๐–๐ก๐š๐ญ ๐ข๐Ÿ.... A ๐‡๐จ๐ง๐ ๐ฃ๐จ๐จ๐ง๐  x oc oneshot.


part 2


Malam itu, Sean menjaga Sena di rumah sakit, pukul 12:30 dini hari, Sena kembali dihantui mimpi manusia bertopi fedora yang berusaha menculiknya dan menghapus semua rantai ingatan dalam kehidupan. Pria itu mengejar Sena dan membuatnya terbangun dengan wajah yang dibasahi keringat dingin dan nafas yang terengah-engah.

'Se-Se, Se-Se,' panggil Sena dengan suara bergetar.

Sean mengusap wajahnya dan mengangkat kepalanya, 'ya, kenapa Sen?' tanya Sean.

'Takut,' hanya itu yang bisa diucapkan oleh Sena yang sudah mulai menangis. dadanya naik turun. 'Nggak mau tidur lagi. gue takut,' rengek Sena.

'Takut kenapa?' Sean berdiri dari sofa tempat ia beristirahat.

'Orang pakai baju hitam-hitam, ada kabut, gue lupa sama lo, sama kak jean, sama kak sekar,' tangis Sena pecah.

'Nggak papa sen, cuma mimpi. gue bobo di sebelah lo ya, mau?' tanya Sean dibalas dengan anggukan Sena. Sena bergeser, memberikan tempat untuk Sean berbaring di sampingnya. 'Tidur lagi ya, gue di sini. gue nggak bakal biarin kabut itu nyerang lo,' Sean merengkuh tubuh mungil saudara kembarnya dengan lembut. Namun, Sena masih terjaga dalam pelukan Sean. ia takut kalau ia menutup matanya, ia lupa rasanya dipeluk oleh Sean.

'Sen, lo nggak bobo?' tanya Sean yang nggak bisa tidur juga kalau kembarannya nggak bisa tidur.

Tak ada jawaban dari Sena, tubuh kurusnya semakin erat memeluk Sean. Dari pelukan itu, Sean tahu saudara kembarnya takut. โ€˜Sen, gue di sini, masih di sini. Lo nggak pernah sendiri,โ€™ Sean membelai rambut Sena, perlahan Sena terlelap dan nafasnya semakin stabil. Tak lagi tersengal-sengal. Jam di ponsel Sean sudah menunjukkan waktu pukul 3:00 dini hari waktu setempat, dan ini sudah ketiga kalinya dalam minggu ini Sena mengalami hal serupa.


Jam 8 pagi, Sean dan Sena dibangunkan dengan suara pintu kamar Sena yang terbuka. Rambut oranye menyembul dari balik pintu. Hari ini jadwal terapi bersama Jean. Terapi kali ini berhubungan dengan keterampilan Jeandra dan Sena, melukis dan menyanyi. Setelah meminta Sekar dan Sena untuk pergi meninggalkan ruangan sejenak, terapi pun dimulai.

โ€˜Sen, coba deh gambar sesuatu di sini. Aku udah bawain cat sama kanvas coba kamu lukis apa aja yang di pikiran kamu,โ€™ pinta Jean sambil duduk di samping ranjang Sena. Sena mengangguk dan segera melukis. Dan betapa kagetnya wajah Jeandra saat dia melihat lukisan yang dibuat oleh Sena. Sena melukis lelaki ber busana serba hitam, dengan topi fedora dan masker menutupi wajahnya, hutan penuh kabut tipis berwarna abu-abu dan gadis dengan wajah penuh ketakutan dan sedang berpegangan tangan dengan anak laki-laki seusianya.

โ€˜Sen, itu siapa?โ€™ tanya Jeandra saat lukisan itu selesai.

โ€˜itu yang semalam muncul di mimpi Sena, kak. Dia mau ambil Sena dari Sean sama kak Jean. Sena takut,โ€™ Suara sena bergetar saat menjelaskan tentang lukisannya.

Jean menyingkirkan lukisan itu ke dekat jendela dan memeluk tubuh kurus Sena. โ€˜Jangan dipikirin terus ya, Sen. Cuma mimpi. Aku sama Sean masih di sini. Thank you udah berusaha tidur lagi,โ€™ Jean membelai rambut gadis pujaan hatinya itu.

