π ππ π π΅πππ‘πππ π΄ π»π€ππ ππ ππππ π πππππ π΄π
πΊππππππ
Usai pelukan penuh air mata itu, Kai mengajak Sanraku pergi melihat bintang di Bukit bintang. Sepanjang perjalanan, san hanya bisa tersenyum sambil menatap wira jangkung di sampingnya yang tengah menyetir. Dalam hatinya, ia tak hentinya bersyukur pada Yang Kuasa telah menitipkan seseorang sebaik dan setampan Kai pada dirinya yang penuh kekurangan ini.
βKok ngeliatin terus, kenapa?β tanya Kai sambil tersenyum melihat wajah San yang kemerahan akibat tertangkap basah ngeliatin si pemilik garis rahang seksi itu.
βNggak papa,β San kembali menatap ke depan sambil mengatur jantungnya yang berdegup nggak karuan karena baru saja tertangkap basah ngeliatin pujaan hatinya. Hari itu San menetapkan kalau Kai adalah pusat semestanya, bintang paling terang dalam rasi bintangnya dan poros bagi dunianya. Semuanya ditetapkannya dalam kesunyian. Kesunyian yang nyaman karena ada Kai di sampingnya.
Menurut San, hari itu, nggak peduli teman-temannya bilang apa tentang Kai, baginya, pria jangkung berbanding 3 cm lebih tinggi darinya itu adalah alasannya mau bertahan dan berusaha bertahan meskipun semuanya menyakitkan. San kuat karena Kai ada di sampingnya. Kai yang awalnya keras kepala dan keras hati sekarang mulai melembut karena ada sosok San yang menetralisir segala gejolak yang ada dalam dirinya.
Menurut kedua kakak Kai, Semenjak sering bertemu dan nongkrong dengan San, Kai berubah jadi pribadi yang lebih bisa mengutarakan pendapatnya dengan kepala dingin dan argumen yang menusuk ketimbang baku-hantam. Keduanya sama-sama memberi dampak positif dalam kehidupan satu dengan yang lainnya.
Sepanjang perjalanan, San dan Kai ditemani suara musik yang berkumandang lewat sound system mobil San. Ya, hari ini, si Rubicon hitam gagah kepunyaan Kai diparkir di kosan Sanraku dulu. Gantian sama Range Rover abu-abu metallic kepunyaan pemuda paruh Jepang itu. βSekali-kali Anko diajak jalan-jalan juga dong, jangan Ruby terus,β gitu kata San pagi tadi sebelum berangkat. Anko itu nama panggilan yang diberikan Sanraku buat mobil hadiah pemberian sang ayahanda di hari ulang Tahunnya tahun lalu.
βKai,β Panggil San ketika Kai menghentikan mobilnya di sebuah restoran untuk makan siang sebelum melanjutkan perjalanan mereka.
βYa?β Kai menoleh dan menatap pujaan hatinya.
βYouβre my galaxy, my universe,β San menagkup wajah Kai dengan kedua tangan mungilnya dan tersenyum manis.
βYou too, San. Youβre eyes are my galaxy, you, just you are my universe,β Kai tersenyum dan menarik San mendekat padanya sebelum mengecup kedua pipi San yang kemudian bersemu merah jambu karena kaget Kai mengecup pipinya tanpa aba-aba.
Emang nih oknum Kairos suka sekali mengacak-acak jantung dan hati Sanraku seenaknya. Sekarang San harus mengatur detak jantungnya supaya nggak kacau habis diporak-poranda sama pujaan hatinya itu. βIH APAAN SIH,β San merajuk sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
βUdah ah, laper nih. Makan dulu yuk,β Kai mengalihkan topik sambil turun dari tempat duduknya dan membukakan pintu untuk kekasihnya. βShibernya boleh ditinggal di mobil dulu, kali. Masa mau dibawa turun?β
San yang tengah memeluk boneka plushie anjing bernama Shiber itu kemudian meletakkan boneka itu di bangku dan segera turun dari mobilnya.
πβπ π€ππ’ππ'π£π ππ’ππ π ππ πΌ'π ππππ ππ πππ£π πππππ‘βπππ π π ππ’ππ πππ ππ£ππ ππππ β Arash Buana βStarsβ
Malam itu, Sanraku dan Kairos duduk di atas karpet piknik, menikmati hamparan langit penuh bintang ditemani sebotol Brandy Chocolate buatan Kak Keanna. San menyandarkan kepalanya di bahu Kairos sambil menatap bintang-bintang di atas langit itu dengan tatapan kagum. Dia berharap suatu saat nanti, dia menjadi salah satu bintang di atas sana, yang bisa menerangi malam kelamnya orang-orang yang dia sayangi, nggak terkecuali Kai, Kak Ao, Kak Jacob, juga teman-temannya, seperti Jean dan Radit.
