#TentangKiel 𝑒𝑝𝑖𝑠𝑜𝑑𝑒 𝑠𝑎𝑡𝑢


𝐔𝐧𝐝𝐞𝐫 𝐓𝐡𝐞 𝐒𝐚𝐦𝐞 𝐒𝐤𝐢𝐞𝐬


Tentang Kiel, Anne, perpisahan dan pertemuan kembali.


{𝐾𝑖𝑒𝑙 𝑎𝑛𝑑 𝐴𝑛𝑛𝑒'𝑠 𝑃𝑙𝑎𝑦𝑙𝑖𝑠𝑡}

  1. 𝐁𝐞𝐬𝐭 𝐅𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝𝐬 – 𝐖𝐞𝐧𝐝𝐲 𝐚𝐧𝐝 𝐒𝐞𝐮𝐥𝐠𝐢 (https://open.spotify.com/track/0F9Xy6OTbkqOv94pklkwKu?si=1b5802b10dc84b8a)
  2. 𝐄𝐯𝐞𝐫𝐲𝐝𝐚𝐲, 𝐄𝐯𝐞𝐫𝐲 𝐌𝐨𝐦𝐞𝐧𝐭 – 𝐍𝐢𝐕𝐄 (https://open.spotify.com/track/6J3G65vx3IcAGMGgUsYsZj?si=91c0ef00a4dc446c)
  3. 𝐅𝐚𝐥𝐥 𝐢𝐧 𝐘𝐨𝐮 – 𝐇𝐚 𝐒𝐮𝐧𝐠𝐰𝐨𝐨𝐧 (https://open.spotify.com/track/0LE7qfUeJLORKEVurAvy6u?si=c2527328f1a14c9a)
  4. 𝐆𝐚𝐥𝐚𝐱𝐲 – 𝐓𝐚𝐞𝐲𝐞𝐨𝐧 (https://open.spotify.com/track/41O17Xo25mbbvay3AOHC8C?si=72fe56825f6248fb)
  5. 𝐂𝐨𝐦𝐢𝐧𝐠 𝐇𝐨𝐦𝐞 – 𝐍𝐂𝐓 (https://open.spotify.com/track/1A7pDII9Zy07oCDW3xldgy?si=4cf730401ca44a4f)
  6. 𝐒𝐭𝐚𝐫𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭 – 𝐂𝐡𝐚𝐧𝐢 𝐒𝐅𝟗 (https://open.spotify.com/track/7lV0M6ulaapTNZJzx8stw0?si=f0c4f79c87104c94)

Dimana ada Adrianne selalu ada Kiel. Kemanapun kapal Kiel berlayar, ujung-ujungnya pasti akan berlabuh dan berpulang ke Anne. Walau tak ada kata 'pacaran' di antara keduanya, semua orang tau kalau Kiel dan Anne tak terpisahkan. Keduanya sudah bersahabat sejak sebelum dilahirkan. Pertemanan yang diwariskan kedua orang tua Anne dan Kiel sejak masa muda mereka, sampai saat kedua muda-mudi ini lahir di dunia.

Dulu, waktu Kiel dan Anne masih kecil, Kiel pernah ngomong sama Tante Alena, mamanya Anne, kalau cita-citanya adalah menikah dengan Anne. ungkapan si kecil Kiel itu hanya ditanggapi dengan senyum manis mamanya Kiel, dan Tante Alena. Sampai besar pun, Kiel dan Anne tak pernah malu-malu menunjukkan kedekatan mereka. Bahkan Kiel tak pernah segan menggandeng atau merangkul Anne, kayak orang pacaran aja. kata temen-temen di sekolah, Dimana ada Kiel, selalu ada Anne.

Persahabatan mereka, seperti persahabatan pada umumnya, pun tak terhindarkan dari pertengkaran. Ada kalanya Kiel yang moody ngambek sama kejahilan Anne. Tapi, sebelum jam 6 sore, semuanya kembali normal. Kiel nggak tahan kalau harus mendiamkan Anne terlalu lama. Kiel selalu ada waktu Anne butuh bahu untuk bersandar, begitu pula Anne yang juga selalu hadir ketika Kiel butuh teman untuk meluapkan semua emosinya.

Awalnya semua itu terasa biasa, karena mereka biasa bersama. namun, lama kelamaan, Kiel pun terpikat oleh paras cantik dan kepribadian Anne yang begitu menyenangkan. Perasaan itu mulai tumbuh saat mereka duduk di kelas 1 SMA. Saat itu, keduanya memilih untuk masuk ke sekolah yang sama untuk kesekian kalinya.