'Kak Je, aku capek,' tangis Sena pecah. 'Kadang aku nggak tau siapa aku sekarang, bingung aku harus ngapain, tapi aku tau harus melakukan sesuatu,' isaknya di dada Jeandra.

Mendengar tangis Sena dan jeritan hatinya, Jeandra jadi paham alasan kenapa malam itu Sena memutuskan untuk memotong nadinya dan mencoba mengakhiri hidupnya. โ€œSi Fedora yang di sana cuma ada di pikiran kamu, Sayang. Kakak berani jamin, si Fedora itu nggak bakal bikin kesayangan kakak sakit atau kenapa-kenapa lagi selama kakak masih di sini,' Jean membelai rambut Sena dan mengecup puncak kepala gadis itu.

Wangi parfum khas Jeandra menyeruak ke indera penciuman Sena. Setidaknya wangi itu mengingatkannya bahwa ada seseorang di sampingnya, yang akan selalu menemani dan menyemangatinya walau badai terus menerpanya.

Jeandra kemudian melepas pelukannya dan menghapus airmata di wajah Sena dengan kedua tangannya. 'Sayangnya kakak, udah bisa lanjut kan? hari ini mau nyanyi apa? Kakak bawa gitar, hari ini nyanyi sambil gitaran yaa,' tanya pemuda bersurai oranye sambil membelai surai kecoklatan milik sang nirmala.

Di luar sudah siang, mendekati waktu makan siang. dan kali ini, anggukan kepala sang dara membawa mereka ke sebuah melodi sedih yang keluar dari labia pucat Sena. 'Sena mau nyanyi lagu yang kakak tulis itu, Not Too Late,' ujar Sena sambil membuka buku jurnalnya pada sebuah halaman dengan tulisan tangan Jeandra.

Jeandra menganggukkan kepalanya, 'Siap tuan putri,' jemari Jeandra dengan piawai menari-nari di atas gitarnya dan suara indah Sena mengikuti permainan gitar sang adam..

โ€œ๐—œ๐˜โ€™๐˜€ ๐—ฑ๐—ฎ๐—ฟ๐—ธ ๐—ต๐—ฒ๐—ฟ๐—ฒ, ๐—œ๐˜โ€™๐˜€ ๐—ฐ๐—ผ๐—น๐—ฑ ๐—ฎ๐—ป๐—ฑ ๐˜„๐—ถ๐˜๐—ต๐—ฒ๐—ฟ๐—ถ๐—ป๐—ด ๐—ก๐—ผ๐˜ ๐—ฎ ๐˜€๐—ถ๐—ป๐—ด๐—น๐—ฒ ๐—ฝ๐—น๐—ฎ๐—ฐ๐—ฒ ๐˜๐—ผ ๐—น๐—ฒ๐—ฎ๐—ป ๐—ผ๐—ป ๐—ง๐—ต๐—ถ๐˜€ ๐—น๐—ผ๐—ป๐—ฒ๐—น๐˜† ๐—ฝ๐—น๐—ฎ๐—ฐ๐—ฒ

๐—œ ๐—ฐ๐—ฎ๐—ปโ€™๐˜ ๐˜€๐—ฒ๐—ฒ ๐—ฎ๐—ป๐˜†๐˜๐—ต๐—ถ๐—ป๐—ด, ๐—ช๐—ต๐—ฒ๐—ฟ๐—ฒ ๐˜€๐—ต๐—ผ๐˜‚๐—น๐—ฑ ๐—œ ๐—ด๐—ผ? ๐—œ ๐—ฎ๐—บ ๐—น๐—ฒ๐—ณ๐˜ ๐—ฎ๐—น๐—ผ๐—ป๐—ฒ ๐—ฎ๐˜ ๐—ง๐—ต๐—ถ๐˜€ ๐—น๐—ผ๐—ป๐—ฒ๐—น๐˜† ๐—ฝ๐—น๐—ฎ๐—ฐ๐—ฒ...โ€

mata sang gadis terpejam sambil menikmati permainan gitar Jeandra dan setiap kata-kata yang tertuang dalam lagu itu.

