Hana — Siang itu matahari terik menyinari komplek perkuliahan Universitas Katolik yang cukup ternama di daerah Semanggi. Samuel baru aja selesai mengajar kelas pertamanya sebagai asisten dosen dan ia dikagetkan dengan orang yang berkerumun di daerah parkiran. Tak jauh dari dirinya nampak Yoel dan Jonathan, si kembar yang merupakan sahabat dan teman sepermainannya.
'Ini kok tumben rame?' Sam menautkan alisnya tanda bingung.
'Nggak tau, ini gue sama Jona juga baru dateng,' Yoel berusaha menyeruak kerumunan untuk mencari sumber keributan.
pemuda 173 cm itu dikagetkan ketika ia menemukan petugas medis tengah memberikan pertolongan pertama pada seorang gadis yang bersimbah darah. di sana juga ada 4 orang mahasiswa pasca-sarjana yang tengah meminta pertanggung jawaban dari pemilik mobil sedan Toyota Camry berwarna hitam yang baru saja menabrak teman mereka.
Selain 4 orang teman dari gadis yang tak lain adalah Tania, kekasih sahabatnya, Yoel juga menemukan sosok teman sepermainannya, Joven. Joven tengah membela pihak korban. dengan sigap, Yoel melambaikan tangannya pada Sam dan Jona sebagai isyarat supaya mereka bergabung dengannya.
'Kenapa?' tanya Samuel ketika ia sudah berdiri di samping Yoel.
'Liat aja sendiri,' Yoel menuding sepasang mahasiswa seusianya yang tengah berdebat dengan Joven dan salah satu sahabat Tania, Chris.
'Mereka nabrak Tania menurut info, Tania sempet kepental, sekarang dia udah ditanganin sama paramedis. katanya, dua orang itu nyetir habis make,' jelas Yoel sambil mendengus kesal.
'Udah gitu masih berani ngebentak Joven sama Kak Chris?' sambung Samuel kesal sambil mengepalkan tangannya, menahan emosi.
'Sam, they're stoned,' Jonathan menuding ke pasangan yang lagi marah2 itu.
'That's it! gue kesana, I have to make sure it's Tania,' Samuel melangkah cepat ke arah Joven dan Chris. matanya tertuju ke pintu ambulans yang terbuka dan sosok Tania yang nyaris tak bernyawa itu. Lelaki yang akrab disapa Sam itu auto lemas menatap sosok Tania yang terbaring lemah.
'Kak Chris,' Sam menepuk bahu pemuda yang sedikit lebih tinggi darinya itu. 'I'll take care of them. lo temenin Tania ke RS ya, just keep us posted on her condition,' pemuda itu berujar disambut anggukan dari Chris yang segera naik ke ambulance dan mengantar Tania bersama teman-temannya.
'Take care, Sam,' balas Chris sembari mengangguk.
Suara sirine Ambulan memenuhi udara bersama dengan keempat sahabat yang mengantar Tania ke rumah sakit. Sementara itu, Joven, Jonathan, Yoel dan Samuel masih berada di TKP, ngeladenin pasangan mabok ini.
'Udah jelas kan tuh cewek yang salah, dia nyebrang ga liat-liat,' dalih cewek berambut abu-abu platinum yang matanya sembab dan berair.nafasnya pun bau, entah bau apa itu.
'Akhlak lo berdua kemana? datang ke kampus mabuk, nabrak orang, terus marah2 di depan orang-orang yang ngebelain korban karena lu merasa bener?' semprot Yoel.
[Mari kita skip adegan berdebat sama orang mabok, karena itu nggak penting]
Setibanya di rumah sakit, Chris, Haven, Kevin dan Jovan menunggu di depan ruang operasi sementara dokter-dokter langsung menindaklanjuti laporan dari tim medis yang menangani Tania. Setelah berjam-jam menunggu, keempat teman Tania pun segera menerima penjelasan dari dokter mengenai kondisi yang akan mereka hadapi setelah ini. Dokter sempat menyebutkan bahwa akan ada kondisi dimana Tania akan lupa tentang 3 tahun terakhir dalam hidupnya. meski begitu, Tania nggak 100% lupa akan masa lalunya. Dan ingatannya tak akan hilang permanen. semua itu akan kembali, berangsur-angsur pulih.
Selama masa pemulihan, Dokter mengharapkan teman-teman Tania untuk terus hadir dan memberikan semangat pada Tania supaya kondisi mentalnya pun membaik. Sebenarnya, nggak lama setelah tindakan dilaksanakan, Yoel, Samuel, Sean dan Juan tiba di rumah sakit. panik terlukis di wajah Sean mengetahui tentang kondisi Tania saat itu. Dan ia kembali dipukul oleh kenyataan bahwa saat sadar nanti, kemungkinan besar, ia akan menjadi sosok yang asing di mata kekasihnya.
'Rasanya kayak balik ke waktu pertama kali Samuel kenalin gue ke Tania. Kita sama-sama asing,' Sean mengacak rambutnya. Hanya satu kata yang terlukis dari kalimatnya barusan, Frustasi.
'Cuma sementara, Sean,' Chris berusaha menghibur.
'dia bakal inget sama lo lagi, kok,' kini Juan menepuk bahu Sean pelan.
'Sekarang kita ga bisa maksain semua itu ke Tania. semuanya perlu proses, gue percaya dia kuat jalanin semua,' sahut Haven. sebenernya, Haven paling terpukul. Sosok Tania di mata seorang Haven adalah sosok yang selalu bisa menopang Haven yang nampak independen tetapi sesungguhnya nggak seperti itu. Yang bisa ngimbangin Haven cuma Tania.
'By the way, Chris, udah ngabarin keluarga Tania?' Jonas mengedarkan matanya mencari Yoan dan Sena, kedua saudara laki-laki Tania.
'Belum. Bang Yoan dari tadi ga bisa dihubungin, bahkan ga dibaca chatnya. Sena juga sama. Gue udah berkali-kali call juga,' Chris mengacak rambutnya frustasi. Nggak ada satupun saudara kandung Tania yang hadir saat itu. Belum lagi kedua orang tua Tania yang ada di luar jangkauan alias selalu nggak ada di saat-saat genting seperti ini.
Tak lama setelah Chris menyerah menghubungi kedua saudara Tania, ponsel Jonas berdering, telepon masuk dari Yoan. 'Bang Yoan udah masuk nih!' Jonas berujar sambil menekan tombol untuk menjawab panggilan tersebut.
'Halo, Bang Yoan,' sapa Jonas.
'Chris call gue terus, ada apa?' tanya Yoan dari seberang.
'Bang, Tania kecelakaan. sekarang dokter udah nanganin dan udah pindah ke kamar rawat. Tadi consent nya ditandatanganin sama Sean dan Chris,' Jonas menjelaskan.
'Ya Tuhan...' Yoan tercekat. Missed call yang begitu banyak itu ternyata menyangkut adik perempuannya. 'Terus gimana keadaan Tania sekarang?'
'Udah cukup stabil, tapi masih belum sadar, hyung. She hit her head hard,' Jonas berujar lagi.
'Gue kesana, sama Sena sekarang, sendloc ke imess ya,' pinta Yoan.
'oke,' Jonas mengangguk dan mengakhiri percakapan telewicara itu.