Part 2 Buku, Daun Kering, Coklat Panas dan Tatapan Mata Itu By: Jace
'Nay, Naya,' Seorang cowok jangkung, berwajah tampan yang kira-kira tiga tahun lebih tua dari Naya sibuk melambaikan tangannya di depan Naya yang tengah melamun saat itu.
'Hah? kenapa?' Naya menatap cowok itu bingung.
Cowok itu lantas terkekeh melihat tingkah Naya. keduanya tengah duduk di meja piknik yang terletak di taman kampus. 'Kok ngelamun?' tanya cowok itu sembari meletakkan dua cup berisi coklat panas di atas meja.
'not like i have explanation about that, Kak,' ungkap sang dara sembari menghela nafasnya.
'Tapi ga biasa aja ngeliat lo ngelamun,' pemuda itu kemudian duduk di seberang Naya.
'Kak Yos, gue tadi ketemu sama Aksa. gue sempet lihat matanya. ada badai disana,' Naya mulai berfilosofi dengan bahasa puitisnya.
Yang dipanggil 'Yos' itu hanya menyimak. Pemilik nama lengkap Yosia Huguenot Kaehan itu kemudian menopang dagunya dengan kedua telapak tangannya. 'Gue udah jarang banget ngobrol atau ketemu sama Aksa. I hope he's okay though.' ungkapnya lagi.
'Don't think he's okay, kak. tapi lo bantuin gue ya. I need to confirm something. tapi gak sekarang,' tukas sang dara yang tengah sibuk dengan bukunya itu.
'Hmm, gue bantu sebisa gue ya,' si tampan itu mengangguk. tak lama setelah obrolan mereka terhenti, dari kejauhan, muncul seorang lelaki tampan, sedikit lebih pendek dari Yos, masih dibalut jas lab dan di lehernya masih tergantung sebuah stetoskop.
'Gua ketinggalan apa nih,' pemuda itu sembari duduk di sebelah Naya dan mengacak rambut sang gadis yang kini asik menggoreskan pensilnya di atas buku sketsanya.
'Mas Teddy ih!” Naya memajukan bibirnya sembari merajuk pada mahasiswa kedokteran tingkat akhir itu.
banyak anak-anak yang seliweran ngeliatin ketiga orang ini bingung. pasalnya Yos dan Teddy ini orang-orang yang cukup eksis dan berada di bawah 𝑙𝑖𝑚𝑒𝑙𝑖𝑔𝘩𝑡 kampus, sementara Naya hanya seorang anggota tim majalah kampus yang yah, nggak bisa dibilang terkenal atau eksis di kalangan mahasiswa kampus mereka.
Pasti orang-orang yang ngeliatin mereka bertiga itu bingung kenapa Naya, Yosia dan Ted begitu dekat, kayak bukan sekedar hubungan profesional antara 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑖𝑒𝑤𝑒𝑟 dan 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑖𝑒𝑤𝑒𝑒. Yosia dan Naya besar bersama, soalnya Naya, Yos, dan kakaknya Yos, Thaddeus, adalah sepupu dari satu nenek yang sama, dan ketiganya dibesarkan oleh nenek dan kakek mereka. Naya kembali ke rumah orang tuanya saat usianya 8 tahun, sementara Yos dan Ted menetap di rumah nenek bersama dengan kedua orang tua mereka. Yos dan Ted sama-sama masuk di tim dance. Ted masuk di generasi pertama tim dance kampus, sementara Yos bergabung di The LakiZ.
'Tapi, Nay kalo diliat-liat lo tuh sangat aware sama apapun yang berbau Aksa ya? dari dulu, jaman pertama kali gua mulai join The LakiZ,' cengiran jahil terlukis di bibir Yos.
'Kalo sama kita doang mah lu bebas jujur aja, ga akan nyebar juga ke orang, dek,' Teddy menimpali.
Bohong kalo Naya nggak menyimpan perasaan pada pemuda jangkung bermata sipit dan bibir kemerahan itu. Walau di awal Aksa nampak galak dan dingin,sebenernya anak itu punya sensitifitas yang tinggi dan pandai mengambil hati orang. Naya terdiam, matanya menatap daun yang jatuh di atas buku sketsanya.
'Hari ini pulang ke rumah nenek aja, Nay. gue mau ngobrol-ngobrol sama lu.been a while since the last time,' tukas si sulung Kaehan itu sembari merangkul sepupunya. membuat orang-orang yang melirik ke arah mereka jadi nyengir-nyengir sendiri. sebagian iri pengen berada di posisi Naya, sebagian lagi mengagumi kedekatan mereka.
interaksi mereka kemudian terpotong ketika sesosok pria jangkung bermata sipit dan profil wajah yang mirip seperti kucing berjalan mendekat kearah ketiga saudara sepupu itu.
'Elo Nayanika?' tanya si cowok berkulit putih itu pada Naya.
'Eh? Hah? iya, kenapa?' Naya salah tingkah mendengar cowok yang diam-diam ia kagumi itu memanggil namanya secara lengkap, bukan /Naya/ seperti layaknya orang-orang yang ada di dekatnya.
'Tadi jatoh,' ujarnya pendek sembari menyerahkan map milik Naya.
'm-makasih,' ungkap Naya lirih meratapi kecerobohannya.
'sama-sama,' cuma itu yang keluar dari mulut si cowok yang masih berdiri di hadapan Naya. ada kira-kira 5 menit jeda canggung diantara mereka.
'Loh, Laksana!' Yos pura-pura kaget buat mengurangi kecanggungan yang ada diantara keduanya.
'Kalian saling kenal?' tanya Aksa menatap ketiga orang di hadapannya dengan heran.
'Kak Yos sama Mas Ted itu sepupu gue,' jawab Naya, masih nggak berani menatap wajah tampan Aksa. gadis itu menyembunyikan wajahnya yang perlahan bersemu merah. 'Anyways, thanks udah mau repot-repot nganterin map ini,' sambung gadis itu.
'kok nunduk sih? angkat kepala lu dong,' pinta Aksa sembari mencari kedua manik coklat milik sang dara.
Naya perlahan mengangkat kepalanya dan menatap kedua manik hitam milik si jangkung Aksa dalam diam. diam namun lagi-lagi tatapan itu menghentikan kecamuk badai yang bergejolak dalam manik mata Aksa.