#AFRAID


“𝑰'𝒎 𝑯𝒐𝒎𝒆”


'Kal,' Suara Evan menggema di koridor ketika sang empunya nama itu melepas sepatu dan berjalan masuk ke ruang tengah.

Kal berjalan keluar dari kamarnya sembari menggendong Galaxy di tangan kanannya. Ia kemudian menurunkan Galaxy yang langsung berlari ke kandangnya di ruang tengah sementara Kal berjalan mendekat ke sosok pria jangkung yang baru saja melangkah masuk ke dalam rumah.

'I'm sorry,' Kal menghajar Evan dengan sebuah pelukan sambil membenamkan wajahnya di bahu yang lebih tua. 'I'm sorry,' ulangnya lagi perlahan suaranya semakin bergetar.

Evan membalas pelukan Kal dengan pelukan yang tak kalah hangatnya. 'Hey, it's okay. gue udah maafin lo,' Yang lebih tua terkekeh sambil membelai rambut hitam Kal.

'huhuhu...' yang lebih muda hanya bisa terisak di dada yang lebih tua lantaran perasaan bersalah yang mengganjal di dadanya.

'Kok nangis?' tanya Evan yang masih dengan sabar membelai punggung Kal.

Kal terdiam sejenak. diantara sesenggukan tangisnya, ia mengangkat wajahnya menatap Evan. 'Takut....' itu yang keluar dari mulut Kal.

'Gue udah maafin lo. dan gue juga minta maaf sama gue, Kal. Gue sadar, gue belum jadi pacar lo,' Evan balas menatap orbit kecoklatan milik Kal.

'Gue nggak mau kehilangan lo seperti gue kehilangan Kak Kelly dan Papa,' mata sipit Kal masih dengan tajam menatap Evan.

'Gue nggak akan kemanapun, Kal. I'm home. Cuma lo tempat gue pulang,' Evan kemudian menarik kursi dari pantry dan duduk di kursi itu dan duduk di kursi itu sambil menarik Kal mendekat.

Kal yang ditarik mau nggak mau ikut mendekat. perlahan ia menundukkan kepalanya dan menaruh tangannya di bahu Evan. Wangi musk mallow dan suede yang dikenakan Evan malam itu menyeruak ke indera penciuman milik Kal. Namun, itu semua tak menghalangi Kal yang kemudian bergerak mendekat dan mendaratkan labia merah jambunya pada bibir merah milik Evan. bukan ciuman penuh gairah, hanya ciuman lembut, penyalur segala perasaan dan kerinduan yang ada dalam hati keduanya.

'Manis,' gumam Evan selepas ciuman mereka.

'Hah?' Kal menatap bingung Evan. Tangannya masih membelai rambut dan wajah Evan yang beberapa hari ini nggak di rumah dan membuatnya rindu setengah mati.

'Bibirmu manis,' Evan mengusap bibir merah jambu Kal dengan ibu jarinya.

'Ohh, tadi habis makan cherry,' Kal kemudian mengecup kening Evan.

'Jadi gimana? mau kan, pacaran sama gue? jadi penghuni tetap di hati gue?' tanya Evan.

'Kalau gue pulang ke hati lo, apa lo akan buka pintunya lebar-lebar buat gue dan masuk ke sana? mungkin kita bakal berdua sampai tua nanti, kalo Tuhan kasih izin.' Kal kini duduk di pangkuan Evan sambil masih menatap pujaan hatinya dan memainkan rambutnya.

'Iya,' Evan mengangguk. 'Lo mau buka hati buat gue?' tanyanya lagi.

'Mau, sayang,' Kal mengangguk mantap sambil memeluk Evan dan membenamkan kepalanya di bahu Evan. Menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah jambu.

'So, it's official, right?' Evan bertanya. Kal hanya menyembunyikan wajah kemerahannya di bahu Evan dan menepuk punggung Evan dua kali tanda mengiyakan ajakan Evan untuk berpacaran.

'Today is day one,' Kal tersenyum sambil mengecup pipi Evan sebelum membantu pemuda paruh Batak itu mengangkut barang-barangnya ke kamar Kal.