𝑳𝒐𝒔𝒕 Part 2 sepenggal kisahnya Arjuna Adiyasa.
Ternyɑtɑ benɑr, tɑnpɑ Arjunɑ, Arsyɑ bukɑn cumɑ nggɑk punyɑ tempɑt untuk mengɑdu. Diɑ jugɑ benerɑn nggɑk bisɑ menemukɑn jɑlɑn pulɑng, literɑlly.
'Sya, mau ikut makan seafood di Maine?' tanya salah satu teman sekelas Arsya usai perkuliahan.
'Jauh ya? nanti baliknya gimana?' Arsya melihat lokasi makan seafood yang disebutkan oleh temannya itu di g-maps.
'Kita balik malem ke dorm. mau sekalian ke Tavern,' sahut yang lain.
'Gue nggak dulu deh. Mau jalan-jalan di Yard sekalian ke perpus,' tolak Arsya sembari tersenyum.
'Ati-ati, Sya. kalo misal udah balik dorm kabarin kita di group ya,' Karina, temen satu kamar Arsya menimpali.
'Iya, Rin.' Arsya mengangguk. 'Have fun, guys!'
Arsya memutar langkahnya menuju ke Harvard Yard, yang harus ditempuh dengan perjalanan kereta bawah tanah sebanyak 1 stasiun dari kampus utama universitas Ivy League tersebut. Setibanya di taman yang dinamai Harvard Yard atau Harvard Square itu, Arsya langsung menyusuri jalan dari pintu masuk menuju gedung perpustakaan yang menjadi jantung Harvard Yard. pohon-pohon yang rindang menghiasi sepanjang jalan menuju perpustakaan. terdapat juga beberapa gedung paviliun bergaya arsitektur kuno tahun 1920 an yang merupakan tempat tinggal mahasiswa baik internasional maupun lokal.
Gedung perpustakaannya sendiri terletak di tengah Yard yang entah luasnya berapa ekar itu. dari luar, arsitekturnya agak sedikit mirip dengan gedung-gedung yunani kuno. Di dalamnya bisa membuat mulut orang-orang yang masuk ternganga kagum. soalnya ini sungguhan surga buat Arsya yang emang suka belajar. di dalam perpustakaan itu hanya ada satu aula besar berisi beberapa baris meja belajar dan tiga tingkat rak buku yang penuh terisi dengan buku-buku dari segala tahun terbit dan mata kuliah.
'Wow,' itu kata pertama yang keluar dari bibir merah Arsya.
kedua kakinya melangkah masuk ke dalam selasar luas itu dan matanya mengedar ke seluruh ruangan, mencari tempat kosong dan menaruh barang bawaannya dan mencari buku-buku yang ingin ia baca. setelah kira-kira 3 jam di dalam perpustakaan yang nyaman itu, gadis 21 tahun itu kemudian membawa tasnya dan beranjak keluar dari kompleks Yard. Namun, karena satu dan lain hal, Arsya keluar lewat gerbang yang berbeda dengan gerbang tempat ia masuk. langkahnya terhenti karena ia tak berhasil mengenali tempat sekelilingnya dan hari sudah semakin sore.
Banyak banget orang yang lewat di sekitarnya dan nggak ada satupun yang dikenalinya. Asya takut. yang bisa diraihnya saat itu hanya ponsel yang masih menggantung di lanyard yang dikalungkan di lehernya, bersama dengan kartu transportasi dan kartu akses mahasiswa. saking paniknya, Arsya nggak sadar kalau ia menekan speed dial nomor 2 yang dikhususkan untuk nomor Arjuna dan bukan hanya itu, Arsya menekan fitur panggilan video.
'Ar,' Sapa Arjuna, mukanya masih muka ngantuk, karena Di indonesia bedanya 12 jam dengan di Amerika.
'Jun?' Suara Arsya bergetar. ini udah jam 8 malam dia daerah tempat Arsya berdiri, walau masih terang, tapi tetap saja menakutkan bagi Arsya yang kala itu sendirian.
'Ar, lu dimana? kok nangis?' tanya Arjuna saat melihat ekspresi wajah Arsya yang ketakutan.
'Juna tolongin, gue ga tau jalan pulang ke asrama, takut,' rengek Arsya.
'Gimana caranya? Oh lu inget alamat asrama lu?' tanya Arjuna lagi sembari membuka laptopnya dan mencari fitur Find My iPhone yang telah disambungkannya ke ponsel Arsya. di jendela yang lain, Juna sudah siap dengan google maps.
'Ar, minggir dulu, di deket lu ada cafe, lu masuk, beli duduk dulu, beli minum, kirim alamatnya ke gue,' Juna mengarahkan, yang mana langsung diturutin sama si gadis yang masih nangis itu.
Arjuna kemudian menyalakan peta dan segera memberikan navigasi petunjuk dan meminta Arsya untuk tidak menutup pembicaraan mereka supaya gadis itu setidaknya tenang dan bisa berfikir dengan baik. tanpa terasa, pembicaraan mereka berjalan terus sampai akhirnya Arsya tiba di hostel yang dijadikan asrama buat anak-anak pertukaran pelajar.
'Nah bisa nyampe kan kalo nggak nangis,' Arjuna menggoda Arsya sembari nyengir jahil di tampilan video yang menampilkan wajah bangun tidurnya.
'Arjuna jangan nyebelin dong,' Arsya merajuk.