘š๐‘Ž ๐‘๐‘–๐‘™๐‘–?!' Niel balik bertanya sambil menyeruput es campurnya. '๐‘๐‘–๐‘™๐‘–๐‘Ž ๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘ก๐‘–๐‘˜, ๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž๐‘˜ ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘ ๐‘ข๐‘˜๐‘Ž. ๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘œ ๐‘˜๐‘ข๐‘™๐‘–๐‘Ž๐‘ก-๐‘™๐‘–๐‘Ž๐‘ก, ๐พ๐‘Ž๐‘˜ ๐ฝ๐‘Ž๐‘๐‘’, ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก๐‘ข. ๐พ๐‘ฆ๐‘ข ๐‘”๐‘Ž ๐‘ ๐‘Ž๐‘‘๐‘Ž๐‘Ÿ ๐‘‘๐‘–๐‘Ž ๐‘ ๐‘ข๐‘˜๐‘Ž ๐‘ ๐‘Ž๐‘š๐‘Ž ๐‘๐‘–๐‘™๐‘–. ๐‘ก๐‘’๐‘Ÿ๐‘ข๐‘  ๐‘ก๐‘ข๐˜ฉ ๐พ๐‘Ž๐‘˜ ๐ฝ๐‘’๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘ฆ ๐‘‘๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘– ๐‘ก๐‘Ž๐‘‘๐‘– ๐‘๐‘’๐‘š๐‘๐‘ข๐‘Ÿ๐‘ข. ๐‘†๐‘– ๐ป๐‘–๐‘Ÿ๐‘œ, ๐‘Ž๐‘‘๐‘’๐‘˜๐‘˜๐‘ข, ๐‘—๐‘ข๐‘”๐‘Ž ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘›๐‘Ž๐˜ฉ ๐‘๐‘–๐‘™๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘‘๐‘–๐‘Ž ๐‘ ๐‘ข๐‘˜๐‘Ž ๐‘ ๐‘Ž๐‘š๐‘Ž ๐‘๐‘–๐‘™๐‘–๐‘Ž' bisik Kevin sembari ngeluarin tangannya terus pura-pura lagi ngitung jarinya. Ini fakta yang orang-orang belum pernah denger dan baru diketahui oleh Nathaniel, si anak paling eksis se-CreKer Uni.

โ€œKak Jerry, ada ide lagi nggak?โ€ tanya Zilia memecah awkward silence yang baru aja terbentuk. โ€œHah?โ€ Jerry cuma bisa menatap bingung karena baru aja dibangunkan dari lamunannya tentang wajah cantik Zilia dan kecemburunya melihat Jacob yang baru saja membuatnya panas, belum lagi Kyu yang sepanjang rapat nggak bosen pamer PDA** ke sekelilingnya. โ€œIya, Kak Jerry mungkin ada Ide buat rundown siapa duluan perform, berapa lagu, mau ada games atau cuma live music aja gitu?โ€ Zilia berujar sembari melihat ipadnya yang berisi catatan meeting mereka hari itu. โ€œAku ikut aja,โ€ jawab Jerry singkat sambil buang muka, salah tingkah.

Zilia hanya bisa menatap sahabat kakaknya itu dengan tatapan bingung. takut ada salah kata terlontar dari mulut mungil gadis kelahiran 18 September 1998 itu.

โ€œYa udah deh,โ€ Jacob menyadari suasana yang udah mulai nggak nyaman diantara mereka. โ€œKita udahin dulu aja. nanti berkabar lewat chat aja,โ€ pemuda berambut coklat-pirang itu berujar. โ€œZili pamit kalo gitu, habis ini ada latihan band sama Keb, Niel sama Kyu juga,โ€ Zilia bangkit dari kursinya, diikuti ketiga cowok yang berjajar di sampingnya. โ€œSee you, Zilia,โ€ Jacob berujar sambil melambaikan tangannya pada sang dara Kiandra itu. โ€œSee ya later, Kak Jace, Kak Je,โ€ Zilia mengangguk sembari melambaikan tangannya. โ€œhm.โ€ itu balasan singkat dari Jerry yang langsung buang muka menanggapi senyuman dan lambaian tangan pujaan hatinya. โ€œBye,โ€ Jacob tersenyum manis. kalau saat itu di hati Zilia udah nggak diisi oleh Kyu mungkin Zilia juga klepek-klepek disenyumin sama Jacob.


