FI﹕KA {/𝖿ī:𝗄𝖺/} (𝗌𝗐𝖾𝖽𝗂𝗌𝗁): 𝖺 𝗆𝗈𝗆𝖾𝗇𝗍 𝗍𝗈 𝗌𝗅𝗈𝗐 𝖽𝗈𝗐𝗇 𝖺𝗇𝖽 𝖺𝗉𝗉𝗋𝖾𝖼𝗂𝖺𝗍𝖾 𝗐𝗁𝖺𝗍 𝗐𝖾 𝗁𝖺𝗏𝖾 𝗂𝗇 𝗅𝗂𝖿𝖾 A short story dedicated to (twitter.com/lokaIantheboyz)
Kevin Adhitama (Kevin Moon nya lokaIantheboyz) Putri Tiara Kasih Setiawan (Kang Mina Gu9udan)
terkadang ada sesuatu yang lebih nyaman dikerjakan dalam fase cepat alias gasik atau bahasa lainnya, 𝒊𝒏 𝒂 𝒓𝒖𝒔𝒉. ada hal lain yang lebih nyaman dinikmati dalam langkah pelan, sambil menikmati berjalannya waktu yang tak terlalu terburu-buru.
sama seperti kisah cinta Kevin dan Tiara.
Awalnya, Tiara dan Kevin tidak saling mengenal. Tiara adalah seorang mahasiswa tingkat akhir, sama seperti Kevin. Tapi, jurusan yang mereka ambil bertolak belakang, Tiara anak FISIP, Kevin anak Arsi. tapi, semuanya tak disangka-sangka. Saat itu, keduanya sedang mengamati sebuah foto yang sama di sebuah pameran fotografi yang dihelat di bilangan ibu kota. Semenjak kejadian itu, Gadis yang kerap disapa Uti itu jadi sering ketemu sama Kevin selepas Kampus. Tapi ya masih nggak saling kenal.
Sampai suatu saat, Uti dan Kevin harus tergabung dalam divisi yang sama saat kepanitian acara ospek kampus, tepatnya dua tahun yang lalu. akhirnya dua-duanya saling berkenalan dan banyak ngobrol. Ternyata, banyak obrolan Kevin dan Uti yang nyambung banget. Kevin sampai bikin panggilan kesayangan untuk pemilik nama lengkap Putri Tiara Kasih Setiawan itu. Tiara, itu nama panggilan khusus dari Kevin untuk Uti. Nggak jarang Kevin mengajak Uti keluar makan seusai kampus. Lebih sering lagi mereka nyari 𝒄𝒐𝒇𝒇𝒆𝒆 𝒔𝒉𝒐𝒑 yang nyaman terus nugas berdua, habis itu langsung cabut nonton bareng atau sekedar jalan-jalan keliling taman kota di sabtu dan minggu pagi.
Anak-anak Kosan Kevin kadang bilang kalau Prioritas Kevin tuh Uti, padahal nggak ada kata 'Jadian' atau 'Pacaran' di antara keduanya. Pernah suatu malam, udah jam 12, teman satu kosan Uti tiba-tiba menelpon Kevin dengan panik, kirain Kevin nomor 𝐞𝐦𝐞𝐫𝐠𝐞𝐧𝐜𝐲 yang kirim ambulan. ternyata, Uti punya maag kronis dan hari itu lagi kumat parah banget, sampe harus opname rumah sakit.
Kevin nggak peduli hari itu udah jam 12 malam, dia langsung ngebut ke kosan putri tempat Uti tinggal dengan modal minjem mobil Tristan, dan segera melarikan Uti ke rumah sakit dan dia sendiri yang jaga Uti di rumah sakit. Kalau kata Tristan, sejak pertemuan official antara keduanya, Uti udah jadi poros dunia Kevin.
Begitu pula teman-teman sepermainan Uti, semuanya melihat perubahan dalam hidup Uti semenjak ada Kevin mengisi lembar hidupnya yang selama ini hitam-dan putih dengan warna-warni kehidupan. kalo kata Siska, teman kos Uti, setiap kali Uti diantar pulang sama Kevin, wajahnya nggak pernah masam lagi. nggak kayak dulu sebelum Uti mengenal Kevin.
