ADHD By: #JayWriter

— Ini kejadian 10 tahun yang lalu. dikelas

“Emang bener kata orang-orang? Lo beneran Autis?” Nana memandang Zilia dengan wajah menghakimi. ia sengaja pake suara keras-keras biar sekelas denger. matanya memandang Zilia seakan-akan Zilia itu orang aneh dari planet mana gitu. ini bukan pertama kalinya Zilia diginiin sama temen sekelasnya. “Gue nggak Autis, ADHD,” Kilah Zilia. dia kesal setiap kali orang mengira kelainan yang diidapnya adalah spektrum Autisme. “Jelas-jelas banget bedanya,” ungkapnya melawan argumen Nana. “Ih Zilia Idiot!” kilah Rasya sambil nyengir jahat ke Zilia. sementara yang punya nama cuma diam dan menunduk. “Lo ga pantes punya temen, Zilia. anak idiot pantesnya dikucilin,” Erlin terkekeh sambil menoyor kepala Zilia yang kemudian ditepis oleh Kyu. “Nggak usah pegang-pegang Zilia!” Kyu kemudian menarik Zilia ke dalam pelukannya. Zilia hanya menunduk sambil menggaruk-garuk pergelangan tangannya dengan kukunya yang sebenernya nggak terlalu tajam. “Ih Virus!” Sion yang duduk di bangku belakangnya berteriak. “Jangan deketan Zilia! dia Virus!”

Tangan kirinya semakin gemetar dan gusar menggaruk tangan kanannya yang kini sudah lecet-lecet, merah dan pastinya perih sekali. Bibirnya terkatup rapat. Dia nggak bisa apa-apa. Sion dan orang tuanya punya pengaruh besar di kelas. nggak mungkin, dia mukul Sion. Yang ada dia dikeluarkan dari sekolah kalau sampai itu terjadi.

“SION LU IKUT GUA KE LUAR SEKARANG,” Niel berteriak sembari menarik kerah baju Sion supaya anaknya ikut keluar dari kelas.

Untungnya, disamping Zilia selalu ada Kyu dan Niel. sementara Niel mengurus Sion si mulut bedebah itu, Kyu dengan sigap memeluk dan menutup kedua telinga Zilia dengan earphone dan memutar lagu dengan volume paling keras. Niel menatap Sion dengan wajah menantang dan melayangkan tinjunya tepat di hidung Sion.

“Heh! Bencong!! Mau lu apa?” Sion berteriak keras. “Mau gue, lu ngerasain sakitnya jadi Zilia. Kekurangan dia bukan berarti ada untuk lu hina.” /Bugh/ Niel melayangkan tinju keduanya. “Mulut punya gue. gue bebas mau ngomong apa aja,” Sion balas berteriak dan balas meninju Niel. beruntung Niel ikut kelas wushu dan berhasil mengelak sebelum mengunci gerakan Sion dengan mengunci kedua tangan si gempal itu di belakang punggungnya. “Sion, lu nggak ada hak ngatain Zilia karena lu nggak ngerasain jadi dia. lu nggak ngerasain capek dan pusingnya berobat supaya dia terlihat normal seperti kita.” Niel berseru. “Sekali lagi lo ngatain Zilia kayak gitu lagi, lu bukan cuma berhadapan sama gue.” Niel melepaskan kedua tangan Sion dan meninggalkan Sion yang masih kaget melihat Niel yang terlihat soft di luaran ternyata bisa garang juga.

di dalam kelas, Zili masih menangis di dalam pelukan Kyu. Usahanya untuk jadi normal seperti orang lain sia-sia. Kasian Mommy dan Dad yang sering bolak-balik antar Zilia ke rumah sakit untuk konsultasi dengan Psikiater. Entah sudah berapa banyak obat yang harus dikonsumsi Zilia untuk meredam kelemahannya. Belum lagi terapi yang melelahkan yang harus ia lakukan. Zilia cuma punya Kokonya, Rio, Kyu dan Niel saat ini.

“Zi, udah ya, jangan dipikirin. kan Jamie disini,” Kyu merengkuh gadis itu dalam pelukannya. “huhuhu,” Zilia masih sesenggukan. pergelangan tangannya penuh dengan luka baru dan bekas luka lama yang sudah berubah menjadi keloit kecoklatan.
“Niel udah marahin Sion, kok!” Niel masuk dan membelai rambut Zilia. “Zil, Aku nggak akan ninggalin kamu,” Kyu melepas pelukannya dan menatap wajah sang gadis sembari menghapus airmatanya. “Jamie nggak akan pergi ninggalin Zilia.” ia berbisik lembut di telinga Zilia. ditengah tangisnya, gadis itu bisa merasakan jantungnya berdegup dua kali lebih kencang dari biasanya.


Hari itu, hinaan buat Zilia memang berhenti Sesaat berkat ancaman Niel ke Sion. Tanpa mereka bertiga ketahui, Sion nyari bala bantuan dari kakak kelas. Beberapa dari komplotannya Sion merupakan cowok-cowok berbadan besar yang tentunya dua kali lebih kekar dari Nathaniel. Di hari yang sama, kehebohan juga terjadi di ruang kelas Jerry, Joel dan Hayden. Ternyata, Sion mau merekrut Daffa, si anak Taekwondo berbadan besar untuk menjadi bala bantuannya.

“Ada apa nih, ribut-ribut?” Tanya Jerry yang emang dasarnya kepo setengah mati. “Je, itu ada anak kelas 7 nyari Daffa, katanya sih dia habis dipukul sama Nathaniel. habis ngatain adiknya Hayden,” Ujar Tania sambil menunjuk ke ambang pintu kelas 8C, kelas mereka bertiga.

-BRAK-

Hayden yang tadinya diem-diem sambil gambar-gambar di mejanya, tepat di belakang Tania langsung menggebrak mejanya dan bangkit berdiri. “Bilang ke gue, siapa yang gangguin Zilia!” sentaknya geram. “Itu, Den. lagi ada di depan pintu, kayaknya dia mau ajak Daffa buat gangguin adik Lo,” Tania berujar dengan gemetar. Baru sekali dia melihat kedua manik mata Hayden penuh amarah seperti itu. “Den,” Jerry dan Joel serempak berusaha menahan Hayden yang berjalan cepat ke arah Sion. “Lepas!” suara Hayden gak keras tapi berhasil membuat kedua temannya mengalihkan tatapan mereka dari tatapan kedua manik mata kecoklatan miliknya yang kini dibakar oleh amarah.

Hayden nggak kelihatan marah sama sekali. raut mukanya masih terlihat tenang. tapi di bola matanya ada amarah membara yang bisa kerasa panasnya dari jauh. Hayden semakin mendekat ke arah Daffa dan Sion yang tengah asyik membincangkan sesuatu.

“Daf, kayaknya lu ngobrol asik banget,” Hayden bersandar di tembok di sebelah papan tulis yang mana hanya beberapa meter dari Daffa. “Kayaknya seru banget, sama adek kelas lagi.” “Hai kak, ada anak bandel di kelas nih, kita mau nyingkirin dia rencananya,” Lancar banget si Sion ini ngibulin. dikira Hayden bisa apa dikibulin kayak gitu. “Kayaknya tadi gue denger nama Zilia disebut-sebut,” Hayden menyilangkan kedua lengannya di depan dadanya. Hayden perlahan berjalan mendekat ke mereka berdua. “Kok diem?” “Kakak mau ikutan?” Sion dengan cengiran jahatnya mengajak Hayden. nggak tau mungkin kalo Hayden ini kakaknya orang yang mau dia siksa.

-BRAK-

Hayden memukul ambang pintu kayu kelasnya sampai suara pukulannya menggema ke seluruh penjuru kelas. “Jangan sentuh Zilia atau gue nggak akan tinggal diam. Gue nggak perduli lo anaknya yang punya sekolah ini atau apapun itu. Zilia udah cukup menderita gara-gara lo dan temen-temen lo. gue bisa bawa ini ke jalur hukum, kalo gue mau.” ancam Hayden.

dengan itu, seluruh rencana busuk Sion hangus dimakan amarah Hayden.