𝐈𝐈𝐈 𝗞𝗘.𝗟𝗔.𝗡𝗔 𝙋𝙖𝙧𝙩 𝟭 𝘽𝙮: 𝙅𝙖𝙘𝙚
Sore itu, Naya bersembunyi di perpustakaan. sebenarnya, nggak ada tugas atau kewajiban yang ngeharusin Naya ke perpus, dia hanya ingin mengejar deadline beberapa artikel untuk majalah kampus dengan tenang. Sore itu, Naya ditemani oleh si berisik Elisa, sahabatnya sekaligus saudara kembar Angga.
'Nay, balik yuk, gue bosen,' pinta Elisa sembari menarik lengan kemeja gombrong Naya.
'Tanggung, Sa. sedikit lagi. lo duluan aja,' Tukas Naya, masih fokus dengan artikel yang ia tulis.
'Gue balik sama Angga deh,' Elisa berujar sembari membereskan barang-barangnya dan memanyunkan bibirnya.
'Iya, gapapa, Sa. Balik duluan aja. Gue masih rada lama. Nanti gue minta dijemput sama Kak Yos atau Kak Ted aja,' Naya mengangguk dan mencari-cari ponselnya yang tersimpan di dalam tas ranselnya.
'Sama gue aja,' Suara lembut yang khas dari Laksana terdengar dari samping Naya. Pemuda jangkung itu rupanya dari tadi menyimak pembicaraan Naya dan Elisa yang duduk tepat berseberangan dengannya di meja panjang perpustakaan kampus mereka.
'Eh, Jangan. entar ngerepotin lo,' Naya menggeleng pelan, pasalnya ia nggak enak dengan Aksa. Meskipun pemuda itu yang menawarkan duluan, tapi kan hari ini Naya udah janji sama Yos dan Ted untuk menginap di rumah nenek mereka dan melakukan ritual berbagi cerita.
'Ternyata lo lupa gua tinggal deket rumah Bang Yos,' Aksa menghela napasnya dan berdiri dari bangkunya sembari bergumam. 'gue tunggu di depan perpus. lu beberes dulu aja,' Naya hanya menatap punggung Aksa sembari membereskan laptop dan buku tulisnya.
Naya menghampiri Aksa yang duduk di teras perpustakaan sembari mendengarkan musik melalui 𝑒𝑎𝑟𝑝𝘩𝑜𝑛𝑒 𝑏𝑙𝑢𝑒𝑡𝑜𝑜𝑡𝘩 yang tertempel di telinganya. Gadis itu kemudian menepuk pelan bahu wira tampan bermata sipit itu, yang membuat sang pemuda 183 cm menoleh ke arahnya dan melepas 𝑒𝑎𝑟𝑝𝘩𝑜𝑛𝑒 𝑏𝑙𝑢𝑒𝑡𝑜𝑜𝑡𝘩 yang melekat di telinganya.
'𝑺𝒆𝒃𝒆𝒏𝒆𝒓𝒏𝒚𝒂, 𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒍𝒐?' batin Naya sembari berjalan mengikuti Aksa dari belakang, agak jauh. Aksa yang menyadari bahwa posisi Naya agak jauh darinya kemudian membalik tubuhnya dan meraih tangan gadis berambut sebahu itu.
Seakan tahu apa yang jadi buah pikiran Naya, pemuda itu berkata, 'Gue nggak apa-apa, nanti kalo udah waktunya gue akan cerita ke lo, Nay,' ujar Aksa lembut sembari menggenggam tangan Naya.
Tangan Aksa hangat, menyelimuti tangan Naya yang masih dingin akibat AC ruang perpustakaan tadi. sesampainya di tempat mobil Aksa diparkir, sang pemuda ini langsung membukakan pintu mobilnya untuk sang gadis sebelum masuk dan duduk di bangku pengemudi.
'Aksa, jangan langsung pulang. gue mau cari makan dulu,' pinta Naya sembari memasang sabuk pengaman.
'Yuk, gue laper juga,' tukas sang adam sembari menyalakan mesin mobilnya. Ia membawa mobilnya menuju sebuah mall yang terletak nggak jauh dari kampus mereka. menurut Aksa, di situ banyak pilihan makanan enak. yah, walaupun banyakan harganya agak lumayan, tapi rasa dan kualitasnya terjamin.
Usai makan bareng, keduanya nggak langsung pulang. Aksa mengajak dara kelahiran 2000 itu berkeliling mall tanpa sedikitpun melepaskan genggaman tangannya dari tangan Naya. Naya juga nggak bisa protes. Buat Aksa, ia nggak mau melepas genggaman tangan itu karena Ia menemukan kehangatan dan kenyamanan ketika tangannya menyelimuti tangan Naya yang sedikit lebih kecil darinya. tangan Aksa tuh hangat, besar, Naya suka. kayak aman aja rasanya kalo tangan itu nyelimutin tangan Nay.
tanpa terasa, hari semakin gelap dan kedua sepupu Nay mulai membombardir ponsel Nay dengan banyak 𝑚𝑖𝑠𝑠𝑒𝑑 𝑐𝑎𝑙𝑙 dan pesan masuk.
'Mau pulang?' tanya Aksa.
sebenarnya, Nay ngggak mau pulang. tapi rumah Nenek semakin ketat setelah Nenek meninggal 2 tahun yang lalu. kedua orang tua Ted dan Yosia galak dan tegas apa lagi kalo menyangkut Nay. bukan kenapa-kenapa sih, tapi lebih ke karena Nay satu-satunya cucu cewek yang sering nginep di rumah nenek
'Aksa, gue udah dicariin sama orang rumah kak Yos,” Naya menarik lengan hoodie yang dikenakan Aksa.
'Balik aja, kalo gitu deh. tapi besok, kalo lo ga ada kelas mau jalan lagi?' tanya Aksa sembari mengangguk. keduanya kini berada di salah satu department store, sedang belanja-mata, sekedar melihat-lihat barang-barang yang kira-kira cocok dengan selera mereka.
'Besok gue kosong kok. mau temenin gue ke makam nenek?' tanya Naya sembari menatap cowok yang berjalan di sampingnya.
'boleh,' pemuda itu mengangguk. 'terus mau ngapain lagi?'
'Belum ada rencana sih. Ada tempat yang pengen banget lo kunjungin? atau kita ke kebun binatang aja. I mean makam Nenek ada di Bogor, deket sama Taman Safari. mau ke sana?' tanya Naya. kok ngomongnya jadi belibet begitu? padahal tadi lancar jaya aja.
'Hahahaha, gemes,' Aksa terkekeh sembari mencubit pipi Naya. 'It's okay with me.'
'Okay then,' Naya mengangguk sembari membuka pintu penumpang dan duduk di bangku penumpang.
TO BE CONTINUED