Pekan UTS semester ganjil 2019,
Kevin udah masuk hitungan mahasiswa tingkat akhir, soalnya semester itu, pemuda 176 cm itu udah mulai menggarap proposal penelitian buat tugas akhirnya. Lain dengan Uti. cewek 21 tahun itu masih di tahun keduanya, masih banyak mata kuliah yang harus diambil. Kalau pekan UTS begini, Uti pasti mengasingkan diri ke perpus kampus yang adem dan tenang. Sementara itu, Kevin masih sibuk di studio, berkutat sama maket yang menjadi tugas studio yang nilainya akan diambil sebagai nilai UTS.
setumpuk buku referensi masih membentengi meja tempat Uti duduk. dirinya sedang membuat ringkasan materi kuliah untuk beberapa mata kuliah pokok yang menurutnya nggak boleh sampai dapet nilai jelek. Ia tak menyadari, banyak panggilan tak terjawab yang dilayangkan Kevin ke ponselnya, saking asiknya ia belajar. beberapa menit kemudian, saat ia mengecek ponselnya sembari membereskan tas nya, ia menemui puluhan 𝑴𝒊𝒔𝒔𝒆𝒅 𝑪𝒂𝒍𝒍 dari Kevin.
𝟤𝟢 𝖬𝗂𝗌𝗌𝖾𝖽 𝖢𝖺𝗅𝗅𝗌
𝖪𝖺𝗄 𝖪𝖾𝗏
setelah keluar dari pintu perpus, Uti langsung menekan tombol untuk menelpon Kevin balik.
'Halo,' sapa suara dari seberang.
'Halo, Kak. aduh, maafin yaaa, tadi nggak cek hape, terus miskolnya banyak banget,' kilah uti disambut tawa renyah Kevin dari seberang.
'lo dimana?' tanya Kevin, masih terkekeh mendapati Uti yang panik karena ga sempet angkat telfon.
'Masih di depan gedung Perpus. Kak Kev dimana?' tanya uti lagi.
'Gue otw ke sana, 𝒔𝒕𝒐𝒑 𝒘𝒉𝒆𝒓𝒆 𝒚𝒐𝒖 𝒂𝒓𝒆. 𝑰 𝒌𝒊𝒏𝒅𝒂 𝒇𝒊𝒏𝒅 𝒚𝒐𝒖. langsung masuk mobil aja, ya. mobil abu di belakang lo, itu gue,' Kevin berujar sembari menekan pelan tombol klakson untuk memberi tanda bahwa mobil yang terparkir di halaman gedung perpustakaan adalah mobil milik pemuda berambut hitam legam itu.
Uti menutup telfonnya dan segera menghampiri mobil 𝑯𝒚𝒖𝒏𝒅𝒂𝒊 𝑽𝒆𝒍𝒐𝒔𝒕𝒆𝒓 berwarna 𝒔𝒑𝒂𝒄𝒆 𝒈𝒓𝒆𝒚 yang terparkir manis tepat di hadapannya. 'Maaf kak, gue keasikan persiapan UTS kayaknya,' kilah dara kelahiran Desember 1999 ini sembari meletakkan ranselnya di bawah bangku tempatnya duduk dan memasang sabuk pengaman.
'Lu udah makan?' tanya Kevin sembari mulai menjalankan mobilnya keluar dari komplek kampus.
'Pagi udah. siang tadi cuma 𝒔𝒏𝒂𝒄𝒌𝒊𝒏𝒈 aja. habis ini paling 𝒊𝒏𝒅𝒐𝒎𝒊𝒆-an di kosan,' jawab Uti sembarangan sambil menggaruk tengkuknya yang nggak gatal.
Kevin cuma menghela napasnya. 'Dari pada lu bikin 𝒊𝒏𝒅𝒐𝒎𝒊𝒆 di kosan, mending sekarang kita jalan kemana gitu, nyari makan. entar lo sakit lagi,' Kevin berujar sembari mengikuti GPS yang mengarahkan mereka ke daerah taman jajan yang berada dekat dengan komplek perumah tempat Kos-kosan mereka berada.
[Hayo pasti kaget. enggak kok. mereka nggak tinggal satu kos-kosan. Kevin tinggal di kos-kosan pak Handi. kalau Uti tinggal di kos-kosan Bu Airin, tiga blok jaraknya dari kos-kosan pak Handi.]
'Kak, jangan mahal-mahal. dompet gue sekarat,' pinta gadis pemilik sepasang manik berwarna coklat muda.
'pokoknya hari ini ikut gue makan sehat,' ada jeda 3 detik sebelum pemuda berbibir merah itu kembali membuka mulutnya. 'Gue yang traktir.'
'Kak, gue mau tanya sesuatu deh sama lo,' Uti merubah posisi duduknya jadi menghadap ke Kevin. Wajahnya yang manis itu mengisyaratkan keingintahuan yang intens. Kevin yang nyadar diliatin sama mbak crush nya itu langsung 𝒃𝒍𝒖𝒔𝒉𝒆𝒖-𝒃𝒍𝒖𝒔𝒉𝒆𝒖 dan auto 𝒅𝒖𝒈𝒆𝒖𝒏-𝒅𝒖𝒈𝒆𝒖𝒏.
