𝐈𝐕 𝗞𝗘.𝗟𝗔.𝗡𝗔 BAGIAN II ʙʏ﹕ Jᴀᴄᴇ


'Let me know tomorrow, Nay,' Aksa nyengir sembari turun dari bangku pengemudi untuk membukakan pintu dan membantu Naya turun dari mobilnya. 'Perlu ketemu sama orang tua Bang Yos?'

'Thank you for today. nggak papa, Laksana,' Naya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. 'Ayah sama Ibu entar malah bingung kalo lo tiba-tiba nongol,' Naya membuka pagar rumahnya. sudah jam 8 malam dan kemungkinan besar Ayah sama Ibu, dan kedua sepupunya itu udah menunggunya di ruang makan.

'Gue balik dulu, Nay,' Aksa berjalan kembali ke mobilnya.

'Aksa,' Naya memberanikan diri memanggil sang adam. Aksa yang dipanggil langsung menoleh, mata mereka bertemu, untuk kesekian kalinya.

Naya berlari menghampiri sang adam dan memeluknya. Aksa nggak punya pilihan, tangannya perlahan merengkuh sang gadis yang kira-kira 20 cm lebih pendek darinya itu. 'badainya akan segera berlalu. gua bersedia jadi payung, kalau lu mau cerita,' Naya berujar, ia masih membenamkan wajahnya yang bersemu kemerahan ke dada bidang Aksa.

'Thank you, Nay. I'll take note on it,' segaris senyum kecil terukir di wajah tampan Aksa. ia kemudian melepas pelukannya. 'Masuk gih, di luar dingin,' ia tersenyum dan mengacak rambut sang dara manis itu.

'Have a good night sleep,' Naya melambaikan tangannya dan beranjak masuk ke pelataran teras rumah yang masih mempertahankan otentisitas khas kolonial milik neneknya itu sementara Aksa menyetir mobilnya menjauh dari rumah yang hanya 4 blok jaraknya dari rumah tersebut.

Naya langsung masuk ke dalam rumah dan mendapati kedua sepupunya, paman serta bibinya sudah menunggunya di ruang tamu. 'Dari mana aja? Mas liat-liat abis dianter cowok,' tanya Teddy dengan wajah jahilnya.

'Laksana itu, Mas. kayaknya abis jalan berdua,' si ganteng Yos nyengir lebar banget seakan habis nemu sasaran buat dijahilin.

'Apaan sih, Kak Yos,' Naya memanyunkan bibirnya sembari menghela napas, capek sama agenda jahil kedua sepupunya itu.

'Lain kali kalo emang lagi mau keluar, Naya kabarin Ayah atau Ibu juga ya, biar kita nggak khawatir,' Ibu tertawa pelan melihat tingkah anak laki-lakinya yang mencecar adik sepupunya.

'Maaf ya, bu. tadinya Naya mau minta jemput sama Kak Yos, tapi Laksana tiba-tiba bilang mau anter,' Naya mengangguk, mengiyakan nasihat dari Ibu. 'Oh iya, Yah, Bu. Besok Naya kan nggak kuliah, mau ke Bogor, lihat makam nenek sekalian jalan-jalan sama Laksana, boleh kan?' Naya minta izin.

'Kalau nggak bolos kuliah ya nggak apa, Nay. Lagi pula Naya sudah lama nggak nyekar,' Ayah mengangguk. 'Apa lagi ditemenin sama cah ganteng,' lagi-lagi Ayah ikutan menjahili keponakan perempuan satu-satunya itu.

'Ih apaan sih kok Ayah ikut-ikutan,' wajah Naya memerah.

'Udah ah, kasian Naya capek pasti. biarin mandi terus istirahat di kamarnya aja,' Ibu menyudahi kejahilan 3 cowok di rumah itu dan mengisyaratkan Naya untuk segera masuk ke kamar yang dulu sempat jadi tempat ia bertumbuh bersama kedua sepupunya itu.


'Nay,' Yos mengetuk pintu kamar Naya. 'Laksana udah nunggu di ruang tamu tuh.'

Naya masih berdiri di depan cermin, memadu-padankan pakaiannya. Hari ini, Naya memutuskan memakai celana jins putih dan sweater rajut biru, dilengkapi dengan sneakers putih dan tas ransel kanvas kecil yang tersampir di pundaknya. setelah memulaskan sedikit make up tipis pada wajahnya, Naya keluar dari kamarnya dan pamitan ke Ayah dan Ibu.