โ€œ๐—œ๐˜€ ๐—ฎ๐—ป๐˜†๐—ผ๐—ป๐—ฒ ๐—ผ๐˜‚๐˜ ๐˜๐—ต๐—ฒ๐—ฟ๐—ฒ ๐—–๐—ฎ๐—ป ๐˜†๐—ผ๐˜‚ ๐—ต๐—ฒ๐—ฎ๐—ฟ ๐—บ๐—ฒ? ๐—ง๐—ต๐—ฒ ๐—น๐—ผ๐—ป๐—ฒ๐—น๐—ถ๐—ป๐—ฒ๐˜€๐˜€ ๐˜๐—ต๐—ฎ๐˜ ๐—œ ๐—ฎ๐—บ ๐—ฟ๐—ฒ๐—ฐ๐—ถ๐˜๐—ถ๐—ป๐—ด ๐—–๐—ฎ๐—ป ๐˜†๐—ผ๐˜‚ ๐—ต๐—ฒ๐—ฎ๐—ฟ ๐—ถ๐˜?

๐—ข๐—ต ๐—ฝ๐—น๐—ฒ๐—ฎ๐˜€๐—ฒ ๐—ง๐—ฒ๐—น๐—น ๐—บ๐—ฒ ๐˜๐—ต๐—ฒ ๐—ฎ๐—ป๐˜€๐˜„๐—ฒ๐—ฟ ๐—ง๐—ต๐—ฒ ๐—ฟ๐—ฒ๐—ฎ๐˜€๐—ผ๐—ป ๐˜„๐—ต๐˜† ๐—œ ๐—ฎ๐—บ ๐—น๐—ฒ๐—ณ๐˜ ๐—ฎ๐—น๐—ผ๐—ป๐—ฒ ๐—ต๐—ฒ๐—ฟ๐—ฒ, ๐—ช๐—ต๐˜† ๐—œ ๐—ฐ๐—ฎ๐—ปโ€™๐˜ ๐—ด๐—ฒ๐˜ ๐—ผ๐˜‚๐˜ ๐—ผ๐—ณ ๐—ถ๐˜...โ€

tanpa terasa, air mata keduanya meleleh sembari lagu terus melantun dari petikan gitar Jean dan suara merdu Senandung Melodi Senja. Suara nyanyian itu terdengar di sepanjang lorong yang menuntun semua perawat dan pasien yang lewat untuk berdiri dan mendengarkan nyanyian dari dalam kamar 417, tempat Sena dan Jean tengah menjalankan terapi yang dirangkai special oleh Jean untuk Sena.

'Kak,' panggil Sena lirih.

'Ya, cantik?' sahut Jeandra.

'Kalo nanti Sena pergi duluan, janji jagain Kak Sekar sama Sean ya. Sean disuruh kuliah lagi,' lirih Sena sambil menangis.

'Jangan ngomong kayak kamu mau pergi jauh,' air mata Jeandra makin deras membasahi pipinya.

'Sena ga tau kapan umur Sena berhenti bertambah,' Sena mengusap wajah Jeandra dengan tangannya.

'Jangan ngomong gitu,' Jeandra menggeleng. Dia tau cepat atau lambat, keadaan Sena yang terus menurun akan berujung pada pulangnya Sena ke tangan yang Kuasa. namun, Jean masih enggan menerima kenyataan itu.

'Kak,' tangan kurus itu dengan lemah membelai wajah Jeandra. 'Aku boleh minta sesuatu nggak?'

'Apapun itu akan aku kabulin sekuat tenagaku,' Jean mengangguk.

'Besok aku mau ke luar ya, temenin, kita terapinya di luar aja, di sini sumpek,' pinta Sena. dibalas sebuah anggukan dari Jeandra.

'Sekarang kamu tidur dulu, istirahat. tapi makan ya, aku suapin buburnya dikit,' Jean mengangkat mangkuk di meja dan menyuapkan makanan dengan sabar pada Sena.

'Kak, Sena nggak mau tidur, takut,' Sena kembali menitikkan air matanya.

Siang itu, Jeandra merengkuh sang dara manis di hadapannya dalam pelukan hangatnya. Jean juga takut suatu saat Ia tak dapat melihat senyum Sena lagi. 'Cantiknya Kak Jean, semangat terus. Jangan patah semangat. kita nikmati hari-hari sekarang ya.'


3 tahun kemudian...