'𝒈𝒐 𝒐𝒏, 𝒂𝒔𝒌 𝒎𝒆 𝒂𝒏𝒚𝒕𝒉𝒊𝒏𝒈,' ujar Kevin sembari menahan napasnya.
'Kenapa lo baik banget. kenapa lo merhatiin gue lebih dari ortu gue?' tanya Uti lagi. Ya, Uti nggak dekat sama papa dan mamanya. Menurut Uti, papa dan mama lebih sayang sama Andra, kakak cowok sulungnya yang sekarang ini udah jadi 𝒕𝒐𝒑 𝒓𝒆𝒔𝒆𝒂𝒓𝒄𝒉𝒆𝒓 di salah satu lembaga penelitian terbesar di Amerika Serikat.
Kevin terkesiap. Maunya sih ngaku kalo dia suka dan naksir berat sama Uti sejak dulu. tapi, ia takut Uti menjauh darinya waktu dia ngakuin perasaannya. hatinya mencelos waktu tau ternyata hidup Uti nggak seindah apa yang dia lihat sepanjang masa kuliah. ada segelintir rahasia yang nggak dia tahu tentang Uti yang baru terbuka hari itu.
Kevin lantas mematikan Radio yang saat itu memutar lagu kesukaan mereka berdua dan menghentikan mobilnya di bahu jalan, beberapa meter lagi padahal udah masuk ke mall yang dituju. Ia lantas menatap Uti lekat-lekat. '𝑰 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒚𝒐𝒖, 𝑻𝒊𝒂𝒓𝒂. 𝑰 𝒓𝒆𝒂𝒍𝒍𝒚 𝒎𝒆𝒂𝒏 𝒊𝒕. 𝒀𝒐𝒖'𝒓𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒄𝒆𝒏𝒕𝒆𝒓 𝒐𝒇 𝒎𝒚 𝒘𝒐𝒓𝒍𝒅 𝒂𝒏𝒅 𝑰'𝒎 𝒑𝒓𝒐𝒖𝒅 𝒕𝒐 𝒂𝒅𝒎𝒊𝒕 𝒕𝒉𝒂𝒕,' Ucap Kevin dengan suara rendah dan mata yang masih menatap kedua manik coklat muda milik lawan bicaranya.
'Kak,' Uti kehilangan kemampuannya untuk menyusun kata dan kalimat. Jantungnya berdegup kencang, rasanya kayak mau 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘰𝘭𝘰𝘵 keluar dari jeruji tulang rusuknya.
'Tiara, aku mau jadi orang yang terus sayang dan perhatiin kamu, 𝒑𝒍𝒆𝒂𝒔𝒆 𝒃𝒆 𝒎𝒚 𝒈𝒊𝒓𝒍,' Kevin meraih kedua tangan Uti dan mengecup kedua punggung tangan gadis 21 tahun itu.
'𝑻𝒉𝒂𝒏𝒌 𝒚𝒐𝒖, 𝑲𝒂𝒌. 𝑰 𝒂𝒑𝒑𝒓𝒆𝒄𝒊𝒂𝒕𝒆 𝒊𝒕 𝒔𝒐 𝒎𝒖𝒄𝒉. 𝑰 𝒄𝒂𝒏'𝒕 𝒔𝒕𝒐𝒑 𝒄𝒐𝒖𝒏𝒕𝒊𝒏𝒈 𝒂𝒍𝒍 𝒕𝒉𝒆 𝒃𝒍𝒆𝒔𝒔𝒊𝒏𝒈𝒔 𝑮𝒐𝒅 𝒉𝒂𝒅 𝒈𝒊𝒗𝒆𝒏 𝒔𝒐 𝒇𝒂𝒓.' Uti berhenti kira-kira 30 detik, ada jeda tenang yang nyaman sebelum gadis itu bergerak maju dan mengecup pipi sang ksatria tampan dihadapannya. '𝑾𝒉𝒐 𝒘𝒐𝒖𝒍𝒅 𝒔𝒂𝒚 𝒏𝒐 𝒕𝒐 𝒔𝒖𝒄𝒉 𝒂𝒏 𝒂𝒏𝒈𝒆𝒍 𝒍𝒊𝒌𝒆 𝒚𝒐𝒖.'
Ternyata, ada hal yang kalau dijalani pelan-pelan dan dinikmati prosesnya, tanpa dorongan atau tergesa-gesa, walau terlihat tak terlalu indah dilihat, akan terasa manis saat dijalani.
𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐍𝐃