๐ ๐๐ ๐ ๐ต๐๐๐ก๐๐๐ ๐ ๐ฉ๐ค๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐๐ด๐
Stars and Constellations
[Playlists] 1.๐๐ค๐ช๐ง ๐๐๐๐ฃ โ ๐๐๐ผ๐, ๐๐ ๐๐๐ข๐, ๐๐๐ ๐๐๐ง๐ฉ๐ฎ, ๐๐ฅ๐๐ง๐ ๐ก๐๐ฃ๐ [https://open.spotify.com/track/3UrDeilR9yMKA5gbHgS8H0?si=0a8ff1e8d9204732] 2. ๐๐ฉ๐๐ง ๐ญ๐ญ๐ญ๐ณ -๐ผ๐๐๐๐ [https://open.spotify.com/track/0wuGxn6mILf918ZIaeiIG5?si=c69209b70d9e49e3]
sudah sebulan belalu dari sejak kejadian San ngedrop kemarin dan Kai semakin sering main ke rumah San. entah untuk sekedar main dan ngobrol ngalor-ngidul atau beneran pengen ketemu sama San karena kepengen ketemu dan ngobrol dari hati-ke-hati sama si kecil ber lesung-pipit itu. Perlahan, keduanya yang semula hanya sebatas tahu nama masing-masing dan mengenal sosok satu sama lain di permukaan jadi semakin memahami karakter satu sama lain.
'Kai, habis ngerokok lagi ya?' tanya San. Ia tahu betul wajah kusut Kai dan aroma tembakau yang bercampur dengan wangi musk dan woody yang begitu familiar di indra penciumannya selama beberapa hari belakangan ini.
Kai cuma mengangguk singkat sambil membuka jaket kulitnya.
'Minum kopinya dulu, sini. gue obatin lukanya,' San mendekat sambil meneliti wajah Kai.
'Kok lo nggak marah sama gue, San?' Kai menatap San heran. selama ini, orang-orang di sekitar Kai hanya ingin merubah Kai jadi sosok yang sama sekali bukan dirinya. Tapi tidak dengan Sanraku. San hanya duduk di sampingnya, mengobati lukanya dalam diam sambil sesekali meringis turut merasakan pedihnya waktu luka itu terkena cotton bud yang sudah dibubuhi obat.
'Kenapa harus marah, Kai? gue tau lo pasti ada alasan sendiri kenapa berantem sama orang itu. Gue nggak mau menghentikan atau merubah lo, selama lo masih bikin gue nyaman kayak sekarang, gue nggak akan mengusik masalah pribadi lo,' San menjelaskan sambil menyandarkan kepalanya di bahu bidang milik Kai.
Kai tercekat sesaat. belum ada orang yang seperti San dalam hidupnya selama ini. Perhatian, tapi tidak sedikitpun meminta Kai untuk merubah dirinya. matanya menatap langit-langit ruang tamu tempat mereka berdua duduk dan menikmati es kopi buatan San. 'gue capek, San. capek sama papa dan mama. capek sama seluruh keluarga besar gue yang selalu nuntut gue untuk bisa lebih dari kakak-kakak gua,' Kai akhirnya mencurahkan isi hatinya.
'Kai, capek itu normal. Jadilah diri lo sendiri. gue nggak akan menuntut lo untuk berhenti merokok, berhenti berkelahi. tapi gue cuma mau lo tau. Lo nggak pernah sendiri. ada Gue, Kak Lia dan Kak Key yang selalu bisa lo andalin,' San melingkarkan kedua tangannya di pinggang ramping Kai dan menyandarkan dagunya di bahu Kai. membuat sang pemuda Kusuma itu kaget dengan wajah San yang dekat sekali dengan wajahnya.
'By the way, cerita dong tentang hari ini. apa yang bikin lo se kalut itu sampe habis sebungkus,' goda San sambil menunjuk bungkus rokok kretek yang sudah keriting di hadapan keduanya. Yang ditanya hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sembari tersenyum canggung.
'Biasa, berantem sama orang-orangnya papa,' Kai menghela nafasnya dengan berat. Kening San mengkerut mendengar jawaban dari Kai.
'Kenapa?' tanya sang wira yang baru saja menautkan kedua alisnya.
'Papa sama mama maksa gua buat nikahin Maissy dan ngejalanin bisnis keluarga besar kita. Gua nggak mau semua itu, San,' Kai merajuk sambil mengusap wajahnya.
'Go on, you can rant on me,' San dengan lembut menganggukkan kepalanya.
