Celebrate A short Story — Cast: Rama Parikersit Siregar (creds to @ateezlokalan ) Krisna Haridra Bhamakerto (creds to @ateezlokalan ) Gita Lusia Mahardika (creds to @lokal_dc)
1 April 2021, suatu siang cerah. Kayaknya semua lupa hari ini adalah hari dimana menipu atau berbohong dihalalkan. Rama sedang asik mengerjakan setumpuk pr yang diberikan kantornya di sebuah cafè baru yang terletak di dekat komplek perumahan tempat kontrakan yang ia tinggali bersama dengan anak-anak ARTEEZ berada. Suasana cafè yang sangat homey dan dekorasinya yang tak terlalu ramai membuat banyak mahasiswa dari berbagai tingkat betah berlama-lama nugas ataupun sekedar ngobrol di tempat itu. Sayangnya, semenjak pandemi jumlah pengunjung yang diizinkan masuk dan jam operasional.
Sebenernya seisi kontrakan udah heboh karena ini sudah tanggal 1. Tapi alih-alih ingat perihal hari ulang tahunnya, Rama justru melupakan pergantian usianya lantaran setumpuk tugas beserta revisian laporan yang sudah menumpuk dan membuatnya melupakan hari jadinya itu. Rama sih biasa-biasa saja perihal ulang tahunnya. Tapi coba kita lirik suasana kontrakan saat itu. Krisna yang tadi lagi anteng baca buku di ruang makan tiba-tiba dihampiri si kembar dempet, Sanjaya dan Joseph.
‘Bang,’ panggil Joseph. Yang beneran dicuekin sama pemilik nama Krisna itu.
‘Bang Krisna,’ kali ini Sanjaya buka mulut sambil nyentil pelan buku yang ada di tangan Krisna, membuat si pemilik nama mengalihkan pandangan dari paragraf seru yang tengah dibacanya ke kedua orang di hadapannya.
‘Apaan sih?’ Krisna menyekat novel itu dengan selembar kertas post it yang ditemukannya di halaman belakang buku yang tengah dibacanya itu.
‘Ini udah April loh,’ Joseph melempar kode pertama.
‘Iya? Terus kenapa kalo udah April?’ tanya Krisna bingung sambil melirik kalender yang ada di ponselnya.
‘Tanggal 3 kan Bang Rama ultah,’ timpal Sanjaya sambil ngasih unjuk kalender meja yang udah dilingkar-lingkarin tanggal ultah penghuni kontrakan mereka.
‘Oh iya, anjir. Belom beli kue,’ Krisna menaruh novelnya di atas meja. ‘Mahanta, Kenzie, Jovan, Jafar, sini dulu deh. Kok bisa pada lupa semua sih?’ tanya Rama sambil setengah berteriak untuk mengumpulkan personil ARTEEZ yang tengah tersebar di seluruh penjuru rumah.
‘Kue mah bisa entaran, Bang. Yang penting entar pas ultah dia kita mau ngapain?’ Jovan mengernyitkan keningnya.
‘Anyways, kalo soal kue beres, gue udah pesen ke tempat langganan gue. Bisa diambil besok. Cuma, simpennya di mana? Kulkas penuh, Bang Rama baru kelar isi lemari es kemarenan.’ Timpal Kenzie sambil membuka kulkas dapur. Kulkasnya beneran penuh ga ada tempat lagi buat simpen kue.
‘Nitip di café depan komplek aja,’ usul si bungsu, Jafar.
Krisna mengetuk dagunya dengan jemarinya, udah kayak bapak-bapak aja. Kemudian, setelah mikir beberapa lama, sang pemuda 172 cm itu membuka mulutnya, ‘Ya udah, besok gue ambil kuenya, gue titipin sama café sana. Cuma pastiin lagi besok Rama bakal sibuk di kampus atau di rumah. Dia suka nongkrong di café itu soalnya.’