“𝐴𝑛𝑛, 𝐿𝑜 𝑛𝑔𝑔𝑎𝑘 𝑏𝑜𝑠𝑒𝑛 𝑎𝑝𝑎, 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎𝘩 𝑠𝑎𝑚𝑎 𝐾𝑖𝑒𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑠?” itu pertanyaan yang muncul dari bibir Iyas, kakak laki-laki Anne. Pertanyaan itu otomatis dijawab Anne dengan gelengan penuh keyakinan dan ungkapan berikut, “𝐵𝑢𝑎𝑡 𝑎𝑝𝑎 𝑏𝑜𝑠𝑒𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑒𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎 𝐾𝑖𝑒𝑙? 𝑆𝑒𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑡𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑘𝑎𝑙𝑜 𝑔𝑢𝑒 𝑛𝑔𝑎𝑏𝑖𝑠𝑖𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎𝘩 𝑔𝑢𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑎 𝐾𝑖𝑒𝑙.”

Dari awal masuk SMA, Anne udah punya cita-cita mau masuk ke Stanford University, mengikuti jejak Papa dan Iyas. Sementara, Kiel belum menetapkan mau kuliah dimana, 𝑰𝒌𝒖𝒕 𝑨𝒓𝒖𝒔 𝑨𝒋𝒂 begitu prinsip Kiel pas masuk SMA. Dia bahkan belum tau mau masuk peminatan IPA, IPS atau Bahasa. Kiel diam-diam mengagumi determinasi dan ambisi sahabatnya itu.


𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝘩𝑎𝑟𝑖, 𝑑𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑡𝑎𝘩𝑢𝑛 𝑎𝑗𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 𝟷𝟸.

'Adrianne, buruan! Udah ditunggu Kiel nih!' Mama berteriak dari ruang makan.

Anne baru saja memakai seragamnya dan meraih tas ransel 𝐹𝑗𝑎𝑙𝑙 𝑅𝑎𝑣𝑒𝑛 𝐾𝑎𝑛𝑘𝑒𝑛 hijau lumut kebanggaannya sambil berjalan keluar kamarnya. Derap langkahnya terdengar menuruni tangga menuju ke ruang makan yang terletak di lantai satu rumahnya.

'Take time, Ne. Masih satu jam lagi, cukup kok buat sarapan,' Kiel terkekeh melihat temannya yang dengan panik menyambar sepatu sekolahnya dan mengenakannya sekenanya.

'IH MAMA,' Anne memanyunkan bibirnya sambil memotong french toast buatan mama dan menyuapkannya ke dalam mulutnya.

Kiel menanggapi ocehan manja si bungsu itu dengan kekehan kecil sambil mengacak rambut gadis berambut kecoklatan itu.

'IIIHHH IYEL, KAN AKU UDAH SISIRAN!' Anne tambah manyun tangan jahil Kiel mengacak rambut berombak yang sudah disisirnya dengan susah payah.

Jadilah hari itu, diawali dengan Anne yang ngambek dan tak mau bicara sedikitpun dalam perjalanan di mobil bersama dengan Kiel. Perjalanan yang biasanya diwarnai dengan celoteh Anne dan tawa kecil Kiel kini hanya dilalui dalam diam di dalam mobil Yaris yang diisi oleh Kiel dan Anne itu.

'Ne, udah dong, jangan ngambek lagi,' Kiel merengek usai memarkir mobilnya di parkiran sekolah mereka.

Anne diam dan turun dari mobil karena dari tadi udah diliatin sama temen-temen sekelas mereka yang lewat sambil cengir-cengiran.

'Anne!' Kiel berlari mengejar Anne lalu menggamit tangan Anne yang langsung ditampik oleh Anne sambil manyun manja ke Kiel. Pemandangan pagi ini otomatis membuahkan sorakan teman-teman seangkatan dan adik kelas mereka yang melihat adegan tersebut.

'𝐶𝑖𝑒𝑒𝑒, 𝐾𝑖𝑒𝑙!'

'𝐾𝑎𝑘 𝐾𝑖𝑒𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑎 𝐾𝑎𝑘 𝐴𝑑𝑟𝑖𝑎𝑛𝑛𝑒 𝑡𝑢𝘩 𝑔𝑜𝑎𝑙𝑠 𝑏𝑎𝑛𝑔𝑒𝑡 𝑔𝑎 𝑠𝑖𝘩,'

ucapan itu terdengar sepanjang jalan dari parkiran sampai ke kelas mereka yang berseberangan dengan koridor kelas 11 IPS. Tentu saja, Anne masih ngambek sampai akhirnya Kiel turun ke kantin dan membelikannya sebotol susu stroberi kesukaannya.

Anne mendongak menatap Kiel dengan senyum manisnya. 'Hehehe, makasih, Iyel!' ujar gadis itu diikuti cengiran manis yang membuat wajah Kiel bersemu merah. 𝑚𝑎𝑛𝑖𝑠 𝑏𝑎𝑛𝑔𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎, batin Kiel sambil mencubit pipi gadis itu pelan.

'Jangan ngambek lagi yaa,' Kiel berjalan santai dan duduk di bangkunya, tepat di belakang Anne.

'Ad, lo sama Kiel nggak jadian kan?' tanya Edsa, teman sebangku Anne.

'Gue? Kiel?' Anne tersenyum dan menggeleng. 'Kita sahabatan dari kecil, Sa.'

'Kalo kalian sahabatan, Kiel tau kan lu udah mulai siap-siap buat Stanford?' Edsa mencecar Anne dengan interogasinya.

Anne cuma menunduk. Anne belum siap untuk kasih tahu Kiel tentang rencananya untuk melanjutkan kuliah ke Stanford. Ia sembunyi-sembunyi mempersiapkan segala tetek bengek dan dokumen yang dibutuhkannya demi meraih mimpinya.

'Pasti beloman ya?' tanya Edsa lagi.

'Gue ga tau gimana bilangnya, Sa. Iyel pasti shock kalau denger ini dadakan. tapi serius gue belum nemuin cara supaya dia ga shock waktu tau gue harus ninggalin dia ke US.' bisik Anne sambil menghela nafas dan menyandarkan dagunya di telapak tangannya, dengan topangan kedua siku nya di atas meja.

'lo cuma punya waktu sampe akhir semester ini, Ne. semester depan mungkin lo bakal berangkat college kalo aplikasi lo diterima,' Edsa membeberkan sebuah fakta yang seakan-akan meruntuhkan semua topeng yang dibangun oleh Anne yang sedang pura-pura kuat menghadapi perpisahannya dengan Kiel yang semakin mendekat.

Tanpa aba-aba, Anne yang dari tadi masih bisa cengar-cengir tiba-tiba menundukkan kepalanya, pundaknya bergetar. Tak dapat dipungkiri, Anne enggan berpisah dengan Kiel. ia membayangkan harus terpisah dari Kiel untuk waktu yang cukup lama, menghabiskan banyak waktu tanpa sahabatnya itu di sampingnya.

'Ne, lo nggak papa?' tanya Edsa sambil menepuk pundak Anne yang kini mulai menitikkan airmata dan menangis.

Seakan menyadari keadaan penghuni bangku di depannya, Kiel menghentikan pembicaraannya dengan Haskara, teman sebangkunya dan berlari ke hadapan Anne. sang wira kemudian berlutut dihadapan sang dara dan menatap gadis itu dalam-dalam.

'Ne, kenapa?' tanyanya sambil menangkup wajah sang gadis dengan kedua tangannya yang hangat. ibu jarinya bergerak mengusap pipi Anne yang memerah dan basah oleh air mata. 'Jangan nangis, Iyel di sini.'

'....' gadis berambut sebahu itu masih mengatur nafasnya, raut wajah dan sinar matanya penuh ketakutan. seakan-akan ia tengah panik dan takut kehilangan sesuatu.

'Jangan ngomong dulu ya, Iyel di sini,' Kiel merengkuh tubuh mungil Anne sementara sang gadis menyandarkan kepalanya di dada sang gadis. untungnya, 2 jam pertama di kelas mereka hari ini adalah jam kosong, nggak ada guru yang datang ke kelas mereka.

melihat pemandangan barusan, seisi kelas jadi heboh, heboh memandang ke kedua makhluk itu dengan pandangan iri. iri kepingin punya orang yang bisa membuat mereka merasa aman dan nyaman seperti presensi Kiel untuk Anne dan begitu pula sebaliknya. Hanya dengan sebuah pelukan, tangis Anne berhenti. hanya dengan mendengar detak jantung Kiel, Anne merasa tenang.