βTuhan, kalau nanti aku harus pergi, aku hanya mohon satu hal pada-Mu. Berikanlah kebahagiaan yang setimpal buat manusia hebat di sampingku. Terima kasih sudah menaruhnya di semestaku. Walau singkat, namun aku bahagia bisa bertemu dengan pria segagah dan setampan dia,β San berdoa dalam hatinya.
βSan, ngapain?β tanya Kai sambil menatap San yang mengatupkan kedua tangannya sambil memejamkan matanya.
βDoain supaya Tuhan kasih bahagia sama lo,β San tersenyum sambil menatap wajah tampan Kairos yang disinari temaram sinar rembulan dan gemerlap bintang di langit.
βYouβre my shining star, my happiness, my everything, San,β Kai tersenyum manis membuat jantung San berdegup kencang.
βJangan senyum kayak gini kalo sama orang lain,β pinta Sanraku sambil merajuk.
Melihat bibir pemuda 23 tahun di hadapannya itu, Kai hanya mengerutkan keningnya. βEmang kenapa?β
βNanti mereka jatuh cinta sama lo. Kan gue yang repot,β San masih mengeluarkan jurus poutingnya yang membuat si jahil Kai mencubit pipi kekasihnya itu.
βIya, iya. Lo juga jangan gemes gini sama yang lain, entar gue yang repot ngelawan cowok-cowok yang ngantri buat macarin lu. Macam si Chris,β Kai tergelak melihat kelucuan kekasihnya itu.
βMas Chris bukan siapa-siapa gue, Kai. Dia emang suka sama gue dari dulu, tapi dari awal gue kenal sama dia, gue ga nyaman sama cara dia ndeketin gue. Gak jarang gue ngumpet di belakang Jean sama Radit yang lebih kecil dari gue karena gue nggak suka cara nya berusaha mepetin gue,β San menghela nafasnya sambil kembali bersandar di pundak Kai.
Kai merangkul tubuh San dengan protektif, menyalurkan hangat tubuhnya untuk menghalau dingin yang menyerang San. βKalo gitu, sekarang jangan jauh-jauh sama gua ya,β Kai tersenyum sambil mengecup puncak kepala Kai.
βKaiβ¦β lirih San, masih berusaha menahan air matanya turun membasahi pipinya.
βYa, sayang?β suara Kai mengalun lembut di telinga San.
βGue mau pergi jauh, jauh banget. Gue cuma mau lo peluk gue, peluk gue sampe nanti gue bener-bener pergi,β bisiknya lembut. Air matanya turun membasahi wajahnya. βGue sayang sama lo.β
βjangan ngomong kayak gitu, San.β Kai mengeratkan rangkulannya pada bahu pemuda berlesung pipit itu.
βGue juga pengennya gak ngomong gitu, Kai. Tapiβ¦β San tercekat, seakan ada batu yang menyumbat tenggorokannya. Ia hanya mampu menangis.
βItβs okay, sayang. Gua disini. Gua nggak akan ninggalin lo,β Kai memeluk kekasihnya erat, membiarkan kepala San bersandari di dadanya sampai tangisnya reda.
βDonβt leave me, Kai,β rengek San seperti anak kecil yang tak ingin berpisah dengan pengasuhnya. βTemenin gue terus sampe nanti waktunya tiba.β
βGua gak akan ninggalin lo, San. What am I without my universe?β suara Kai terdengar begitu lembut mengalun di telinga San malam itu. Hari itu, San menyadari, separuh dari dirinya sudah terisi oleh cinta Kai yang begitu berlimpah. Ia merasa begitu aman dan nyaman dalam pelukan Kai. Suara detak jantung Kai bisa dengan mudah meredakan tangisnya. Wangi tubuh Kai bisa menenangkan pikiriannya yang bergejolak. Itulah yang kini dirasakan San.
Kai mengusap airmata kekasihnya itu dengan tangannya dan mengecup kening San, membuat kehangatan seketika menjalar ke sekujur tubuh pemuda Utama itu. Ia kemudian tersenyum, maniis banget. 'Gua tau ini bakalan jadi rocky road buat lo. tapi izinin gue berada di samping lo dan mengerahkan seluruh kekuatan gua buat jadi kekuatan lo menghadapi seluruh tantangan hari esok,' Kai membelai rambut Sanraku dan mengecup puncak kepalanya.
'Boleh, Kai. Makasih udah mau jadi semesta gue, matahari gue, kekuatan gue. maaf gue cengeng banget hari ini,' San menyembunyikan wajah nya yang berantakan itu di balik kedua telapak tangannya.
'No, it's okay to cry. lo udah nanggung beban yang cukup berat sendirian. Gue nggak mau lu nanggung semuanya sendirian lagi,' Kai tersenyum dan membelai rambut kekasihnya.
begitulah malam penuh bintang mereka berakhir. sepanjang perjalanan balik ke jakarta, Sanraku tertidur pulas di bangku depan. Kai tau betul San butuh dukungan dan saat ini yang dapat mendukung San hanya orang-orang terdekatnya, termasuk Kai, sahabat-sahabat San, dan kakak perempuan San.
Bersambung...