'Yah, Bu, Naya berangkat ya,' Naya berpamitan sambil mengambil setangkup sandwich yang baru saja ditaruh ibu di atas meja makan.

'Om, Tante, Naya sama Laksana berangkat dulu ya,' Aksa turut berpamitan. pagi itu, pemuda bermata sipit itu nampak sangat keren dalam balutan graphic-tee hitam yang dipadankan dengan jins biru tua dengan aksen sobek di dengkulnya, jaket kulit coklat muda dan sepasang sepatu slip-on berwarna putih.

'Nanti jangan lupa makan siang ya,' pesan Ayah.

'Pulangnya jangan malem-malem,' Ted muncul dari balik pintu kamarnya sembari nyengir jahil ke adik sepupunya.

'Mas Teddy,' Naya merajuk sembari memanyunkan bibirnya.

'Udah gih, entar keburu kesiangan, kalian malah ga sempet jalan-jalan,' Ibu berujar, menghantar kedua muda-mudi itu pergi meninggalkan rumah.

seperti kemarin, Aksa membukakan pintu dan membantu Naya masuk ke dalam mobil sebelum duduk di bangku supir dan menjalankan mobilnya. yang beda, pagi itu, Aksa membuka pintu belakang mobilnya dulu, mengambil sebuah buket berisi bunga fresia, bunga kesukaan Naya, dan menyerahkannya pada gadis itu. Naya menerima bunga itu dan tersenyum manis pada pria yang akhirnya duduk di sampingnya dan mengemudi mobilnya menuju destinasi pertama mereka.

'Gue boleh suka sama lo nggak, Nay?' tanya Aksa memecah keheningan perjalanan mereka menuju ke Bogor.

Naya yang tadinya masih menatap buket bunga fresia sembari tersenyum mengangkat matanya dan menatap profil wajah Aksa dari samping. 'Why me?' Naya masih kaget. cuma kalimat itu yang terpikir olehnya.

'Because, you calmed the storm in my head,' jawaban Aksa simpel tapi tulus dari dalam hati. Naya nggak ngapa-ngapain, cuma duduk di samping Aksa doang. tapi hati Aksa damai, tenang, nggak bergejolak kayak biasanya. 'Nggak boleh ya?'

'Boleh, kok. kenapa nggak boleh,' Naya berujar, lembut sembari tersenyum. 'Calon pacar jadinya?' Naya bergumam. berharap Aksa nggak denger. padahal si cowok yang sok cool itu ternyata bisa denger jelas apa yang baru Naya omongin dan sebagai respon, senyumnya merekah. lebaaaarrr banget.


Setelah kunjungan ke makam Nenek, Naya dan Aksa langsung meluncur ke Taman Safari. sudah lama Naya nggak rekreasi ke kebun binatang. Naya nampak sangat antusias selama perjalanan. Mobil aksa terhenti di sebuah depot sate yang terletak di pinggiran jalan menuju ke kebun binatang tersebut. Naya memesan sepiring nasi dan sepuluh tusuk sate ayam campur dengan siraman bumbu kacang, sementara Aksa memesan sate kambing dan sepiring nasi. Kedua muda-mudi ini dengan sigap langsung menghabiskan makanan mereka sebelum melanjutkan perjalanan mereka.

'Bentar lagi sampe dong?' tanya Naya yang udah kayak anak umur 5 tahun yang bakal dijanjiin papa-mama nya jalan-jalan ke taman bermain.

'kalo kata W/AZE sih udah mau sampe, 10 menit lagi, maybe,' Aksa terkekeh sembari menyalakan mesin mobilnya.

'Nanti cari yang jual wortel sama kacang ya? gue mau beli buat kasi makan binatangnya,' Naya nyengir lebar sambil melancarkan jurus maut mata memelasnya.

'hahaha, iya, pasti,' Aksa terkekeh sembari mencubit pipi Naya, gemas katanya.

'Sa, katanya ya, kalau nanti pas ketemu harimau putih, terus lu ngeliat ke matanya, impian lu bakal jadi kenyataan,' Naya berceloteh.

'Kalo gitu gue cuma minta satu, Nay. gue mau bukan cuma jadi calon pacar aja,' Aksa buka suara sembari terkekeh melihat tingkah Naya.

'Ih Aksa,' Naya cuma bisa memukul pelan lengan pria yang terkekeh di sampingnya karena salah tingkah. Sebenernya dia juga mau minta gitu. tapi ga ada keberanian.

TO BE CONTINUED