Hari itu, sepulang dari sekolah, Anne hanya duduk diam di samping Kiel, matanya masih bengkak. Setiap kepikiran bakal pisah sama sahabatnya itu, Anne auto mewek dan Nangis. Kiel tau, ada yang nggak bener dengan sahabatnya hari itu. Alih-alih menyetir mobilnya kembali ke komplek perumahan tempat dirinya dan Anne tinggal, Kiel menyetir mobil 𝑦𝑎𝑟𝑖𝑠 abu-abunya itu menuju ke daerah puncak, jauh memang. Tapi, sejak kelas 11, waktu Kiel mulai berani nyetir kemana-mana sendiri, dirinya sering mengajak Anne ke puncak hanya untuk menenangkan hati sahabatnya itu kala sang gadis merasa gundah-gulana.

'Kita liat bintang dulu yuk. aku tau, kamu lagi kenapa-kenapa, Ne,' Kiel memulai pembicaraan tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan yang tengah mereka lalui.

'Ceritanya nanti aja ya, Yel,' ujar Anne disambut anggukan kepala dari pemuda Wiyoga itu.

'𝑁𝑒, 𝑚𝑎𝑎𝑓 𝑎𝑘𝑢 𝑛𝑔𝑔𝑎𝑘 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑎𝑝𝑎-𝑎𝑝𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑖𝑛 𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑘𝑎𝑚𝑢 𝑘𝑒 𝑠𝑖𝑛𝑖,' batin Kiel sambil melepas tangan kirinya dari kemudi dan membelai rambut pujaan hatinya lembut. Kiel nggak lagi memandang dara manis di sampingnya sekedar sebagai sahabat atau teman cewek. Ia memandang Adrianne sebagai seorang wanita, wanita yang sangat dicintainya, tentunya.

Rumahnya, tempat hatinya berlabuh cuma Anne. begitu pula Anne, rumah dan tempat gadis ini mencari ketenangan jiwa dan hati hanya ada di Kiel. Sayangnya, keduanya masih takut kehilangan satu sama lain, mereka takut ketika salah satu dari mereka ngaku kalo rasa yang mereka punya ini lebih dari teman, hubungan mereka retak dan saling menjauh.

Usai mengajak Anne pergi makan malam, keduanya pergi melihat bintang di tempat biasa keluarga mereka menghabiskan akhir pekan, sewaktu mereka kecil dulu. Kiel menghentikan mobilnya di villa yang lumayan sering dikunjunginya sewaktu kecil. setelah membantu Anne turun dari mobil, pemuda itu langsung membimbing gadis itu ke pelataran di belakang villa. Namun, langkah mereka kemudian dihentikan oleh Anne yang tiba-tiba memeluk pinggang Kiel dari belakang.

'Iyel, aku mau ke Amerika. Nyusul kak Iyas. Aku nggak ngomongin ini dari dulu karena takut Iyel tinggalin aku,' Anne kembali menangis tersedu-sedu. 'Aku nggak kuat kalo harus kehilangan Iyel.'

'Ne,' Kiel menahan nafasnya. Jelas, Kiel kaget kala itu. Ia memang tau tentang rencana dan ambisi Anne. Tapi, Ia nggak tahu kalo Anne selama ini tengah berjuang untuk meraih impiannya. 'Tau gitu, Iyel kan ga ajak Anne main-main melulu, Maafin Iyel yaa.'

'Aku udah kumpulin semua berkasnya, Yel. kalau beasiswanya diterima, semester depan, aku harus berangkat buat college. aku nggak cerita ke kamu karena aku takut waktuku buat sama-sama kamu habis buat aku siap-siapin semuanya,' jelas Anne dalam isak tangisnya yang tercurah di punggung Kiel.

Kiel membalik badannya dan merengkuh tubuh Anne dalam pelukan hangatnya. Kiel jarang menangis, tapi kali ini tangisnya pecah. Bagaimana tidak? Belum sempat ia mencoba mengakui perasaan yang selama ini tersimpan rapi dalam hatinya, Ia harus dikejutkan dengan kenyataan bahwa tak lama lagi, pujaan hatinya akan meninggalkannya untuk mengejar mimpinya.

pemuda bermanik mata onyx itu tahu, tak mungkin baginya untuk menahan gadisnya mengejar mimpi yang sudah ditetapkannya selama hampir separuh masa hidupnya hingga sekarang. Yang bisa Kiel lakukan hanya mendukung gadis manis itu mengejar dan menggapai mimpinya. menggapai bintang yang didamba-dambakan si manis yang tengah memeluk pinggangnya itu.