** PDA= Public Display of Affection

๐‘ซ๐’Š๐’Ž๐’‘๐’๐’†๐’” โ€“ ๐‘ท๐’‚๐’“๐’• ๐Ÿ

Playlist: 1. BTS: Dimples 2. ATEEZ: Aurora 3. Day 6: When You Love Someone

Written by: #JayWriter

โ€œYouโ€™re so pretty when you smile So every time you lose that smile Even if I have to give my all I want to give it back to youโ€ . . Oktober 2015. Kediaman Keluarga Jinandra, 17:00. . โ€œJamie kuliah di mana?โ€ tanya Zilia. Hari itu, keempat sekawan itu sedang berkumpul di rumah Jamie seusai kelas pemantapan untuk Ujian Nasional. โ€œJamie ikut Zilia aja, daftar ke mana. Kamu mau daftar di mana?โ€ jawab Jamie sambil tersenyum. Astaga, lesung pipitnya bikin jantung Zilia auto deg-degan. โ€œMungkin ke Cre-ker Uni sih, biar bareng sama Koko. terus biayanya juga ga mahal kalo lulusan SMA sini kan?โ€ Zilia berujar sambil berusaha mengatur napasnya supaya nggak keliatan kayak orang kasmaran. โ€œKalo Niel sama Keb kemana?โ€ Zilia berusaha mengubah topik pembicaraan mengingat yang ngobrol di sana ada 4 orang, bukan cuma Zilia dan Jamie. โ€œKita udah daftar ke Cre-ker Uni kemarin,โ€ Kevin dan Niel menjawab dengan bersamaan, disambut wajah Niel yang blusheu-blusheu. Jamie yang melihat itu nyengir bandel, lesung pipitnya auto nongol dan makin bikin Zilia amburadul. โ€œAku ke dapur ya, bantuin Bunda masak, udah mau makan malem kan?โ€ Zilia berujar sembari mohon diri keluar dari ruang TV tempat mereka berempat ngumpul tadi.

Jantungnya udah nggak tahan dipermainkan dengan senyum, lesung pipit dan suara oknum bernama Quentin James. Kevin sama Nathaniel yang tau isi hatinya Zilia cuma berbagi senyum penuh arti sementara Jamie berusaha mengartikan gelagat Zilia yang rada mencurigakan itu. . . Zilia nggak sungguhan ke dapur buat bantuin Bunda. Gadis itu bersembunyi ke teras belakang rumah kediaman Wira bermarga Jinandra itu untuk menenangkan dirinya. '๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฐ๐˜จ๐˜ข ๐˜ข๐˜ซ๐˜ข ๐˜จ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ต๐˜ข๐˜ฉ๐˜ถ๐˜ข๐˜ฏ' ujar sang gadis Kiandra dalam hati sambil mengelus dadanya dan sesekali mengipas wajahnya dengan tangannya. Tanpa dia sadari, dari tadi sosok Jamie yang tadinya berniat ngambil minum ke dapur akhirnya malah bersembunyi dibalik pilar, ngintip sosok lucu dara bermata sipit yang lagi salting di taman belakang itu.

โ€œJames, liat apa, nak?โ€ Bunda muncul dari dapur dan melihat gelagat aneh Jamie. 'Ini, bun. liat deh. lucu banget,' ujar Jamie sambil bisik-bisik dan menarik Bunda untuk bersembunyi bersama dengan dirinya. 'Hehehe, Zilia kenapa? kok mukanya merah gitu?' tanya Bunda. 'Nggak tau, bun. tapi kok gemes banget. bikin adek degdegan, bun,โ€ Jamie memegang dadanya, merasakan jantungnya berdegup sedikit lebih nggak teratur dari biasanya. 'kamu suka sama dia, nak?' tembakan Bunda membuat wajah Jamie bersemu merah. 'Nggak tau, Bun. adek mau mastiin aja ini bukan perasaan sesaat. Adek takut nyakitin dia,' ungkapan Jamie barusan membuat bunda tersenyum dan membelai rambut anak bungsunya itu. 'Take your time. kalau suka, Adek berjuang buat jaga dan dapatin hati Zilia ya,โ€ Bunda tersenyum sembari berjalan ke lantai atas, tempat kamar utama berada.