jace'sarchive

NP

#๐’๐ž๐ง๐ฃ๐š๐’๐š๐ง๐ฃ๐š๐ฒ๐š


๐‘พ๐’‰๐’†๐’“๐’† ๐‘ป๐’‰๐’† ๐‘บ๐’†๐’‚ ๐‘บ๐’๐’†๐’†๐’‘๐’”


Seutas kisah Maira dan Sanjaya. [#NP: Day6 (Even Of The Day) โ€“ Where The Sea Sleeps]


๐ท๐‘œ๐‘›โ€™๐‘ก ๐‘™๐‘’๐‘ก ๐‘”๐‘œ ๐‘œ๐‘“ ๐‘š๐‘ฆ ๐˜ฉ๐‘Ž๐‘›๐‘‘๐‘ , ๐‘ ๐‘ก๐‘Ž๐‘ฆ ๐‘ค๐‘–๐‘ก๐˜ฉ ๐‘š๐‘’. ๐ต๐‘’๐‘๐‘Ž๐‘ข๐‘ ๐‘’ ๐‘ค๐˜ฉ๐‘’๐‘› ๐‘ก๐˜ฉ๐‘’ ๐‘š๐‘œ๐‘Ÿ๐‘›๐‘–๐‘›๐‘” ๐‘๐‘œ๐‘š๐‘’๐‘  ๐‘–๐‘› ๐‘ ๐‘–๐‘™๐‘’๐‘›๐‘๐‘’, ๐ผ๐‘กโ€™๐‘™๐‘™ ๐‘๐‘’ ๐‘™๐‘–๐‘˜๐‘’ ๐‘Ž ๐‘‘๐‘Ÿ๐‘’๐‘Ž๐‘š โ€“ ๐——๐—ฎ๐˜†๐Ÿฒ โ€“ ๐—ช๐—ต๐—ฒ๐—ฟ๐—ฒ ๐—ง๐—ต๐—ฒ ๐—ฆ๐—ฒ๐—ฎ ๐—ฆ๐—น๐—ฒ๐—ฒ๐—ฝ๐˜€


10 Juli 2021โ€ฆ Hari ulang tahun Sanjaya yang sebelumnya selalu dihabiskan pemuda berlesung pipit itu dengan pergi mengunjungi tempat persemayaman abu jenazah Ara, kini perlahan berubah. Siang menjelang sore itu, pemuda yang tengah merayakan ulang tahun ke-23 nya itu tengah menikmati pemandangan pantai PIK yang tenang dan tak terlalu padat pengunjung hari itu. Tentu Sanjaya nggak sendirian, ada Maira yang menemaninya. Pagi tadi, keduanya baru saja menjenguk mendiang Ara di tempat persemayaman abu di dekat sana. Hari itu, Sanjaya mengenalkan Maira pada mendiang Ara dan berjanji untuk menjaga Maira seperti dulu ia menjaga Ara.

Jam 4 sore, keduanya masih duduk di hamparan pasir putih sambil memandang ke arah laut yang berdesir. Kata Maira, gadis mungil itu suka sekali suara ombak yang menenangkan hati. Sanjaya berbaring di atas alas piknik bermotif kotak-kotak dengan kepalanya yang bersandar dengan nyaman di pangkuan Maira. Kalo dipikir-pikir romantis banget, kayak orang pacaran. Padahal belum ada kata โ€˜pacaranโ€™ dari mulut Sanjaya maupun Maira. Keduanya masih nyaman dengan hubungan yang mereka jalani saat ini. Perlahan tapi pasti, semakin hari semakin akrab.

Sementara itu, jemari Maira masih sibuk membelai rambut coklat-keunguan milik pemuda yang akrab disapa Sanjaya ini sambil sesekali mengepang helai-helai lembut rambut pemuda sadawira itu.

โ€˜Selamat ulang tahun, Tian,โ€™ Maira membelai lembut rambut Sanjaya.

Sanjaya hanya tersenyum kecil menanggapi panggilan baru yang dilontarkan Maira untuknya. โ€˜Tumben manggil Tian,โ€™ kekehnya.