'Kamu nggak perlu minta maaf, ikut aku keluar aja ya, liat bintang dulu. Janjiku waktu kecil masih berlaku loh, aku bakal tunggu kamu terus kalo kita udah siap, aku akan jadi menantu Tante Alena,' Kiel menghapus air matanya dengan lengan jaketnya dan menangkup wajah Anne untuk menghapus air mata gadis itu.

Sebagai balasan dari ungkapan tersebut, Anne hanya mengangguk dan membenamkan wajahnya yang bersemu merah ke dada bidang milik wira tampan di hadapannya.


𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑆𝑘𝑖𝑝 – 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟 𝟸 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 𝟷𝟸.

Semester 2 kelas 12 diawali dengan surel dari pihak Stanford yang menyatakan bahwa hasil ujian masuk Anne menyatakan bahwa gadis 17 tahun itu resmi diterima sebagai mahasiswa Stanford University dan diharuskan untuk tiba di fasilitas asrama milik universitas tersebut sebelum bulan April, saat semester baru dimulai. Mulai dari bulan Januari, mama sudah sibuk membantu putrinya mengurus Visa pelajar dan berkas-berkas yang diperlukan sang puteri agar dapat menempuh studinya.

Anne masih datang ke sekolah, masih ikut belajar bersama teman-temannya. Meskipun ia tengah menghitung hari-hari keberangkatannya. Tiap hari dihabiskannya bersama Kiel. Padahal, semakin sering ketemu Kiel, semakin enggan gadis berkulit sawo matang itu untuk meninggalkan Jakarta dan bertolak untuk meraih mimpinya. Ini bukan masalah Isu keterikatan atau yang lebih keren disebut dengan Attachment Issue, Ini murni masalah hati, semakin lama keduanya menjalani hari-hari bersama, perasaan cinta itu semakin besar.

Bulan Januari dan Februari berlalu begitu cepat. Tanpa terasa, Maret semakin mendekat. Begitu pula tanggal keberangkatan Anne ke Negeri Paman Sam tempat yang akan menjadi rumah keduanya setidaknya 4 tahun ke depan. Tanggal 14, tepat saat White Day, Anne menetapkan untuk bertolak ke Amerika. Mama dan Papa mengantarnya dengan air mata. begitu pula Kiel dan kedua orang tuanya. Awalnya, Kiel gengsi banget. Ia berusaha menahan air mata yang sudah bersarang di pelupuk matanya. Tapi, nyatanya, ketika Anne melingkarkan kedua tangan langsingnya di sekitar pinggang Kiel, tangis pemuda itu pecah. Papa dan mama Kiel sampai bingung melihat Kiel yang menangis tersedu-sedu mengantar kepergian sahabatnya itu.

'Yel, jangan nangis. nanti aku nangis juga,' Anne memanyunkan bibirnya untuk menahan air matanya agar nggak keluar, persis seperti Iyas kalau menahan tangis.

'Jangan lupain aku. Jangan pacaran sama siapapun. Anne punya aku,' Kiel merajuk.

'Yel, jangan nangis,' hanya itu yang bisa keluar dari bibir sang gadis sebelum ia menangkup wajah Kiel dengan kedua tangannya dan memotong jarak diantara mereka dengan berjingkat sebelum meletakkan bibir merah jambunya di bibir Kiel. 'Jangan nangis lagi, nanti kalo kita berjodoh, kita pasti akan ketemu lagi, Yel. Aku janji, soalnya aku sayang kamu,' Anne berujar setelah melepas kecupan singkatnya.

Tangis Kiel terhenti, pemuda 179 cm itu mengusap wajahnya dengan lengan jaket denimnya dan memeluk gadis 163 cm di hadapannya erat.

'Sampai jumpa, Ne. suatu saat nanti, Iyel akan susul Anne ke sana. Aku bakalan ungkapin semua perasaan aku seperti yang kamu lakuin ke aku hari ini.'

Ciuman singkat kedua insan yang jatuh cinta ini akhirnya menjadi penanda awal dari petualangan cinta Kiel dan Anne yang terhalang Jarak, ruang dan waktu.


𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐂𝐨𝐧𝐭𝐢𝐧𝐮𝐞𝐝...


Saved: 10/06/2021 ; 10:56 Word Count: 2113 Words