—
Siang itu, Rama lagi-lagi asik dengan laptop dan tumpukan materi kerjaannya. Entah sudah berapa gelas es coklat yang disesapnya sedari pagi tadi. Barista yang bertugas kala itu saja sampai geleng-geleng kepala karena kakak ganteng yang satu itu betah banget bertandang di bangku di pojok café, dekat jendela besar. Sudut estetik yang sering dipakai orang untuk berfoto atau ngonten di sosmed. Rama juga kayaknya nggak nyadar kalau sedari tadi Mbak Barista itu mengamatinya dari konter. Sesekali Rama memeriksa ponselnya kalau-kalau ada panggilan atau pesan dari teman-temannya maupun dari kantornya. Biasanya sih pada nitip kebutuhan bulanan buat di kontrakan.
Rama duduk di depan laptopnya sembari menopang dagunya dengan tangannya, sekali-kali ekor matanya melirik ke mbak barista di konter kasir. Rama nampak mengenali sosok barista itu, kayaknya ia pernah bertemu dengan gadis itu entah dimana. Tapi, ya sudah lah, biar saja lalu. Rama kemudian kembali berkutat dengan kerjaan yang tak kunjung selesai itu.
Pasalnya, besok tanggal 2 dan Rama harus menjalankan ibadah Jumat Agung di Gereja, mama sudah mewanti-wanti Rama supaya pemuda 178cm ini tak lupa beribadah, mendekatkan diri pada Tuhan. Dan sebagai umat yang taat beragama, Rama nggak ingin ibadahnya terganggu lantaran keinget sama tugas-tugas nya yang menumpuk itu. Jadi ya, dengan terpaksa, Rama harus menyelesaikan semuanya di jadwal WFH tanggal 1 April itu.
Kalau dipikir-pikir, semakin kesini, semakin sering WFH, Rama jadi jarang banget bisa ngobrol sama Dilara. Waktu bareng-bareng mereka berkurang banget semenjak WFH-WFH ini. Padahal ya, dua-duanya juga WFH, tapi disibukkan dengan segudang take-home assignments yang nggak pernah berakhir. Akhirnya, yang dikorbankan ya WaKunCar alias Waktu Kunjungan Pacar. yang semula mungkin cukup sering, jadi cuma seminggu dua kali, bahkan sekali, setiap minggu, alias ibadah bareng. Ibadah barengnya bukan cuma berdua, tapi sama Kak Sarah.
Di mata Rama, Sarah memang sosok kakak perempuan dan hanya sebatas itu. Tapi buat Dilara, kedekatan itu membuat gadis itu gelisah, takut sosok Rama yang dicintainya tak lagi menganggapnya sebagai prioritasnya. Dilara hanya takut Rama diambil oleh orang lain.
2 April 2021,
Usai ibadah Jumat Agung di Gereja bersama Rama dan Sarah tadi, setelah Dilara, Sarah dan Rama sudah di rumah, Dilara melayangkan chat singkat pada sang kekasih. [https://twitter.com/ateezlokalan/status/1377964757127294982?s=20]. Rama masih sayang dan nggak mau putus sama Dilara auto panik dan segera berkemas untuk nyusulin sang kekasih ke Bandung. Pokoknya, dalam otak Rama, Ia hanya ingin mempertahankan hubungannya dengan kekasih yang amat disayanginya itu. Tak peduli waktu itu sudah tengah malam. Rama tetap berangkat.
Tindakan Rama yang serba terburu-buru dan spontan itu membuat seisi kontrakan ber-delapan itu auto panik, nggak biasanya Rama begini. Keliatan banget adek-adek kesayangan Rama panik melihat abang yang biasanya kalem ini jadi kayak orang kebakaran jenggot seperti sekarang. [https://twitter.com/ateezlokalan/status/1377972247923593216?s=20]. melihat Rama panik, semuanya jadi panik menghadang Rama. mereka takut, Rama hanya melakukan itu karena panik semata. insiden ini hampir saja menggagalkan rencana teman-teman Rama untuk memberinya kejutan di hari ulang tahunnya.
[flashback ke tadi sore waktu Rama ke Gereja]
/kling/
suara bell yang terkait di engsel pintu cafè membuat kepala Gita yang tengah menunduk, menatap layar benda pipih yang sedari tadi mengalihkan perhatiannya, tiba-tiba terangkat.
'Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?' Gita menyapa pemuda berambut pirang yang baru masuk tadi dengan senyumnya.
'Sore, mbak. Mbak tau Rama kan?' tanya pemuda itu.
'Rama?' Gita mengernyitkan dahinya.
'Itu loh, yang tinggi, suka bawa laptop sama tumpukan buku ke sini,' si pirang menjelaskan lagi.
'Oh iya, kenapa?' tanya Gita.
'Ya Allah, Mbak cantik, gue buru-buru nih. gini, besok tuh Rama ulang tahun, dan kita mau surprise in dia malem ini. cuma ini kan kue eskrim, gue takut meleleh dan ga bisa disimpen di rumah karena kulkas kami penuh,' jelas Krisna. 'Titip di sini dulu ya, beberapa jam aja. Gue harus buru-buru balik nih. emergency.'
'Eh-Oh, boleh, sini aja, mas,' balas Gita sambil mengulurkan tangannya.
ada kali 5 menit Krisna bengong sambil menatap wajah Gita, mengagumi kecantikan sang dara.
'Mas, katanya mau nitip kuenya?' Gita melambaikan tangannya di depan wajah Krisna.
'Oh iya, ini,' Krisna memberikan bungkusan kue itu pada Gita. 'Gue minta nomor telfon lu ya, supaya bisa tektokan waktu sama lu entar buat ajak yang ultah ke sini,' Krisna tersenyum sambil menyerahkan ponselnya pada Gita.
'minta tolong dibukain buat kita pas midnight ya mbak, please,' ujar Krisna lagi setelah ia menerima ponselnya kembali dari tangan Gita.
'Nanti hubungi saya lagi aja, mas. Saya Gita,' Gita akhirnya membuka mulutnya untuk memperkenalkan dirinya setelah rentetan kalimat tanpa henti dari Krisna yang menurutnya menggemaskan sekali.
'Makasih, Mbak Gita, nanti saya hubungin lagi,' Krisna mengangguk dan melambaikan tangannya pada gita. Senyum terpatri di wajahnya, senyum yang membuat Gita terbengong-bengong. Walaupun Krisna tak terlalu jangkung seperti Rama, Mahanta atau Jovan, tapi satu yang perlu semua ketahui, senyum Krisna mampu mengalihkan duniamu. Contohnya siang itu, senyumnya berhasil mengalihkan dunia Gita, karyawan Julia Coffee Cafè yang baru saja membantunya menyimpan cake eskrim untuk Rama.
[Flashback Ends]
Mari kembali lagi ke kondisi kegaduhan di kontrakan tanggal 2, tengah malam...
Sementara semua masih sibuk mencegah Rama untuk bertolak dari kontrakan menyusul Dilara ke Bandung untuk menyelesaikan segala kesalah pahaman yang membuat dirinya gundah gulana itu, Krisna sibuk bertukar pesan dengan Gita, mengatur segala sesuatunya supaya nampak rapi. beruntung Gita membawa bala bantuan beberapa staff cafè untuk membantunya mendekor cafe malam itu.
'Bang, jangan panik. ini udah jam berapa?' terdengar suara Jovan yang masih menghadang pagar dengan badan tinggi besarnya.
'Berangkat besok aja, Bang. Dia ga akan kemana kalo emang dia beneran mau menyelesaikan masalah ini sama lu,' Mahanta ikut menghadang.
'Mending sekarang abang tenangin diri, duduk dulu, gue bikinin teh anget,' kali ini Kenzie merangkul Rama sambil memberikan sinyal buat Joseph dan Sanjaya buat mengambil tas dari tangan Rama dan membawanya ke dalam rumah.
'Ram, ikut gue sebentar,' Krisna angkat bicara sambil mengajak Rama untuk masuk ke mobilnya. setelah Rama dan dirinya masuk ke mobil, ia mengirim pesan pada Jovan untuk berangkat bersama teman-temannya menyusul menuju cafe untuk memberi kejutan pada oknum Rama ini.
