#3. Perkara Lemon Madu.

21/04/2015, pulang sekolah

Tiana nampak tengah meregangkan tubuhnya, bersiap mau berlari mengelilingi lapangan atletik yang mengelilingi lapang futsal tempat Tim Futsal yang dipimpin Bintang berlatih. Dari kejauhan, ia bisa melihat sosok Bintang yang berlari kecil mendekat kepadanya.

Ya, kalau kalian masih ingat post-it di loker pagi tadi, keduanya memang bertukar janji mau bertemu sepulang sekolah di lapangan tempat pertama kali Bintang menaruh pandangnya pada Tiana. Rambut Tiana nampak terangkat rapih dalam ikatan ekor-kuda, sementara sang wira nampak mengenakan sebuah bandana berbahan handuk untuk menghalau poninya dari mata dan dahinya.

'Mau kasih apa, Na?' tanya Bintang to the point sembari mendekat ke Tiana.

Tiana hanya menyodorkan sebuah tas tahan dingin yang didalamnya berisi sebotol air madu dingin dan sekotak manisan lemon madu. 'Kemarin mama buat lemon madu sama air madu, thought you'll need it,' Ujar gadis 16 tahun itu.

'Wah, sampein nyokap lo makasih ya. I'll eat this well,' senyum Bintang merekah. Sementara itu, 7 pasang mata lainnya menatap kedua sejoli itu dengan senyum-senyum mencurigakan. Biasa lah, habis ini, Bintang pasti bakal diserang pertanyaan oleh teman-temannya itu.

'Latihan yang bener,' Tiana menepuk bahu lelaki itu.

'Wait for me,' Bintang menyodorkan kepalan tangannya menunggu sang gadis untuk membalas /fist bump/ darinya.

'Jangan tinggalin gue,' pinta Tiana sambil membalas /fist bump/ dari sang adam. Sebenarnya ini mengacu pada ajakan Bintang untuk balik bareng usai sesi olahraga yang mereka lakukan sore itu. Tapi, wajah pemuda 16 tahun itu tiba-tiba memerah mendapati senyum manis lawan bicaranya.

Bintang hanya menggeleng pelan. 'Nggak ditinggal, tunggu ya?’ Bintang tersenyum sambil melambaikan tangan dan berlari kecil ke arah teman-temannya. ———

‘Itu siapa, tang?’ Tanya Shandika sembari tersenyum jahil diikuti kekehan jahil Yori.

‘Cantik, kayak kenal tapi,’ timpal Yesaya.

‘Anak Atletik?’ Yulio ikutan nimbrung.

‘Udah, udah latihan,’ Bintang mengakhiri segala keingin tahuan teman-teman ya.

‘Idih! Buzzkill!!’ Cibir Yori yang masih pemanasan berpasangan sama Shandika.

Setiadi masih menatap gadis yang tengah berlari di lapangan atletik. Ia masih penasaran, soalnya wajahnya tuh familiar banget. Kayak pernah lihat dimana gitu.

“Made, ayo buruan!” Bintang memanggil dari tengah lapangan.

“Kok kayak kenal deh sama cewek itu,” gumam Setiadi sambil berlari ke tengah lapangan.

——

Usai latihan futsal, Bintang langsung mandi di ruang ganti pria dan bergegas menghampiri Tiana yang duduk di pinggir lapangan sepak bola. Yori mengekor dari belakang Bintang, penasaran sama sosok gadis berambut sebahu yang membuat mata seorang Made Setiadi meleng sepanjang latihan tadi.

‘Ana?!” Yori terkaget-kaget mendapati fakta bahwa Tiana lah Gadis yang dari tadi berlari mengelilingi lapangan.

‘Yori?’ Tiana menautkan alisnya bingung.

‘Maaf,’ Yori menunduk.

‘Maaf kenapa?’ Tanya Tiana sambil menatap Yori dengan tatapan bingung.

‘Gue orang terdekat lu, tapi gue seakan gak peduli sama lo,’ Yori tertunduk.

‘Gue nggak apa-apa, Ri. Gue nggak tega ngorbanin temennya Mas Tyo cuma supaya gue terhindar dari mereka. Toh lama-lama gue terbiasa, Ri,’ Tiana menepuk bahu Yori dan tersenyum.