โ€˜Nggak papa, lucu juga manggil kamu Tian,โ€™ Maira nampak tersipu malu menanggapi Sanjaya yang tiba-tiba merubah posisinya dari berbaring dengan kepalanya di pangkuan Maira jadi duduk berhadapan dengan gadis manis bermanik mata kecoklatan itu.

Sanjaya hanya diam dan menatap Maira lekat-lekat. Menatap sosok Maira yang nampak manis dalam balutan summer dress putih, topi jerami coklat dengan aksen pita merah, rambutnya yang panjangnya sedikit melebihi bahu diikat kepang dua dengan anak-anak rambut halus yang beterbangan ditiup angina semilir pantai, pipinya yang bersemu merah, riasan sederhana pada wajahnya menyempurnakan setiap inci wajah manis gadis 158 cm itu. Pelan-pelan, Sanjaya yang awalnya tak mau menatap gadis lain selain mendiang Ara pun mulai memalingkan matanya pada si mungil manis di hadapannya.

Maira merobohkan tembok tinggi di hati Sanjaya. Perlahan tapi pasti, gadis ini mulai berhasil masuk ke dalam ruang hati Sanjaya yang selama ini tertutup rapat. Sanjaya mengulas senyum lembut sambil menatap Maira. Perlahan, pemuda berlesung pipit itu memotong jarak diantara kedua insan itu dan mengecup kening Maira.

โ€˜Thanks ya,โ€™ Sanjaya perlahan membawa Maira ke dalam pelukan hangatnya.

Maira tersenyum dan membalas pelukan itu dengan melingkarkan kedua lengan mungilnya ke bahu bidang milik pemuda itu. โ€˜Aku yang harusnya bersyukur kamu ngasih aku kesempatan buat bahagiain kamu sekali lagi,โ€™ suara gadis itu mengalun lembut di telinga Sanjaya.

Romantis banget deh pokoknya, suasana sore itu. Sanjaya dan Maira, berpelukan dengan latar matahari tenggelam di penghujung hari ulang tahun Sanjaya. Sebenarnya, acara hari itu belum selesai, masih ada makan malam yang sudah direncanakan Sanjaya. Tapi kayaknya Maira sudah sedikit kelelahan.

โ€˜Udah capek?โ€™ tanya Sanjaya sambil membelai rambut Maira. Rupanya, Sanjaya menyadari wajah Maira sedikit berubah letih. Nggak hanya itu, cacing di dalam perut pemuda 23 tahun ini-pun semakin giat berdemo.

โ€˜Lumayan,โ€™ Maira mengangguk sambil menatap wajah tampan Sanjaya.

Tanpa aba-aba, Sanjaya membantu Maira berdiri dari tempat duduknya, melipat alas duduk mereka, membereskan semuanya dan mengalungkan tas Maira di lehernya sebelum ia berjongkok di depan Maira.

โ€˜Mai, naik sini,โ€™ Sanjaya berujar.

โ€˜Ih Tian, tapi kan aku berat,โ€™ Maira mengerucutkan bibirnya.

โ€˜Naik aja, Mai. Kan katanya capek,โ€™ Sanjaya terkekeh setelah mendengar suara cacing-cacing yang sudah mulai berdemo di perut Maira. โ€˜Udah laper kan, kita makan di deket sini aja ya.โ€™

Maira menyandarkan tubuhnya pada punggung Sanjaya dan mengalungkan kedua lengannya di pundak sang wira. โ€˜Mau makan apa?โ€™ tanya gadis itu sambil memilin anak rambut Sanjaya sembari keduanya berjalan menjauh dari Kawasan pantai.

โ€˜Gioi?โ€™ Gumam Sanjaya sambil menunjuk restoran di Kawasan ruko yang ada di dekat sana dengan dagunya. โ€˜Katanya di situ makanannya enak.โ€™


Sepanjang makan malam berdua di Gioi, keduanya berbincang seru tentang segala topik mulai dari yang ringan hingga mengenai pandemic yang sedang merebak di seluruh dunia. Tak terasa, makanan mereka-pun akhirnya habis dan keduanya pun harus kembali pulang karena di luar langit sudah mulai gelap dan orang tua Maira sudah mulai menghubungi gadis itu lantaran khawatir.