Tanpa terasa, 3 tahun sudah berlalu begitu saja. Sesi terapi dan pengobatan di rumah sakit bahkan membuat Sena lupa hari apa yang baru saja dilewatinya. Entah berapa banyak terapi yang sudah dijalaninya bersama Jeandra dan berapa banyak momen yang mereka rekam di jurnal Sena. Walau Sena tak bisa mengingat semuanya, tapi setidaknya yang ditulisnya di jurnal itu membantunya mengingat masih banyak orang-orang yang mencintainya.

Dua minggu terakhir ini, sesuai janji Jeandra, banyak terapi mereka habiskan di luar, entah itu di pelataran taman rumah sakit, atau benar-benar pergi ke luar seperti ke pantai reklamasi di dekat rumah sakit, atau ke bukit bintang. Sudah tak banyak yang bisa dilakukan, Dokter hanya bilang bahwa terapi yang khusus dibuat oleh Jeandra ini bisa membuat fluktuasi moodnya berkurang sedikit.

Hari ini, Jean, Sekar, Sena dan Sean jalan-jalan ke pantai. Seharian beraktivitas di pantai. Sekar pagi itu memaksa sena mengenakan dress putih manis, cardigan kuning dan sandal coklat. rambutnya yang panjang sebahu dikepang dengan model fishtail braid. Jean nampak keren dalam balutan polo shirt kuning pastel, celana linen pendek putih dan sepatu keds. Keduanya nampak seakan-akan mengenakan busana couple.

Jeandra dan Sena duduk di karpet piknik sementara Sean dan Sekar bermain air, menghampiri laut. seharian mereka habiskan berempat di tepi pantai. tanpa terasa, pagi berganti menjadi siang dan perlahan, siang disapu oleh angin sore. sambil melihat gembiranya Sean dan Sekar bermain air, Jean memetik gitarnya sambil membiarkan suara Sena, yang saat itu bersandar di bahunya mengalun. Suara yang indah, menyanyikan sebuah lagu yang mereka tulis di sesi-sesi terapi sebelumnya.

โ€œ๐™’๐™๐™–๐™ฉ ๐™ž๐™› ๐™ฌ๐™š ๐™ฌ๐™š๐™ง๐™š ๐™ข๐™š๐™–๐™ฃ๐™ฉ ๐™–๐™ฅ๐™–๐™ง๐™ฉ ๐™’๐™ž๐™ก๐™ก ๐™„ ๐™จ๐™ฉ๐™ž๐™ก๐™ก ๐™๐™–๐™ซ๐™š ๐™ฎ๐™ค๐™ช๐™ง ๐™๐™š๐™–๐™ง๐™ฉ ๐˜ฝ๐™ช๐™ฉ ๐™ž๐™ฉ'๐™จ ๐™ค๐™ ๐™–๐™ฎ ๐™„ ๐™œ๐™ช๐™š๐™จ๐™จ ๐™ž๐™› ๐™„ ๐™Ÿ๐™ช๐™จ๐™ฉ ๐™œ๐™š๐™ฉ ๐™ง๐™š๐™ฅ๐™ก๐™–๐™˜๐™š๐™™

๐™„ ๐™ ๐™ฃ๐™ค๐™ฌ ๐™„ ๐™˜๐™–๐™ฃ'๐™ฉ ๐™˜๐™ค๐™ข๐™ฅ๐™ก๐™–๐™ž๐™ฃ๐™ฉ '๐™˜๐™–๐™ช๐™จ๐™š ๐™„'๐™ข ๐™ฉ๐™๐™š ๐™ค๐™ฃ๐™š ๐™ฉ๐™ค ๐™—๐™ก๐™–๐™ข๐™š ๐™„ ๐™Ÿ๐™ช๐™จ๐™ฉ ๐™˜๐™–๐™ฃ'๐™ฉ ๐™—๐™–๐™ง๐™š ๐™ค๐™ ๐™จ๐™š๐™š๐™ž๐™ฃ๐™œ ๐™ฎ๐™ค๐™ช ๐™˜๐™ง๐™ฎ ๐˜ผ๐™ฃ๐™™ ๐™„ ๐™ ๐™ฃ๐™ค๐™ฌ ๐™ฎ๐™ค๐™ช'๐™ก๐™ก ๐™ ๐™š๐™š๐™ฅ ๐™ค๐™ฃ ๐™–๐™จ๐™ ๐™ž๐™ฃ๐™œ ๐™ฌ๐™๐™ฎโ€

Suara lembut dan merdu Sena perlahan mengisi rungu wira tampan yang tengah memetik dawai gitarnya. Lirik yang begitu sedih dan sentimental mengalun manis di telinga Jeandra ditemani matahari yang perlahan membenamkan dirinya di balik gari khatulistiwa, menyisakan lembayung langit senja.