'Gua pengen suatu saat nanti papa mama tau passion gua adalah bermusik. Gua punya band di kampus. Gua pengen papa sama mama juga tau gua nggak suka dan gak mau menikah sama Maissy,' si tangguh itu mulai merajuk. Menurut San, wajah Kai waktu merajuk menggemaskan sekali.
'Have you found the one you love?' pertanyaan San membuat Kai Salah tingkah dan tanpa sadar tersedak ludahnya sendiri.
uhuk... uhuk... uhuk..
San terkekeh sambil membelai punggung Kai dan memberinya air minum. San membelai rambut Kai.
'Sebenarnya gua udah mikirin ini matang-matang. tapi gua belum siap waktu itu. but, since you asked, Sanraku Hiroshi Utama, bolehkah gua masuk dalam hidup lo? mungkin menjajaki langkah yang lebih dari sekedar temen deket kayak kita sekarang,' Tatapan Kai jadi lebih tajam, seakan langsung mengenai target alias langsung membuat lawan bicaranya blushing dan salah tingkah.
San saat itu hanya bisa menelan ludahnya, bingung mau menjawab apa. jujur, sejujur-jujurnya, sosok Kai yang semula intimidatif perlahan menjadi sosok yang hangat dan lembut. San suka itu. San mau mengenal sosok pria gagah berandalan di sampingnya itu. Tapi, pengakuan itu benar-benar diluar ekspektasinya.
'Nggak usah dijawab sekarang, boleh dipikirin lagi, nanti, kalo udah siap lo jawab ke gua sesuai isi hati lo,' Kai tersenyum sambil mengecup kening San, sementar si yang dicium wajahnya merah padam karena malu dan kaget bercampur jadi satu.
San, gua udah di depan. lo ke studio kan hari ini? โ Kai
begitu pesan itu masuk ke ponsel San pagi itu, pemuda yang baru saja selesai membubuhkan parfum di tengkuk dan pergelangan tangannya itu bergegas keluar dari kamar kosannya dengan basoka alias tabung berisi blue-print dan sketsa tugas akhirnya di bahu kirinya dan tas selempang Fjall Raven menyilang di tubuhnya. tak lupa ia mengambil sekotak susu dan selembar roti tawar yang jadi sarapannya setiap hari.
Hari ini, Kai menjemput San dan mengantarnya ke kampus sebelum mendekam di studio bersama dengan Aru, Sekala dan Damian, anak-anak bandnya. hari ini mereka ada latihan untuk rekaman mixtape di studio rekaman yang berhasil mereka sewa dengan uang hasil busking dan nampil di cafe.
'Selamat pagi!' San menyapa, si mungil itu nampak kesusahan karena harus manjat mobil rubicon gagah punya Kai. Kai akhirnya tertawa sambil turun dari mobil dan membantu San naik setelah membiarkan si mungil itu menghabiskan susu dan rotinya dulu.
'Bawaan lo banyak banget,' Kai menggelengkan kepalanya.
'Hari ini sidang maket,' San menghela nafas sebelum memajukan bibirnya. gemes banget deh. 'Gue kebagian bikin blue-print sama sketsa 3D....' sebelum San bisa melanjutkan celotehnya, tangan Kai melayang ke atas kepala San dan membelai rambut san yang hitam dan tebal itu dengan lembut.
'Pasti begadang lagi nih. sidangnya jam berapa?' tanya Kai yang langsung dibalas anggukan San.
'Sidangnya jam 9, sebenernya masih 2 jam dari sekarang, tapi gue takut banget,' San kembali memajukan bibirnya.
'Yaudah, nanti di kampus gua temenin dulu, lo tidur sebentar sebelom sidang, okay?' kali ini Kai memohon pada pemuda yang duduk di sampingnya. takut kondisi San malah drop sebelum sidang berlangsung.
Sepanjang perjalanan San cuma bisa menatap sosok Kai yang menyetir mobilnya sambil mendengarkan lagu-lagu rnb dan sesekali melirik ke arahnya lalu nyengir-nyengir sendiri.
[โโ Pasca Sidang, di cafe]
โSan, tadi yang nganterin lo si Kairos?โ tanya Radit sembari membantu San menggulung lembaran sketsa dan blueprint.
โIya, Dit. Kenapa emang?โ tanya San bingung. Perasaan ga ada yang salah dengan hubungannya dengan Kairos.
โHati-hati, ya,โ Arjuna menepuk bahu teman sejawatnya itu.
