Semalam Sebelum Liga Basket Antar Angkatan By: #JayWriter

“Gue nggak punya jersey angkatan,” Zilia merajuk sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya di atas meja makan. “Kita kan ikut tanding semua, Zi,” Kevin berujar sembari membantu Niel beres-beres meja makan. “Eh, bener juga ya. kalo gitu pake yang dikasih sama Kak Jacie aja ya?” Zilia tersenyum sembari beranjak dari tempat duduknya dan mengambil lap microfiber berwarna pink mentereng yang tergantung di samping wastafel. “Yes, pake itu aja,” Niel mengangguk. “Nanti gue dandanin lu biar ga plain-plain banget.” “Oke Nyel, I entrusted the fashion part to you,” Zili manggut-manggut sambil ngelap meja. “Habis beres-beres ke teras yuk, bintangnya bagus,” ajak Jamie sambil setengah berbisik pada Zilia.

setelah usai merapikan ruang makan, Kevin dan Niel kembali ke kamar mereka masing-masing. Waktu yang lainnya udah masuk ke kamar, Kyu segera meraih tangan Zilia dan menarik lengan gadis itu pelan sembari membimbingnya ke kebun belakang rumah kontrakan. Kyu menarik bangku bambu berpelitur hitam dan menyuruh sahabatnya itu duduk di bangku itu dan segera menarik bangku lain untuk duduk di samping Zilia.

“Katanya bintangnya bagus, Kak Hayden yang bilang. katanya Zili suka bintang,” pemilik nama Quentin James itu berujar sambil tersenyum. “Zili kangen mom,” Zilia menatap ke langit sambil menahan bulir air matanya turun membasahi pipinya. “Tante udah titip Zilia ke Jamie, Niel, Kak Hayden dan Rio. Zilia nggak sendiri,” Pemuda itu berujar sambil berjongkok di hadapan Zilia. kedua tangannya merengkuh tubuh mungil Zilia di dalam pelukannya. dan seketika, tangisan zilia pecah. kaos hitam yang saat itu dikenakan oleh Kyu basah oleh airmata Zilia. “Jamie ga akan ninggalin Zilia kan?” Zilia berujar ditengah isak tangisnya. “Nggak, Jamie disini. dan selalu di sini. Jamie ga akan ninggalin Zilia,” Kyu dengan penuh afeksi mengecup puncak kepala Zilia, kayak orang pacaran kan? tapi kenyataannya, mereka masih dalam zona-teman alias friendzone.

Jamie menatap sahabatnya itu dalam-dalam. Tapi yang ditatap malah mengalihkan matanya dari pandangan tajam wira berambut kecoklatan di hadapannya sembari mengatur detak jantungnya yang tiba-tiba jadi cepet gara-gara tatapan tajam Jamie. Dalam lubuk hati Zilia yang terdalam, ada bibit-bibit rasa sayang dan nggak pengen Jamie jadi milik orang lain. Dia tau rasanya kehilangan orang yang dia sayang. Ia tau rasanya ditinggalkan orang-orang yang dianggapnya teman, tempatnya bersandar ketika mereka menemukan yang lebih sempurna dan tidak berkekurangan seperti Zilia.

“Diluar sana, banyak yang lebih sempurna dari Zilia. kenapa Jamie mau temenan sama Zilia yang kata mereka adalah monster, virus dan harus dijauhin?” lirih gadis berusia 22 tahun itu sembari memainkan lengan sweaternya. “Tuhan kasih Jamie sahabat terbaik. Sahabat yang waktu TK dulu mukul Jordy karena ngerebut makanan Jamie. Jamie ga mau posisimu digantiin orang lain. Jamie ga butuh orang yang sempurna buat jadi sahabat. Jamie butuh Zilia,” Jamie meraih tangan Zilia dan menarik lengan bajunya. “Kamu dan lukamu, adalah bagian dari proses pendewasaan. aku bersyukur sahabatku Zilia, bukan yang lain. kalo digandeng Jamie, jangan dilepas ya.” senyum manis Jamie terlukis di wajahnya disusul dengan lesung pipit manis yang terlihat mewarnai wajahnya.

Zilia hanya mengangguk dalam diam. ada semu merah jambu di pipinya. Diam-diam ia merekam wajah menggemaskan Jamie yang tersenyum padanya. Menolak untuk melupakan momen ini. Siapa yang bisa menolak suka pada cowok satu itu. senyumnya aja sudah bikin jantung berdisko. pun caranya memperlakukan sahabat dan teman-temannya pun bisa membuat orang yang baru kenal sekalipun jatuh hati padanya. Jamie kemudian menggenggam tangan mungil Zilia dan membimbing gadis itu masuk ke dalam rumah kontrakan mereka.