𝐒𝐞𝐠𝐞𝐥𝐚𝐬 𝐊𝐨𝐩𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐓𝐮𝐦𝐛𝐥𝐞𝐫 𝐆𝐚𝐥𝐚𝐱𝐲 #Untitled
“Mas Justi, saya ke bawah dulu ya, mau beli kopi sebentar,” Tukas Cio, minta izin pada atasannya.
“Gua nitip Americano segelas ya, San,” Justi, si jangkung berwajah tampan itu mengangguk sambil menyerahkan tumbler stainless berwarna perak miliknya.
“Siap boss,” Cio menerima tumbler itu sambil mengangguk.
“Yo, aku bareng dong,” Kali ini Briel keluar dari kubikel nya sambil menenteng tumbler dan dompetnya.
Keduanya berjalan berdampingan menuju ke cafe yang terletak di lantai dasar menara perkantoran yang dihuni oleh beberapa anak perusahaan Samudera Corporation itu. Briel dengan santainya menggandeng tangan Cio dan pemuda itu pun dengan natural membalas genggaman sahabatnya itu. Gabriel dan Niccio memang mantan rasa pacaran, kalau kata orang-orang. Meski sudah putus, namun diantara keduanya tak pernah ada kata canggung.
“Kamu masih bucinin Galaxy?” Briel melirik Tumbler hitam bermotif print galaxy yang didominasi warna ungu dan biru yang ada di tas tote bag bening di tangan kanan Cio.
“Ya sama siapa lagi aku bucin? masa sama kamu?” canda Cio sambil tersenyum jenaka.
“Ya enggak gitu juga, Iyo,” Briel memanyunkan bibirnya. Iyo itu panggilan spesial yang diberikan Briel ke Cio dari waktu mereka pacaran dulu sampai sekarang.
“Bri, katanya anak finance ada yang suka sama kamu loh. aku denger pas tadi Mas Justi sama Rion lagi ngobrol di telfon,” Cio berujar membuat Briel makin salah tingkah. Pasalnya, dia nggak menyangka bakalan ada yang suka sama kepribadiannya yang pecicilan banget itu.
“Baru nge-freelance sebulan padahal kamu, Bri. Tapi udah banyak yang naksir,” kekeh Cio ketika keduanya tiba di konter pemesanan cafe yang tak terlalu ramai itu.
Cuma ada satu orang di depan mereka, kira-kira 180 cm tingginya, mungkin kurang sedikit, mungkin juga lebih sedikit. garis wajahnya lembut sekali, tampan, kalau menurut standar pengelihatan Cio. Tumbler Pink dengan dekorasi timbul bunga sakura.
“Saya pesan 1 strawberry yogurt smoothie di tumbler ya,” ujar sang adam yang berdiri di depan Briel dan Cio. Ya Tuhan, suaranya lembut dan ganteng banget. Serak-serak basah, sexy. Cio sampai bengong mendengar suara rendah dan seksinya si bapak muda barusan.
“Niccio, giliran mu tuh,” Briel menepuk bahu Cio, membangunkan si lesung pipi itu dari admirasinya terhadap makhluk indah yang barus saja berlalu ke konter pick-up.
“Americano nya 2, di tumbler ya,” Cio menyerahkan dua tumbler yang dipegangnya pada sang barista.
“Baik, atas nama siapa?” tanya si barista lagi.
“Cio,” jawabnya sambil menyerahkan kartu kreditnya untuk membayar.
Jam istirahat hampir berakhir, Cio dan Briel masih menunggu minumannya dibuat, bareng sama eksekutif muda nan tampan yang tadi berdiri di depan antrian mereka. Cio masih mencuri pandang dengan ekor matanya ke arah si EsMud ganteng yang masih menunggu strawberry yogurt smoothie nya.
Waktu pesanan mereka tiba, Cio segera mengambil pesanannya dengan terburu-buru tanpa memperhatikan tumbler yang dia ambil barusan adalah tumbler justi dan tumbler sakura yang jelas bukan miliknya, karena sudah ditunggu oleh Justi, atasannya. Sementara, si tampan yang ada di dekatnya juga terlalu sibuk dengan ponselnya sampai-sampai ia tidak menyadari kalau tumbler yang ia ambil adalah tumbler galaxy milik Niccio.
Mata Cio mengerjap ketika ia mencoba minumannya. Ada yang aneh dengan americano yang baru saja dipesannya. Harusnya, americano kan pahit, kok ini asam, manis dan creamy? Rasa yang aneh bagi yang tak begitu menyukai rasa manis di minuman seperti Cio.
“Lo kenapa, Niccio?” tanya Justicio setelah melihat ekspresi wajah Cio.
“Minuman gue kok aneh ya?” Cio bertanya sambil mengerjapkan matanya lagi.
“Gue baru mau nanya banget nih, kok tumbler galaxy lo berubah jadi warna pink gitu? Dan kayaknya gue kenal sama tumbler itu, familiar banget?” Justi menatap tumbler di tangan Cio sambil mengernyitkan keningnya.
“Hah? Pink?” Cio mengangkat tumblernya dan meneliti kejanggalan yang diutarakan oleh sang atasan.
“Kayaknya ini punya kakak yang tadi ngantri di depan kita tadi, deh,” timpal Briel.
“Strawberry smoothie,” Cio mengecap-ngecapkan lidahnya, mempelajari rasa yang janggal di dalam mulutnya itu.
“Punya lo ketuker sama punya Bang Samudra, kayaknya,” Justi terkekeh.
“Narendra Samudra? CEO Samudra Corp?” mata Cio terbelalak.
“Jadi kakak ganteng di depan kita tadi tuh, yang punya seluruh kantor ini?” Briel juga ikutan kaget.
Justi tergelak melihat kepanikan junior-juniornya itu. Si Jangkung itu kemudian mengangguk. “Tenang, dia ga bakal marah cuma gara-gara minumannya keminum sama lo, Niccio.”
Di lantai 27, penthouse gedung Samudra Corp. ...
“Perasaan gue mesennya Strawberry smoothie deh. Kok yang keluar americano,” gumam Narendra dalam hati.
“Dek, sejak kapan lo punya tumbler galaxy gitu. bukannya biasanya lo pake tumbler gue yang pink sakura itu?” tanya Nayyara sambil meletakkan berkas-berkas yang harus ditandatangani oleh adiknya di atas meja.
“Hah? perasaan tadi gue bawa tumbler lo, kak,” Naren menatap sang kakak bingung.
“Itu, lo coba liat tumbler lo,” Sang kakak mengedikan kepalanya ke arah tumbler yang dari tadi dipegang Naren.
“Ketuker sama anak cowok yang tadi ngantri di belakang gue. Kayaknya freelance di Khatulistiwa media deh,” Naren berujar.
“Siapa tau itu jodoh lo, dek,” Nayyara tersenyum.