โJangan bermain ke dalam badai, San. Please,โ Kali ini Chris, salah satu kakak tingkat mereka nyeletuk. Semua juga tahu kenapa Chris concern banget sama San, dia udah bertaun-taun memendam perasaan ke adik tingkatnya itu tapi tak kunjung mendapat respon dari sang adik tingkat.
โKali ini gua setuju sama Bang Chris,โ celetuk Chandra. โSan, lo punya rekor nama paling bersih di kampus ini, jangan ngotorin rekor lo dengan temenan apa lagi berhubungan atau berurusan sama Kairos.โ
San hanya terdiam, Ia tahu satu mulutnya tak akan kuat melawan banyaknya orang yang nggak suka sama Kairos. Walaupun Kai nggak seburuk yang mereka bayangkan, San nggak akan bisa menjelaskan seberapa berbedanya Kai di matanya dibandingkan dengan apa yang mereka katakan tentang Kai.
Menurut mereka, Kai seperti perwira badai, menakutkan, menyeramkan, nggak ada yang berani menyentuh seorang Kairos. Sementara, di sisi lain, Sanraku adalah seorang Pangeran hujan, pangeran yang sangat mereka jaga, mereka kawal, jangan sampai badai itu merusak sang pangeran yang mereka lindungi hingga saat ini.
Mereka tidak tahu kalau sebenarnya sang Ksatria Badai ini akan tenang dan berubah menjadi angin semilir bila sang Pangeran Hujan ada di sampingnya. Mereka lupa, Hujan dan Badai adalah sesuatu yang indah bila berdampingan. Tanpa hujan tak ada badai. Hujan tak lengkap jika badai tak muncul.
โSan, kok diem?โ Radit melambaikan tangannya di depan wajah San.
โEhโoh, kenapa, Dit?โ tanya San yang terbangun dari lamunannya.
โMakan yuk, gue laper,โ Radit menarik lengan San yang masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
โSiapa aja emang?โ tanya San lagi sambil mengimbangi langkah Radit.
โKita berlima, sama Mas Chris,โ Sahut Radit sambil menunjuk rombongan di depan mereka.
โDit,โ San menghentikan langkahnya.
โKenapa? Ada Mas Chris ya?โ Radit seakan memahami keraguan yang terlukis di wajah San.
โI donโt feel so good,โ memang dari tadi sudah terlihat wajah San agak pucat. Sepanjang sidang, San berusaha menahan sakit kepalanya dengan pil Pereda sakit kepala. tesโtes โtes tiba-tiba darah mengalir dari hidung San.
โJun, Jean, kalian jalan duluan aja. Gua mau anter Sanraku ke rumah sakit,โ Radit berteriak sambil merogoh tasnya, mencari tisu untuk membersihkan darah yang masih belum berhenti mengalir dari hidung San.
Jean menoleh dan akhirnya berlari kembali ke Radit dan San untuk membantu keduanya. โSan, lo harus periksain. Ini bukan sekali atau dua kali kejadian. Ini udah sering banget.โ
โIya, iya gue ikut ke rumah sakit,โ San akhirnya luluh. Memang ini bukan pertama kalinya dia mimisan hebat seperti ini.
Dokter yang bertugas menyarankan San untuk menginap semalam di rumah sakit untuk menjalani rangkaian pemeriksaan seperti MRI dan CT Scan untuk mempermudah tim dokter mengambil keputusan diagnosa dan langkah pengobatan selanjutnya. San berkali-kali meminta maaf pada Jean dan Radit yang harus mengantar dan menjaganya di rumah sakit.
โDit, Je, maafin gue,โ lagi-lagi kata-kata itu terlontar keluar dari labia pucat sang adam.
โUdah, nggak usah minta maaf, San. Lo udah berusaha semaksimal lo buat tugas kita dan sekarang tugas kita jagain lo,โ Jean menggeleng dan membelai rambut sahabatnya itu.
โLo kenapa nggak bilang sih kalo kondisi lo nggak baik-baik aja. Lo selalu iya-iya aja kalo kita ajak all-nighters round,โ Radit mengusap kasar wajahnya. Agaknya Radit agak khawatir dengan kondisi kesehatan sahabatnya sejak masa kecil itu.
โApapun hasil pemeriksaan gue nanti, gue mohon ga usah cerita ke mama sama, papa sama Kak Ao ya,โ pinta San.
[Kak Aozora itu kakaknya San, seperti Sanraku yang namanya jepang banget, Kak Ao juga punya nama yang jejepangan banget. Aozora Lembayung Senja Utama, begitu namanya. Kak Ao ini terpaut tiga tahun sama San dan sangat sayang sama San dan tentunya sama-sama bucingnya ke Hoshie seperti San. Hoshie itu kucing keluarganya San yang manja dan lengket banget sama San.]
โTerus gimana kalau penyakitnya serius, apa lo mau biarin semua orang clueless tentang ini?โ Jean bertanya sambil menatap sahabatnya nanar.
โGue nggak siap untuk mempersiapkan mereka semua melanjutkan hidup tanpa gue kalau Tuhan berkehendak untuk mengambil gue, Je,โ San menghela nafasnya dengan sebuah helaan berat. Ia nampak menahan air matanya. Ternyata yang selama ini selalu kuat dan mendengarkan segala keluh-kesah sahabat-sahabatnya pun punya Batasan kekuatan. San juga manusia dan punya concern tersendiri dalam hidupnya.
โSan, please jangan ngomong seakan-akan lo bakal ninggalin kita semua gini,โ kini si kelinci energizer yang selalu ceria, Radit pun jadi lesu dan tak bertenaga.
Setelah 2 hari menjalani segenap test dan pemeriksaan, dokter akhirnya memberitahukan bahwa San mengidap penyakit Leukemia. Hidupnya hanya akan bertahan kurang lebih 4-5 tahun lagi, itu pun apabila San menjalani pengobatan dengan teratur dan Disiplin. San sebenarnya sempat curiga tentang hal ini. Hanya dia diam saja dan memilih untuk menikmati hidupnya yang sebentar lagi berakhir ini.
Kini, pemuda yang baru saja dipulangkan dari rumah sakit itu pulang dan memutuskan untuk menghubungi Kai kemarin sempat membombardirnya dengan panggilan dan pesan singkat yang sengaja tidak dijawab oleh pemilik lesung pipit itu. Akhirnya, Kai bertemu lagi dengan San. Hal pertama yang dilakukannya hanya merengkuh San dalam pelukan hangatnya.
'Kok nggak ngabarin?' tanya Kai sambil mengecup kening San lembut.
'Maaf ya, kemarin gue masuk rumah sakit,' San menunduk, menatap jari-kakinya.
'Hey, nggak papa. Jangan minta maaf ya,' Kai membelai rambut San.
'Kai,' panggil San sambil bersandar di dada bidang Kai dan menghirup bau rokok kretek yang bercampur dengan parfum maskulin Kai.
'Hmmmm,' Kai bergumam.
'Mau liat bintang,' pinta San manja.
'Boleh, yuk kita ke bukit bintang, terus nanti kalo sempet ke lembang juga, ngerayain selesainya sidang maket kemarin,' Kai tersenyum dan mengangguk.
'Kai,' San memanggil Kai lagi.
'Stop being so cute like this, you know i can't hold it to kiss you,' Kai berujar, wajahnya bersemu merah.
'Kiss me, then,' San menatap mata Kai dalam-dalam.
perlahan Kairos membungkukkan tubuhnya dan memotong jarak di antara mereka. Pemuda 22 tahun itu menempelkan labia merah jambunya pada labia pucat milik San. Ciuman pertama yang begitu lembut dan tak terlupakan bagi kedua insan itu. keduanya memejamkan mata mereka, menikmati ciuman itu dan setiap moment yang terjadi hari itu. Tak terasa, air mata San meleleh, membasahi wajah manisnya.
Kai yang kaget melihat pujaan hatinya menangis menyudahi ciumannya dan menatap pemuda Utama itu dan mengusap pipi kemerahan San dengan kedua ibu jarinya. 'Kenapa nangis?' tanyanya lembut.
'Nggak papa,' San menggeleng lembut. โSeandainya gue bisa ngomong ini ke lo. Gue pengen lo jadi bintang paling terang di rasi bintang dan semesta gue, Kai. di semesta gue yang sangat singkat ini.โ ungkap pemuda keturunan Jepang itu dalam hatinya.
'San, kalo ada apa-apa cerita sama gua, please,' Kai memohon pada pujaan hatinya.
'Nggak papa, Kai. Cuma berasa magic aja gue bisa dapet orang kayak lo. badai dan hujan yang selalu gue cintai dalam hidup gue,' San tersenyum sambil menatap Kai. 'I'm thankful I got you, Kai.'
[Bersambung]
[2.149 words]