๐๐š๐ญ๐ž ๐š๐ง๐ ๐Š๐ž๐ฏ๐ข๐ง: โ€œ๐–๐จ๐ฎ๐ฅ๐ ๐ฒ๐จ๐ฎ ๐ฌ๐ญ๐ข๐ฅ๐ฅ ๐š๐œ๐œ๐ž๐ฉ๐ญ ๐ฆ๐ž ๐š๐ฌ ๐ฐ๐ก๐š๐ญ ๐ˆ ๐š๐ฆ ๐ฐ๐ก๐ž๐ง ๐ˆ ๐ญ๐จ๐ฅ๐ ๐ฒ๐จ๐ฎ ๐ฆ๐ฒ ๐ฌ๐ž๐œ๐ซ๐ž๐ญ?โ€ Written by: #JayWriter โ€”

๐‘ฐ๐’ ๐‘ต๐’Š๐’†๐’'๐’” ๐‘ฝ๐’Š๐’†๐’˜:

๐‘†๐‘’๐‘™๐‘Ž๐‘š๐‘Ž ๐‘๐‘–๐‘’๐‘™ ๐˜ฉ๐‘–๐‘‘๐‘ข๐‘, ๐‘›๐‘”๐‘”๐‘Ž๐‘˜ ๐‘Ž๐‘‘๐‘Ž ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘ก๐‘Ž๐˜ฉ๐‘ข ๐‘‘๐‘–๐‘Ž ๐‘š๐‘’๐‘š๐‘’๐‘›๐‘‘๐‘Ž๐‘š ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ ๐‘Ž๐‘Ž๐‘› ๐‘ ๐‘Ž๐‘š๐‘Ž ๐พ๐‘’๐‘ฃ๐‘–๐‘› ๐ถ๐‘ข๐‘š๐‘Ž ๐‘๐‘–๐‘™๐‘–๐‘Ž ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘ก๐‘Ž๐‘ข, ๐‘˜๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘’๐‘›๐‘Ž ๐‘๐‘–๐‘’๐‘™ ๐‘ก๐‘Ž๐‘ข ๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘Ž๐‘ข ๐‘‘๐‘–๐‘Ž ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘–๐‘ก๐‘Ž ๐‘˜๐‘’ ๐‘๐‘–๐‘™๐‘–๐‘Ž, ๐‘‘๐‘–๐‘Ž ๐‘›๐‘”๐‘”๐‘Ž๐‘˜ ๐‘Ž๐‘˜๐‘Ž๐‘› ๐‘๐‘œ๐‘๐‘œ๐‘Ÿ ๐‘˜๐‘’ ๐‘œ๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘™๐‘Ž๐‘–๐‘›. ๐‘†๐‘Ž๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘– ๐‘ ๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘›๐‘”, ๐‘๐‘Ž๐˜ฉ๐‘˜๐‘Ž๐‘› ๐พ๐‘ฆ๐‘ข ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘ ๐‘’๐‘‘๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘– ๐‘˜๐‘’๐‘๐‘–๐‘™ ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘ ๐‘Ž๐˜ฉ๐‘Ž๐‘๐‘Ž๐‘ก ๐‘‘๐‘’๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘›๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž ๐‘๐‘ข๐‘› ๐‘›๐‘”๐‘”๐‘Ž๐‘˜ ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘›๐‘Ž๐˜ฉ ๐‘ก๐‘Ž๐˜ฉ๐‘ข ๐‘ ๐‘œ๐‘Ž๐‘™ ๐‘–๐‘›๐‘–.

Hari itu, Rumah kontrakan yang biasanya ramai oleh 3 cowok dan Zilia tiba-tiba berubah jadi sepi lantaran Kyu ngajak Zilia jalan-jalan hunting foto dan cafรจ gemes. Jadinya di rumah cuma ada Kevin dan Nathaniel. Nathaniel sudah beberapa hari ini menjaga jarak sama Kevin. Niel nggak menjaga jarak dengan sahabatnya itu tanpa alasan. Ia mau mengkonfirmasi perasaannya. Pasalnya, Mas Crushnya Niel ini satu rumah dengannya. nggak lucu kalo nantinya serumah jadi awkward pasca Ia mengakui perasaannya pada sang pujaan hati.

Pagi menjelang siang itu, Nathaniel masih sibuk di dapur, dari tadi nimbang-nimbang tepung, butter, telur dan segala bahan kue lainnya. rencananya, hari ini Niel mau mencari distraction dengan membuat banana bread sementara Kevin masih tidur di kamarnya. sambil menimbang tepung terigu dan gula, Niel menimbang-nimbang juga apakah ia harus jujur pada perasaannya sendiri. Resiko terberatnya, mimpinya semalam akan menjadi kenyataan dan Ia harus puas dengan sekedar memandang punggung Kevin menjauh dari gapaiannya.

Niel dihadapkan pada dua pilihan yang berat. Kalau dia mengakui perasaannya, Kevin akan menolak dan menjauh. Atau, sebaliknya, Kevin mengambil kesempatan ini sebagai sarana untuk mengenal Niel dan memperdekat jarak diantara mereka. beberapa kali Niel menghela napas di balik maskernya. dan tepat saat ia menghela napas panjang, Kevin keluar dari kamar. kedua matanya sempat menangkap sorot mata tajam milik Kevin. Tapi, Niel mengalihkan pandangannya kembali ke apa yang ia kerjakan saat itu, melumat pisang di dalam mangkuk dengan garpu.

โ€œNiel, lu kenapa?โ€ Kevin membuka obrolan dengan pertanyaan klasiknya. โ€œEng-,N-Nggak papa, Keb,โ€ Niel gelagapan ketika ditanya oleh pemuda bersurai hitam legam itu. โ€œLies, i know you're not okay. What's gotten into you?โ€ tanya Kevin sembari berjalan mendekati posisi Niel yang kala itu sedang berada di pantry. โ€œI-I'm okay, Keb,โ€ Niel masih mengatur nafasnya. saat itu nafasnya semakin nggak beraturan karena jantungnya berdebar nggak karuan. โ€œNo, it's been days since you've talked to me freely. gue kangen Niel yang dulu,โ€ ungkap kevin lembut, masih berjalan mendekat ke arah tempat Niel berdiri. ๐‘ซ๐’–๐’ˆ ๐‘ซ๐’–๐’ˆ ๐‘ซ๐’–๐’ˆ ๐‘ซ๐’–๐’ˆ โ€“ Jantung Niel bukannya semakin pelan, detaknya makin kedengaran dan ritmenya pun semakin nggak beraturan. โ€œStop disitu!โ€ Niel berujar sambil menggerakan tangannya, menyuruh Kevin berhenti di tempatnya. โ€œHah? kenapa?โ€ tanya Kevin bingung. kedua alisnya bertaut. โ€œGue lagi bikin kue. duduk di sofa aja dulu. jangan deket-deket,โ€ seru Niel sambil mengatur detak jantungnya. โ€œOkay,โ€ Kevin mengangguk sembari menatap Niel dengan tatapan bingung.


๐‘ฐ๐’ ๐‘ฒ๐’†๐’—๐’Š๐’'๐’” ๐‘ฌ๐’š๐’†๐’”:

๐‘†๐‘ข๐‘‘๐‘Ž๐˜ฉ ๐‘ ๐‘’๐‘—๐‘Ž๐‘˜ ๐‘†๐‘€๐ด ๐พ๐‘’๐‘ฃ๐‘–๐‘› ๐‘ก๐‘’๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘›๐‘”-๐‘ก๐‘’๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘› ๐‘๐‘–๐‘™๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘‘๐‘–๐‘Ž ๐‘›๐‘”๐‘”๐‘Ž๐‘˜ ๐‘๐‘–๐‘ ๐‘Ž ๐‘—๐‘Ž๐‘ก๐‘ข๐˜ฉ ๐‘๐‘–๐‘›๐‘ก๐‘Ž ๐‘ ๐‘Ž๐‘š๐‘Ž ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘’๐‘š๐‘๐‘ข๐‘Ž๐‘›, ๐‘ ๐‘’๐‘‘๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘ก ๐‘Ž๐‘๐‘Ž๐‘๐‘ข๐‘› ๐‘š๐‘’๐‘Ÿ๐‘’๐‘˜๐‘Ž ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘ก๐‘’๐‘š๐‘Ž๐‘›, ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ ๐‘Ž๐‘Ž๐‘› ๐‘–๐‘ก๐‘ข ๐‘ ๐‘Ž๐‘š๐‘Ž ๐‘ ๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– ๐‘›๐‘”๐‘”๐‘Ž๐‘˜ ๐‘ก๐‘ข๐‘š๐‘๐‘ข๐˜ฉ. ๐พ๐‘’๐‘ฃ๐‘–๐‘› ๐‘๐‘ข๐‘› ๐‘š๐‘’๐‘›๐‘๐‘œ๐‘๐‘Ž ๐‘ข๐‘›๐‘ก๐‘ข๐‘˜ ๐‘ก๐‘’๐‘Ÿ๐‘ก๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘–๐‘˜ ๐‘ ๐‘Ž๐‘š๐‘Ž ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘’๐‘š๐‘๐‘ข๐‘Ž๐‘›, ๐‘ก๐‘Ž๐‘๐‘– ๐‘›๐‘”๐‘”๐‘Ž๐‘˜ ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐˜ฉ๐‘Ž๐‘ ๐‘–๐‘™. ๐พ๐‘’๐‘ฃ๐‘–๐‘› ๐‘‘๐‘–๐‘Ž๐‘š-๐‘‘๐‘–๐‘Ž๐‘š ๐‘š๐‘’๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘”๐‘ข๐‘š๐‘– ๐‘๐‘–๐‘’๐‘™. ๐‘ก๐‘Ž๐‘›๐‘๐‘Ž ๐‘Ž๐‘‘๐‘Ž ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘ก๐‘Ž๐‘ข.

Kevin bingung. Gimana nggak bingung, Niel yang awalnya begitu akrab dengannya, tiba-tiba melangkah menjauh. Dia nggak tau apa alasan Niel menjaga jarak dengannya. biasanya, Niel selalu pulang dan pergi ke kampus bersama dengan Kevin, Zilia dan Jamie. Belakangan, temannya itu lebih memilih berangkat naik taksi online atau naik bus kampus. Biasanya, keduanya sering bertukar pikiran atau sekadar mengerjakan tugas bersama. tapi sudah berapa lama kebersamaan itu tak lagi terasa. Kamarnya sebelahan, rasa beda satu lantai.

Pagi itu kejadian terulang lagi. Usaha pemuda bersurai hitam legam itu untuk meruntuhkan tembok dan jarak di antara mereka dihentikan oleh Nathaniel yang sedang menyibukkan dirinya dengan bikin kue. Kevin bingung dengan cara apa lagi ia bisa merubuhkan tembok transparan yang tak kasat mata itu. Denting tungku oven memecah kesunyian ruang makan kontrakan berempat. Kevin dengan sigap mengangkat kepalanya. Niel nggak pakai sarung tangan saat itu. Kevin cepat-cepat berlari ke dekat oven setelah menyambar sepasang sarung tangan heatproof yang ada di samping oven.

โ€œUdah, biar gua aja,โ€ Kevin berujar sembari mematikan ovennya sebelum membuka pintu oven dan mengeluarkan banana bread buatan Niel. โ€œKan gue bisa sendiri,โ€ Niel protes. โ€œIya lu bisa sendiri tapi sarung tangannya di gua,โ€ Kevin menghela napasnya. โ€œCuci tangan, bersih-bersih dulu. tunggu banana breadnya dingin. gue buatin latte.โ€

Niel nggak bisa menolak. Ia membalikkan badannya dan mulai mencuci peranti yang baru saja dipakainya untuk membuat kue. tanpa ia sadari, Kevin mendekat dan berhenti di balik punggungnya. Kevin perlahan melingkarkan tangannya mengelilingi pinggang Niel yang menurut Kevin sangat 'delicate' dan menyandarkan dagunya di bahu pria berambut kecoklatan itu. Manik cokelat Niel membelalak ketika merasakan ada kepala yang bersandar di bahunya. tiba-tiba jantungnya berdetak keras dan tak lagi teratur.

โ€œJangan lari lagi, Nyel. Gue berhenti karena tau rumah gue di sini,โ€ Kevin memejamkan matanya tanpa ada niatan melepas pelukannya dari pinggang Niel.