โ€œ๐™๐™๐™–๐™ฉ ๐™„'๐™ก๐™ก ๐™ก๐™š๐™–๐™ซ๐™š ๐™จ๐™ค๐™ค๐™ฃ ๐™๐™–๐™ง ๐™›๐™ง๐™ค๐™ข ๐™ฎ๐™ค๐™ช ๐™‹๐™ก๐™š๐™–๐™จ๐™š ๐™๐™ค๐™ก๐™™ ๐™ข๐™š ๐™ฉ๐™ž๐™ก ๐™„ ๐™™๐™ž๐™จ๐™จ๐™–๐™ฅ๐™š๐™–๐™ง ๐˜ฝ๐™ช๐™ฉ ๐™—๐™š๐™›๐™ค๐™ง๐™š ๐™„ ๐™™๐™ค ๐™…๐™ช๐™จ๐™ฉ ๐™ ๐™ฃ๐™ค๐™ฌ ๐™ฉ๐™๐™–๐™ฉ ๐™„ ๐™ก๐™ค๐™ซ๐™š ๐™ฎ๐™ค๐™ช ๐™„'๐™ข ๐™จ๐™–๐™ž๐™ก๐™ž๐™ฃ๐™œ ๐™ฉ๐™ค ๐™จ๐™ค๐™ข๐™š๐™ฌ๐™๐™š๐™ง๐™š ๐™ฃ๐™š๐™ฌ

๐™„ ๐™๐™š๐™–๐™ง ๐™ฎ๐™ค๐™ช๐™ง ๐™ซ๐™ค๐™ž๐™˜๐™š ๐™ ๐™š๐™š๐™ฅ ๐™˜๐™–๐™ก๐™ก๐™ž๐™ฃ๐™œ ๐™ค๐™ช๐™ฉ ๐™„'๐™ข ๐™จ๐™ก๐™ค๐™ฌ๐™ก๐™ฎ ๐™ก๐™ค๐™จ๐™ž๐™ฃ๐™œ ๐™ข๐™ฎ ๐™—๐™ง๐™š๐™–๐™ฉ๐™ ๐™ฃ๐™ค๐™ฌ ๐™”๐™ค๐™ช ๐™ ๐™š๐™š๐™ฅ ๐™ค๐™ฃ ๐™จ๐™๐™ค๐™ช๐™ฉ๐™ž๐™ฃ๐™œ ๐™ข๐™ฎ ๐™ฃ๐™–๐™ข๐™š ๐™ค๐™ช๐™ฉ ๐™„๐™ฉ'๐™จ ๐™ฉ๐™ž๐™ข๐™š ๐™ฉ๐™ค ๐™ก๐™š๐™–๐™ซ๐™š ๐™„'๐™ก๐™ก ๐™จ๐™š๐™š ๐™ฎ๐™ค๐™ช ๐™จ๐™ค๐™ช๐™ฉ๐™โ€

Usai menyanyikan lagu itu, Sena menarik lengan kaus polo milik Jeandra. membuat sang adam meletakkan gitarnya dan menoleh.

'Sena capek, Kak,' Lirih gadis itu. 'Boleh pinjam pangkuan kak Jean?'

Jean dengan cepat mengangguk dan mempersilakan gadis itu membaringkan kepalanya di pangkuannya. 'Makasih, udah bertahan, Sen.'

'I'm the brightest cancerian up there,' kalimat itu diucapkan Sena sebelum akhirnya gadis itu memejamkan matanya dan menghela nafasnya untuk yang terakhir kalinya, menutup usianya ditemani Sekar dan Sean yang tersenyum bahagia di pantai. Selamanya, Sena akan ingat hari itu. Hari dimana ia berbaring di pangkuan Jean dan selamanya berpulang ke Rumah Bapa di Surga.

โ€œKar, Se, Sena udah nggak di sini lagi. Bunda udah jemput dia,' Kalimat itu lirih keluar dari labia Jeandra sebelum tangisnya pecah.

