jace'sarchive

Liztomania13

#Liztomania13 Santa, Joana, Kediaman Juniawarman dan Foto Mendiang Papa.


Hari itu, Rumah kediaman keluarga Juniawarman ramai. William mengundang Santa, Yudhis dan Yonathan untuk bertandang ke rumahnya untuk ikut menikmati kudapan makan malam yang dibawa oleh Hansel. Sore menjelang malam, semuanya sudah selesai menikmati makanan dan kini berkumpul di ruang tengah. Mama udah masuk kamarnya, membiarkan anak-anak muda itu berkumpul dan berbincang. Sementara kakak-kakaknya ngumpul, Joseph, si bungsu, mengendap-endap keluar rumah dengan satu pak rokok mild dan electric lighter di tangan kanannya.

'Jose, stop. bawa apa itu?' Joanna yang memergoki adiknya langsung bertanya dengan tatapan interogatif.

'Eh bukan punya Jose kok, Kak Ann,' Joseph mengelak.

'Bukan punya kamu kenapa ada di tangan kamu,' Joanna tak mau kalah. Kini di matanya ada badai yang nggak bisa dijelaskan.

'Jose mau ngumpul sama temen-temen,' kilah sang adik menanggapi tatapan interogatif sang kakak.

Tangan kanan Joanna terkepal. Jantungnya serasa mau melompat keluar dari tulang rusuknya. gadis itu sudah kehilangan kata-kata. Tapi semua tau di matanya terlukis ketakutan dan badai yang nggak bisa dijelaskan. kedua netranya menatap foto mendiang ayahnya yang menghiasi tembok yang ada di hadapannya.

'Ann, udah lah,' Kini Hansel merangkul pundak Joanna. berusaha menenangkan badai yang terlukis di wajah gadis kelahiran 1999 itu.

“Ann bakalan tertekan dan takut banget kalau dia berada disekeliling orang yang ngerokok,' Yudhis menjelaskan saat menangkap wajah bingung Santa dan Yonathan.

'Kenapa?' itu yang keluar dari bibir Santa yang menangkap kejanggalan dari air wajah pujaan hatinya.

'Papa meninggal karena kanker paru-paru. sedikit banyak karena beliau suka nyepur, ngerokok tanpa batas. sejak itu, Ann punya trauma yang besar sama rokok, perokok dan asap rokok. makannya untuk ngejaga Joanna, gue sama Kak Han ga ngerokok,' jelas William.

Mendengar penjelasan panjang lebar William, Santa auto berdiri dan menghampiri Hansel dan Joana. Dengan lembut pemuda 21 tahun itu mengambil tangan Joanna dalam genggaman tangan hangatnya. 'Kak, Joanna biar sama gue aja,' Santa membimbing Joanna keluar dari suasana panas itu untuk menenangkan diri.

'Jose, kamu tau Joanna takut dan trauma sama benda itu. Koko harap, kamu bisa lebih peka lain kali,' Hansel berhenti sejenak. 'Koko kecewa sama kamu.'

'Masuk kamar, sekarang,' suara Hansel memang ga keras, tapi ada otoritas di dalam suara itu. Yudhis udah tatap-tatapan sama William takut ada apa-apa terjadi di ruang tengah. Yang disuruh masuk kamar cuma menunduk dan nurut sama perintah sang kakak.

'Dia cuma cari media buat pembuktian diri aja,' Yudhis menepuk bahu sepupunya.

'Tapi nggak lewat benda yang bisa nyakitin kembaran gue, Dhis,' William mengusap wajahnya kasar.

'Udah, biarin aja. anak itu perlu dikerasin sekali-sekali,' Hansel menghela nafas sembari menyesap cola nya.

'Ngomong-ngomong, Santa sama Joanna kemana?' tanya Yonathan, menyadari kalau kedua temannya nggak berada di sekitarnya.

'Paling ke taman depan. biarin aja. Joanna butuh udara segar,' Jawab Hansel.


'Ann,' panggil Santa waktu keduanya sedang duduk di salah satu bench yang ada di taman.

'Ya?' Joanna menoleh dan menatap Santa.

'Udah lebih tenang?' Santa masih menggenggam tangan Joanna. Tangan gadis itu mungil banget kalau dibanding dengan tangannya.

'Makasih, San,' Joanna membalas genggaman tangan Santa sambil berjalan sejajar dengan langkah kaki Santa.

'Gue ga ngapa-ngapain kok,' Santa diam-diam tersenyum, disusul sama lesung pipit yang terlukis manis di wajahnya.

'You have dimples,' Joanna mengamati wajah Santa.

'Runs in the family,' Santa mengangguk malu-malu. padahal mah biasanya malu-maluin.

'San, makasih ya. mungkin kalo lo nggak bawa gue keluar gue bakal nangis bego di depan yang lain,' Joanna menatap Santa sambil memainkan lengan sweater rajut yang dipakai pemuda berlesung pipit yang tengah menggandeng tangannya.

'Hey, it's okay to cry, Joanna. Just remember, bokap lo di atas sana nggak akan mau liat anak cewek semata wayangnya nangis,' Santa berujar sembari menghentikan langkahnya. 'gimana kalo kita cari eskrim buat ngademin pikiran?' tawar Santa yang auto disambut anggukan kepala dari gadis 159 cm di sampingnya.

'Yeay, ditraktir!' Joanna berseru, disusul kekehan renyah dari pemilik nama Santa itu.


saved: 2021/02/01