#π‘Ίπ’‚π’šπ‘΄π’šπ‘΅π’‚π’Žπ’† 𝑺𝒆𝒂𝒏'𝒔 𝑹𝒖𝒔𝒉 𝑯𝒐𝒖𝒓


Usai bertukar pesan dengan Ioannes siang itu, pemuda yang akrab disapa Sean itu nampak tergesa-gesa menyambar tas selempang dan kunci mobilnya. melihat Sean yang panik seperti orang kebakaran jenggot, Juan pun berinisiatif angkat bicara.

'Kok buru-buru, ada apa?' tanya Juan yang menatap sahabatnya dengan tatapan bingung sambil menahan Sean.

'Tania collapse lagi. Dokter udah otw, di rumah ada Mas Bobby, Kak Bian sama Kiano, kata Bang Yoan kondisinya agak serius,' tersirat rona panik di wajah dan mata sang pemuda 178 cm itu.

'Bang, gue ikut.' Sam dan Yoel berujar bersamaan. Jelas banget Sam dan Yoel ikut panik denger kabar tentang teman mereka itu.

'Gue yang setirin, you, stay on the shotgun!' Juan merebut kunci mobil Sean dari tangan sahabatnya.

Akhirnya semuanya bertolak ke rumah Tania siang itu. Sepanjang jalan, Juan bisa denger Sean yang duduk di sampingnya mengumandangkan Doa Bapa Kami dengan lirih sambil menitikkan air mata. Di bangku belakang ada Yoel dan Jonathan yang ikut berdoa sementara Samuel dengan wajah tegangnya menatap ke arah jalan, berharap tak ada yang serius terjadi pada Tania.

Buat Sean, meskipun saat ini Tania belum mengingat sosoknya, tapi gadis itu adalah belahan jiwa, separuh nafas dan tempatnya berpulang. Sean tak bisa membayangkan hidupnya tanpa Tania. Memang, di awal hubungan mereka keduanya nampak canggung dan kaku. Namun, dua tahun belakangan ini, bukan hanya Tania, tapi Sean pun merasa, tanpa kehadiran masing-masing dari mereka, salah satunya nampak seperti orang yang kehilangan arah, tersesat, kosong.


setibanya di rumah Tania, Samuel dan Sean langsung melesat ke kamar Tania, disana Dokter sedang menjelaskan kondisi Tania pada Bobby, Fabian dan Kiano. Sementara Tania masih terbaring, titik-titik peluh membasahi keningnya. keningnya berkerut, alisnya tertaut, seakan sang dara tengah berfikir keras. Dalam tidurnya itu, Tania menggumamkan nama Sean sambil menangis.

Sean yang ada di sana saat itu langsung berlutut di samping ranjang tempat tubuh gadis manis itu berbaring. Ia mengusapkan telunjuknya di pelipis sang gadis, menghapus air mata yang berderai di sana. 'Aku di sini, Tan.' ujar pemuda itu sambil menggenggam tangan Tania. tangannya yang bebas membelai rambut Tania. 'Maafin aku,' lirihnya di telinga sang gadis.

pemandangan itu membuat Samuel menitikkan air mata. Pasalnya Samuel tahu betul Tania dan Sean itu a match made in heaven. Kayaknya, ungkapan itu paling pas untuk menggambarkan Tania dan Sean.

Tepat seusai Sean mengecup kening Tania, sang putri tidur perlahan berhenti menangis dan mengigau. Semua mata tertuju ke arah Tania dan Sean. Kiano dan Fabian pun kaget, pasalnya keduanya Sudah berusaha mencoba mengentikan tangis Tania dengan segala cara. tapi nihil hasil. Sementara pasca kedatangan dan tindakan Sean barusan, semua tangis dan igauan Tania hilang begitu saja.

'Cinta sejati,' bisik Juan sambil menyenggol pundak Samuel pelan.

'Hmm,' Samuel mengangguk dan tersenyum, membuat lesung pipit manis terlukis di pipinya.