Sean yang awalnya tersenyum bahagia jatuh terduduk di hamparan pasir putih kala senja itu sambil menangis. Takdir memang menjemput Senandung Melodi Senja. Tapi semua karyanya disimpan dan menjadi cerita terindah dalam hati orang-orang yang ditinggalkannya. Semua ingatan tentang Sena yang berjuang melawan penyakitnya dengan berani. Semua kisah tentang Sena yang selalu bernyanyi dan menyentuh hati pasien di rumah sakit di hari-hari terakhir hidupnya, semua itu tetap tersimpan rapi di hati Jeandra, Sekar, Sean dan Ayah.


๐Ÿท๐Ÿถ/๐Ÿถ๐Ÿฝ/๐Ÿธ๐“..

โ„๐“ƒ๐’พ ๐“€๐’ถ๐“๐’พ ๐“€๐‘’ ๐“‰๐’พ๐‘”๐’ถ ๐“Š๐“๐’ถ๐“ƒ๐‘” ๐“‰๐’ถ๐’ฝ๐“Š๐“ƒ๐“€๐“Š ๐’น๐’พ โ„›๐“Š๐“‚๐’ถ๐’ฝ ๐“ˆ๐’ถ๐“€๐’พ๐“‰. ๐’œ๐“€๐“Š ๐’ธ๐’ถ๐“…๐‘’๐“€. ๐’ธ๐’ถ๐“…๐‘’๐“€ ๐’ฝ๐’ถ๐“‡๐“Š๐“ˆ ๐“‰๐’พ๐’น๐“Š๐“‡ ๐’น๐‘’๐“ƒ๐‘”๐’ถ๐“ƒ ๐“€๐‘’๐“‰๐’ถ๐“€๐“Š๐“‰๐’ถ๐“ƒ ๐’ถ๐“€๐“Š ๐“ƒ๐‘”๐‘”๐’ถ๐“€ ๐’ท๐’พ๐“ˆ๐’ถ ๐“๐’พ๐’ฝ๐’ถ๐“‰ ๐“‚๐’ถ๐“‰๐’ถ๐’ฝ๐’ถ๐“‡๐’พ ๐“๐’ถ๐‘”๐’พ ๐’ท๐‘’๐“ˆ๐‘œ๐“€ ๐’ถ๐“€๐“Š ๐“‰๐’ถ๐“€๐“Š๐“‰ ๐“€๐’ถ๐“๐’ถ๐“Š ๐’ถ๐“€๐“Š ๐“‰๐’พ๐’น๐“Š๐“‡ ๐’ถ๐“€๐“Š ๐“‚๐‘’๐“๐“Š๐“…๐’ถ๐“€๐’ถ๐“ƒ ๐’ฎ๐‘’๐’ถ๐“ƒ, ๐’ฆ๐’ถ๐“€ ๐’ฎ๐‘’๐“€๐’ถ๐“‡, ๐’ฆ๐’ถ๐“€ ๐’ฅ๐‘’๐’ถ๐“ƒ, ๐’œ๐“Ž๐’ถ๐’ฝ. โ„ฌ๐“Š๐“ƒ, ๐’ฎ๐‘’๐“ƒ๐’ถ ๐“‚๐’ถ๐“Š ๐“…๐“Š๐“๐’ถ๐“ƒ๐‘” ๐’ถ๐’ฟ๐’ถ, ๐“‚๐’ถ๐“Š ๐“€๐‘’๐“‰๐‘’๐“‚๐“Š โ„ฌ๐“Š๐“ƒ๐’น๐’ถ. ๐“‚๐’ถ๐“Š ๐“…๐‘’๐“๐“Š๐“€ โ„ฌ๐“Š๐“ƒ๐’น๐’ถ. โ„ฌ๐“Š๐“ƒ, ๐“‚๐’ถ๐“€๐’ถ๐“ˆ๐’พ๐’ฝ ๐’ท๐“Š๐’ถ๐“‰ ๐“€๐‘’๐“ˆ๐‘’๐“‚๐“…๐’ถ๐“‰๐’ถ๐“ƒ๐“ƒ๐“Ž๐’ถ ๐’ท๐’พ๐“ˆ๐’ถ ๐’ฝ๐’พ๐’น๐“Š๐“… ๐’น๐’พ ๐’น๐“Š๐“ƒ๐’พ๐’ถ ๐’พ๐“ƒ๐’พ, ๐’น๐’พ๐’ท๐‘’๐“ˆ๐’ถ๐“‡๐“€๐’ถ๐“ƒ ๐“ˆ๐’ถ๐“‚๐’ถ ๐‘œ๐“‡๐’ถ๐“ƒ๐‘” ๐“‰๐“Š๐’ถ ๐“€๐’ถ๐“Ž๐’ถ๐“€ ๐’œ๐“Ž๐’ถ๐’ฝ ๐“ˆ๐’ถ๐“‚๐’ถ โ„ฌ๐“Š๐“ƒ๐’น๐’ถ. โ„ฌ๐’พ๐“ˆ๐’ถ ๐“…๐“Š๐“ƒ๐“Ž๐’ถ ๐“€๐’ถ๐“€๐’ถ๐“€ ๐“ˆ๐‘’๐’ฝ๐‘’๐’ท๐’ถ๐“‰ ๐’ฆ๐’ถ๐“€ ๐’ฎ๐‘’๐“€๐’ถ๐“‡.. ๐’ฎ๐’ถ๐“Š๐’น๐’ถ๐“‡๐’ถ ๐“€๐‘’๐“‚๐’ท๐’ถ๐“‡ ๐“ˆ๐‘’ ๐“…๐‘’๐“ƒ๐‘”๐‘’๐“‡๐“‰๐’พ๐’ถ๐“ƒ ๐’ฎ๐‘’-๐’ฎ๐‘’. ๐’Ÿ๐’ถ๐“ƒ ๐’ธ๐“‡๐“Š๐“ˆ๐’ฝ ๐“ˆ๐‘’๐“€๐‘’๐“‡๐‘’๐“ƒ ๐’ฆ๐’ถ๐“€ ๐’ฅ๐‘’๐’ถ๐“ƒ.

๐“€๐’ถ๐“๐’ถ๐“Š ๐’ฏ๐“Š๐’ฝ๐’ถ๐“ƒ ๐“‚๐’ถ๐“Š ๐“…๐’ถ๐“ƒ๐‘”๐‘”๐’พ๐“ ๐’ฎ๐‘’๐“ƒ๐’ถ ๐“ˆ๐‘’๐“€๐’ถ๐“‡๐’ถ๐“ƒ๐‘”. ๐’ฎ๐‘’๐“ƒ๐’ถ ๐“‡๐‘’๐“๐’ถ...

๐“‚๐’พ๐“ƒ๐“‰๐’ถ ๐“‰๐’ถ๐“‚๐’ท๐’ถ๐’ฝ ๐“Œ๐’ถ๐“€๐“‰๐“Š ๐“ˆ๐‘’๐’ฝ๐’ถ๐“‡๐’พ ๐’ถ๐’ฟ๐’ถ, ๐’ท๐“Š๐’ถ๐“‰ ๐“…๐’ถ๐“‚๐’พ๐“‰ ๐“€๐‘’ ๐“‚๐‘’๐“‡๐‘’๐“€๐’ถ

๐’ฏ๐’ฝ๐’ถ๐“ƒ๐“€ ๐“Ž๐‘œ๐“Š.


Surat itu ditemukan Jeandra di jurnal yang selalu ditulisnya bersama dengan Sena. Jeandra bersyukur Tuhan masih memberinya kesempatan untuk menyimpan segala memori dan waktu yang dihabiskan mereka berdua di tahun-tahun terakhir ini. Walau Ia tak sampai mewujudkan impiannya untuk menikahi Sena, tapi setidaknya, ia sudah mendukung Sena semasa hidup gadis itu.

'Kak Jean, entar bisa gantiin gue pidato nggak?' tanya Sean yang masih belum rela kehilangan sosok saudara kembarnya.

'Je, bisa ya. Gue sama Sean belum bisa ngerelain Sena,' pinta Sekar. sementara Ayah masih berdiri di samping peti kayu yang dicat putih, tempat persemayaman terakhir seorang gadis cantik dengan suara indah. Kini, Ayah hanya bisa memandang wajah cantik putrinya dari balik waring putih yang menutup peti itu sementara.