'Ram, sorry gue juga ga bakal kasih lo jalan sekarang ke Bandung. apa lagi dengan keadaan lo yang kalap dan kalut kayak gini,' Krisna membuka pembicaraan di mobil menuju ke cafe.
'Tapi gue harus selesaiin masalah gue sama Dilara, Kris. Harus sekarang. Gue ga mau putus sama dia,' Ujar Rama lirih.
'Iya, tapi dalam keadaan kayak gini, gue takut lu ga fokus nyetir dan malah nyelakain diri lo sendiri,' tegas Krisna lagi. 'Maaf.'
Rama hanya menunduk sambil memainkan ponselnya. jemarinya mengetuk layar ponselnya. 'Kris, maafin gue, gue panik,' Rama berujar sambil mengusap wajahnya dengan tangannya.
'Pake masker lu, kita turun di sini,' Krisna merogoh laci dasbor nya dan menarik selembar masker baru untuknya dan satu lagi untuk Rama.
'Loh, ini kan cafe tempat gue biasa nongkrong. kita mau ngapain? lagian ini kan udah tutup,' kilah Rama. Tanpa disadarinya, semua teman-temannya beserta beberapa crew cafe sudah masuk ke dalam cafe dari pintu belakang.
Dilara, sang gadis yang menjadi tambatan hati Rama pun ikut meramaikan acara surprise kala itu. Nyatanya, Dilara nggak benar-benar marah. semua ini sengaja disusun oleh Sanjaya dan Joseph buat bumbu surprise ulang tahun Rama kali ini aja, supaya seru.
Sekeliling cafe masih gelap, semua sudah bersembunyi di pos masing-masing. Dilara di dapur, masih mempersiapkan buket bunga dan kue ulang tahun bersama dengan Gita dan beberapa Crew cafe yang menyiapkan beberapa jenis minuman. Duo ribut, Sanjaya dan Joseph sudah ada di pojok tempat duduk langganan Rama dengan beberapa party popper di tangan mereka, di sisi lain ada duo jangkung bersembunyi dengan party popper di tangan mereka.
'Ikut gue, Ram,' Krisna mengajak Rama masuk ke cafe. bersama dengan bunyi /kling/ yang dikeluarkan bel di pintu masuk cafe, cafe yang semula gelap itu seketika itu berubah menjadi terang, confetti berserakan bersamaan dengan teriakan dari Jovan, Joseph, Mahanta, Kenzie, Jafar dan Sanjaya, 'HAPPY BIRTHDAY ABANG!' semuanya berseru serentak. Rama masih terpaku, bingung menatap semua kejutan ini. belum lagi matanya terbelalak lebar ketika ia melihat sosok Dilara, yang katanya ada di Bandung, mendorong trolley berisi kue ulang tahunnya dan sebuah buket bunga carnation bernuansa pink.
Seketika itu, Rama menutup wajahnya dengan kedua tangannya. bahunya bergerak naik turun. Tangisnya pecah. Pasalnya, ia sudah berpikir bahwa Dilara bener-bener ngajak putus. ternyata, semua ini hanya prank. di satu sisi, Rama lega di sisi lain, dia takut kehilangan Dilara.
'Ram, maafin aku,' Dilara merengkuh Rama dalam pelukannya.
'Ra, aku kira kamu beneran mau putus sama aku. aku takut kehilangan kamu,' Rama memeluk tubuh mungil Dilara erat.
'Mbak Gita, makasih udah minjemin cafenya. entar gue sama anak2 pasti bantuk beresin,' Krisna berujar sambil berdiri di samping Gita, menikmati indahnya rekonsiliasi antara Dilara dan Rama.
'Sama-sama, Mas. sering-sering main ke sini ya,' ujar Gita malu-malu.
'Kayaknya gue bakal sering ke sini kalo lu shift tiap siang, mbak,' Ungkap Krisna sambil melempar kedipan mautnya untuk Gita.
'Tuhkan, pasti bisa selesai tanpa harus langsung pergi ke Bandung,' tukas Joseph.
'Makasih semua,' Rama mengusap wajahnya dan tersenyum.
saved: April 03,2021