โ€˜Mai, sebelom telat gue mau mastiin sesuatu,โ€™ Sanjaya berujar dibalik masker yang menutup mulutnya.

โ€˜Apa tuh?โ€™ tanya gadis itu sambil menatap Sanjaya yang berjalan di sampingnya.

โ€˜Gue mau minta izin sama lu, buat belajar ngasih cinta yang selama ini hilang dari hidup gue, boleh?โ€™ tanya Sanjaya sambil balas menatap Maira.

โ€˜Kok tiba-tiba nanya gini?โ€™ tanya Maira yang mulai salah tingkah. Wajahnya tersipu, langkahnya terhenti, jantungnya berdegup kencang.

โ€˜Belajar mencintai menjadi sulit selama beberapa tahun ini, Mai. Buat gueโ€ฆ. Noโ€”buatku, setelah kehilangan Ara, aku takut mencintai orang. Tapi, waktu kamu datang, perlahan tembok yang aku bangun runtuh, Mai. Aku bersyukur kamu ada dan datang di saat yang tepat. Tapi aku boleh kan, sayang sama kamu, Mai. Lebih dari sekedar teman, tapi mungkin jadi teman hidup,โ€™ ujar Sanjaya di bawah temaram sinar bulan purnama, matanya berbinar.

Pemuda kelahiran 10 Juli 1999 itu menatap wajah Maira, gadis yang beberapa bulan ini selalu menemani dan memberinya semangat, di tengah masa-masa sulit yang membuat semua orang sulit memaknai cinta, Maira hadir dan mengubah hidup Sanjaya yang tadinya tertutup akan segala kemungkinan untuk kembali mencintai, kembali mengenal bagaimana rasanya jatuh cinta.

โ€˜Tian, aku bersyukur juga bisa ketemu kamu, bersyukur juga aku bisa lihat dunia lagi berkat mata dari Ara. Nggak ada yang melarang orang untuk saling mencintai satu sama lain,โ€™ Maira berhenti dan tersenyum maniiisss banget. Sanjaya kayaknya mulai besok bisa kena diabetes karena senyum manis Maira.

โ€˜Jadi, boleh nggak, aku menjejakkan kaki di pintu hati mu. Mungkin tinggal di dalam hatimu juga,โ€™ Sanjaya menggandeng tangan Maira sambil berjalan agak sedikit di depan Maira, mengalihkan pandangannya supaya si mungil itu nggak bisa melihat wajah Sanjaya yang lagi blushing.

Maira menghentikan langkahnya. Hal itu membuat Sanjaya tiba-tiba berhenti dan menoleh ke gadis itu, memandang wajah mungilnya yang diterangi cahaya dari pendaran lampu jalan yang ada di area parkir. โ€˜Boleh, Tian. Kamu nggak perlu minta izin ke aku, aku sayang sama kamu, kalau kamu mau tau. Hehehe,โ€™ ujar Maira sambil mencubit pipi Sanjaya yang memerah.

Sanjaya berjalan mendekat, senyumnya manis banget, lesung pipit idola semua orang itu terlukis di pipinya, kalo kata orang-orang, brightness di wajah pemuda Sadawira itu meningkat hingga 200% saat mendekat pada Maira. Kutub magnet yang akhirnya bisa menarik Sanjaya untuk berpulang dan menemukan tempat dimana hastinya bersemayam dengan nyaman dan bahagia.

โ€˜Jadi hari ini aku pacarnya Maira ya,โ€™ Sanjaya berujar dengan suara nyaring, sampai-sampai banyak orang ikutan nengok sambil senyum-senyum ngeliatin pasangan baru ini.

โ€˜Tiaaaannn, udah dooong, maluuuu,โ€™ Maira menutup wajahnya yang memerah karena malu.


[ 1159 words; 03/07/2021; 10:52 ]

#๐‘บ๐’‚๐’š๐‘ด๐’š๐‘ต๐’‚๐’Ž๐’†


๐‘น๐’†๐’Ž๐’†๐’Ž๐’ƒ๐’†๐’“ ๐‘ด๐’†


[#NP: Remember Me- Ost Coco]


[ceritanya agak mundur dari ss chat dan twt yang sebelumnya. alurnya balik ke waktu Sean dateng ke rumah Tania]

Terhitung sejak kejadian menenangkan Tania barusan, Sean tidak beranjak sedikitpun meninggalkan kekasih hatinya itu. Ia duduk di samping ranjang tempat Tania terbaring. Tangannya menggenggam tangan kecil Tania. Kalau Tania tiba-tiba ngelindur atau nangis, Sean dengan sigap mengecup lembut punggung tangan dan kening Tania sambil membisikkan kalimat ajaib, โ€œAda aku di sini. Kamu jangan takut,โ€ dengan bisikan itu, Sean selalu berhasil menghentinkan tangis Tania.

Tak lama kemudian, efek obat penenang yang diberikan Kiano saat serangan sakit kepala Tania terjadi siang tadi berangsur memudar. Puteri yang tadinya tertidur itu perlahan membuka matanya dan menemukan sosok yang bukan sepupunya, bukan juga kedua saudara laki-lakinya, namun tak asing karena pemuda ini kerap kali muncul di dalam ingatannya. Kalau kemarin, ingatan tentang si tampan ini hanya muncul samar-samar, hari ini, saat ini, sang adam berada di hadapan Tania. ketiduran, kayaknya. tania memainkan rambut pemuda itu.

'Sean,' panggil Tania, suaranya masih agak parau.

'Eh, Tania udah bangun?' Sean auto terkesiap waktu denger suara kekasihnya memanggil namanya.

'Maaf ya,' Tania menatap kekasihnya sambil membelai rambut sang adam.

'Untuk apa?' tanya Sean sambil membenarkan posisi duduknya dan menatap sang gadis.

'Habis akunya terlambat inget kamu,' Tania merajuk, mengeluarkan jurus bibir manyunnya yang menggemaskan itu.

'Sekarang udah inget?' tanya Sean, masih menatap pacarnya lekat-lekat. mana ada yang tahan dengan ekspresi imut nan menggemaskan milik Tania barusan.

'Sedikit sih. puzzlenya mulai kesusun lagi,' Tania menunjuk susunan puzzle di mejanya. bukan puzzle sungguhan sih. lebih kayak potongan foto-foto yang sengaja dicetak sama Kiano buat membantu Tania ingat sama memori yang sempat hilang.

'Jangan maksain diri dong, Sayang. Kalo emang hilang, mau bikin yang baru nggak sama aku?' tanya Sean sambil duduk di pinggir ranjang Tania dan merentangkan tangannya.

Tania mengangguk dan bergerak maju sedikit untuk masuk ke dalam dekapan hangat Sean. suara detak jantung Sean berhasil membuat hatinya tenang. itu yang dia butuhkan, peluk dan detak jantung separuh hidupnya.


'Makasih ya, udah inget aku,' Sean membelai rambut kekasihnya.

'Makasihnya buat kamu tau, kan kamu yang doain aku terus,' Tania tersenyum dan menatap wajah Sean yang kini menampilkan semburat merah jambu.

'Bentar lagi jam 6, waktunya minum obat, aku masak dulu di bawah deh. nanti aku jemput kamu ke sini, kita makan bareng. entar malem, aku minta izin Mas Yoan buat temenin kamu di sini ya,' Sean mengecup kening Tania lembut dan berdiri.

Tania dengan sigap menangkap tangan besar pemuda itu dan menautkan jemarinya dengan jemari besar Sean.

'Kenapa, tuan putri?' tanya Sean.

'Mau kiss,' Tania nyengir lagi.

'Idih,' Sean pura-pura mengeluarkan ekspresi julidnya, tapi akhirnya ia merundukkan tubuh tingginya itu dan mengecup kening Tania. 'Ah, iya bentar,' Sean kemudian mengecup bibir Tania lembut, sementara wajah sang dara memerah karena kaget Sean mengecup bibirnya tanpa aba-aba. Jantungnya berdegup kencang.

'Nggak sehat emang pacaran sama kamu,' Tania memegang dadanya dan merasakan seakan-akan jantungnya akan melompat keluar dari tulang rusuknya.