'Ya,' Jeandra menganggukkan kepalanya. Jeandra menyusun kalimat itu di kepalanya, tentang seluruh kisahnya yang tersusun rapih di ingatannya. Jeandra satu-satunya dokter yang menyusun terapi spesial untuk pasiennya, nggak seperti terapi untuk pasien dengan penyakit serupa. semua terapi ini spesial, karena pasien yang dirawatnya juga spesial.

Ibadah pelepasan dan perpisahan dengan mendiang Sena dihelat di salah satu rumah duka dekat rumah sakit tempat sang dara dirawat. banyak kolega ayah datang mengucapkan salam terakhir untuk Sena, begitu pula teman-teman Sena, Sean dan Sekar. Ibadah hari itu berlangsung begitu sedih, semua menitikkan air mata. Begitu pula saat Jeandra menyampaikan obituary, penghormatan terakhir untuk Sena.

โ€œSena, seorang yang kuat dalam kerapuhannya. Saya Hanggara Jeandra Kenandra, dokter yang merawat Sena, juga sahabat dari Sekar, kakaknya Sena. Selama merawat Sena, yang saya lihat, walaupun hatinya diliputi ketakutan, Sena selalu mengutamakan orang lain dan tak pernah egois memikirkan dirinya sendiri.

Sena selalu meminta saya menjaga Sean dan Sekar kalau dirinya sedang takut menghadapi segala kemungkinan yang buruk. Tak pernah sedikitpun sena dengan egois memikirkan tentang dirinya sendiri. Padahal toh sebenarnya nggak salah sekali-kali jadi egois.

Nggak ada orang yang bisa tidak menyukai seorang Senangdung Melodi Senja. Meskipun penyakit ini menggerogoti tubuh dan otaknya, Sena berjuang dan bertahan selama ini. Tak jarang, semalam-malaman ia takut untuk memejamkan matanya, namun Sena terus bertahan, demi semua yang mencintainya.

Saya lega saya bisa ada saat Bunda menjemput Sena kemarin. Di tangan saya, ada lagu-lagu yang saya buat bersama dengan dia semasa terapi berlangsung. Dan ada sebuah lagu yang dinyanyikan sesaat sebelum dirinya berpulang.

Kurang lebih begini liriknya...

๐˜ ๐˜ฉ๐˜ฆ๐˜ข๐˜ณ ๐˜บ๐˜ฐ๐˜ถ๐˜ณ ๐˜ท๐˜ฐ๐˜ช๐˜ค๐˜ฆ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฆ๐˜ฑ ๐˜ค๐˜ข๐˜ญ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฐ๐˜ถ๐˜ต ๐˜'๐˜ฎ ๐˜ด๐˜ญ๐˜ฐ๐˜ธ๐˜ญ๐˜บ ๐˜ญ๐˜ฐ๐˜ด๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜บ ๐˜ฃ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ข๐˜ต๐˜ฉ ๐˜ฏ๐˜ฐ๐˜ธ ๐˜ ๐˜ฐ๐˜ถ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฆ๐˜ฑ ๐˜ฐ๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฉ๐˜ฐ๐˜ถ๐˜ต๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜บ ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฆ ๐˜ฐ๐˜ถ๐˜ต ๐˜๐˜ต'๐˜ด ๐˜ต๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฆ ๐˜ต๐˜ฐ ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ข๐˜ท๐˜ฆ ๐˜'๐˜ญ๐˜ญ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฆ ๐˜บ๐˜ฐ๐˜ถ ๐˜ด๐˜ฐ๐˜ถ๐˜ต๐˜ฉ

Usai lagu itu dinyanyikan, permintaan terakhirnya begini โ€œKak, Sena capek. Sena mau tidur.โ€ sebelumnya Sena takut buat memejamkan matanya. tapi hari itu berbeda, dia minta tidur, dia memejamkan matanya dan nggak bangun lagi.

Terima kasih, Sena. kamu akan selalu kami kenang dalam hati kami.'

Berakhirnya pidato Jean membuat seluruh ruangan meneteskan airmata, mendengarkan kesaksian perjalanan hidup yang begitu menyentuh hati. Hari itu, sebuah bintang paling terang di rasi bintang cancer muncul di langit, bintang terang yang memancarkan cahayanya, menjaga semua yang ia sayangi.


FIN