Sebenarnya dibalik senyum itu, Yori menemukan sesuatu yang nggak bisa ia jelaskan. Pokoknya, setiap kali ia melihat senyum Tiana itu, hatinya seakan terasa seperti teriris.

‘Tapi kan seenggaknya kalo gue ada di sisi lu, gue nggak harus ngeliat mereka menciptakan kebohongan ini buat nyiksa lo,’ kilah Yori. ‘Kalo sekarang gue mau ngelindungin lo, sama bintang dan temen-temen gue yang lain, apa ini terlambat?’ Lanjut pemuda 17 tahun itu.

‘Nggak terlambat, kok,’ Tiana tersenyum manis sambil menatap Yori dan Bintang.

Hari itu Tiana hanya datang mengenakan kaos olahraga dan sepasang celana training beserta sepasang sepatu keds untuk latihan lari. Dan Bintang tau kalau teman-temannya akan bertanya soal bekas luka di tangan dara manis itu. Jadi, sebelum semuanya melihat, Bintang langsung menyampirkan jaket bisbol kebanggannya di bahu sang gadis.

‘Dipake yang bener, Na. Dingin.’ Ungkap Bintang yang diikuti dengan anggukan kepala gadis yang masih nampak kaget dengan spontanitas dari pemuda yang sekarang berdiri di sampingnya.

‘So, Capt. What’s the dinner tonight?’ Jordan menimpali setelah semua berkerumun mengelilingi Yori, Bintang dan Tiana.

‘Kenalin ini Tiana,’ Yori mengambil inisiatif untuk memperkenalkan adik dari sahabatnya itu.

‘Tiana?’ Yesaya mengerutkan keningnya. Nama itu seperti tak asing di telinganya. ‘Gue Yesaya. Panggil aja Yesa,’ tukasnya.

‘Gue Made Setiadi, Adi aja panggilnya,’ Setiadi memperkenalkan dirinya.

‘Gue Michael,’ Si jangkung bermata sipit itu memperkenalkan diri dengan cengiran yang membuat kedua matanya hilang.

‘Shandika, panggil aja San,’ Ujar Shandika sambil menunjukkan senyum yang membuat lesung pipit terlukis di kedua pipinya.

'Yulio,' Si jangkung berwajah blasteran itu menampilkan senyumnya yang paling manis.Tiana mengenali sosok Yulio, soalnya Yulio ini selalu disebut-sebut sebagai serbuk berlian ataupun anak sultan se-antero SMA KQ.

[Orangtua Yulio tuh donatur dan pemegang saham terbesar yayasan pendidikan tempat SMA KQ bernaung. Sekolah yang saat ini menaungi tim atletik dan tim futsal tempat kesembilan orang ini bergabung juga merupakan sekolah yang terkenal sebagai sekolah elit dengan gaya hidup paling mewah di seluruh Jakarta. Hampir 90% penghuni sekolah itu merupakan serbuk berlian, alias orang kaya yang hartanya nggak akan habis 7 turunan. Namun, Itu nggak berlaku untuk Tyo dan Tiana yang masuk ke sekolah itu dengan jalur beasiswa karena dianugerahi bakat dalam bidang olahraga dan otak yang encer.]

'𝑺𝒆𝒓𝒃𝒖𝒌 𝒃𝒆𝒓𝒍𝒊𝒂𝒏 𝒎𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒅𝒂 𝒚𝒂, 𝒀𝒐𝒓,' bisik Tiana sembari menyenggol lengan Yori yang langsung ditanggapi dengan kekehan kecil dari sang pemilik nama panggilan itu.

'Jordan, tapi bukan anak NBA. anak futsal,' celetuk Jordan sambil menepuk dadanya. 'Kak Tiana tenang aja, gini-gini gue paling kuat diantara abang-abang ini,' Jordan membusungkan dadanya dengan sombong.

'Sebelom balik, gimana kalo kita ngobrol dulu sambil makan malem. gue lapeer,'usul Yulio yang langsung disambut anggukan dari semua orang termasuk Tiana.