𝑻𝒉𝒆 𝑷𝒓𝒊𝒏𝒄𝒆'𝒔 𝑻𝒓𝒖𝒆 𝑳𝒐𝒗𝒆 by Jace
𝘛𝘳𝘪𝘴𝘵𝘢𝘯 𝘓𝘢𝘻𝘶𝘢𝘳𝘥𝘪 𝘥𝘪𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘥𝘢𝘳𝘪 @𝘭𝘰𝘬𝘢𝘐𝘢𝘯𝘵𝘩𝘦𝘣𝘰𝘺𝘻 (𝘵𝘸𝘪𝘵𝘵𝘦𝘳.𝘤𝘰𝘮/𝘭𝘰𝘬𝘢𝘐𝘢𝘯𝘵𝘩𝘦𝘣𝘰𝘺𝘻) 𝘒𝘢𝘳𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘈𝘴𝘢 𝘓𝘦𝘴𝘵𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘪𝘱𝘦𝘳𝘢𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘑𝘶𝘯𝘨 𝘋𝘢𝘦𝘶𝘯
𝐈𝐧𝐢 𝐤𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐧𝐚𝐭𝐚𝐫𝐢𝐚𝐬 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐨𝐝𝐞𝐥 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐚𝐥 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥. 𝐤𝐞𝐝𝐮𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐧𝐠𝐠𝐚𝐤 𝐭𝐚𝐡𝐮 𝐤𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐝𝐢𝐣𝐨𝐝𝐨𝐡𝐢𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥. 𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐣𝐚𝐮𝐡 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐢𝐭𝐮, 𝐬𝐢 𝐠𝐚𝐝𝐢𝐬 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐣𝐚𝐭𝐮𝐡 𝐡𝐚𝐭𝐢 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐬𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫𝐚𝐧. 𝐛𝐞𝐠𝐢𝐭𝐮 𝐩𝐮𝐥𝐚 𝐬𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫𝐚𝐧.
Setelah lulus SMA, Asa, begitu pemilik nama lengkap Karunia Asa Lestari ini akrab disapa, memilih untuk mendalami kursus make up dan menggeluti dunia kerja sebagai make up artist. Kini gadis 22 tahun itu kerap diundang untuk mendandani model kondang dari seluruh penjuru dunia untuk acara 𝘍𝘢𝘴𝘩𝘪𝘰𝘯 𝘞𝘦𝘦𝘬 nggak hanya Jakarta, tapi ke seluruh penjuru dunia. Bukan cuma di panggung catwalk, Asa juga bergabung dalam tim makeup artist untuk pengantin. Pekerjaan inilah yang memperkenalkan Asa dengan Tristan Lazuardi, pangeran tampan dengan senyum nan menawan.
sebenernya bukan Kiano yang menikah, tapi mamanya Tristan heboh banget. Jam 6 pagi, beliau sudah menghubungi tim make up tempat Asa bernaung. Karena tim inti nya diminta mendandani mempelai wanita, maka Asa ditunjuk oleh pemimpin teamnya untuk datang ke hotel tempat keluarga Tristan menginap dan mendandani mama Tristan. Asa tiba di hotel dan segera beranjak ke kamar yang telah diinstruksikan. Seperti biasa, Asa meletakkan kopor yang berisi alat riasnya diatas meja. dan menata perlengkapannya. kemudian ia memulai mendandani ibunda Tristan.
'Nanti minta pakai bulu mata yang paling mewah, ya,' ujar wanita paruh baya yang tengah didandani Asa.
'Make upnya mau model seperti apa?' tanya Asa dari balik maskernya sembari mulai memulaskan alas bedak di wajah kliennya itu dengan perlahan.
“𝑲𝒐𝒌 𝒓𝒂𝒔𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒏𝒂𝒌 𝒊𝒏𝒊 𝒘𝒂𝒋𝒂𝒉𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒇𝒂𝒎𝒊𝒍𝒊𝒂𝒓 𝒚𝒂,” tutur wanita paruh baya yang masih nampak sangat cantik itu sembari menatap Asa dan mengamati fitur wajah Asa yang nggak ketutup sama masker. 'Biasa saja, jangan terlalu menor,' jawab wanita itu sembari tersenyum.
'Baik bu, nanti tatanan rambutnya seperti apa? mau sanggul apa diurai aja?' tanya Asa, sambil mendandani wajah mama Tristan dengan piawai.
tak lama kemudian, muncul seorang pemuda, kira-kira seusia Asa, dari balik connecting door kamar sebelah. 'Ma, dasi kupu Tristan ada di mama?' tanya pemuda itu. Asa menoleh dan kedua netranya menangkap sesosok pemuda bertubuh jangkung, kira-kira 20cm lebih tinggi darinya. Rambutnya hitam legam, tangannya memegang sepotong roti dan nampak mulutnya tengah megulum roti yang dipegangnya.
Asa tercekat. Nama yang baru saja disebut oleh pemuda tersebut sangat familiar untuknya. “𝑻𝒓𝒊𝒔𝒕𝒂𝒏?” tanya Asa dalam hatinya. Sosok yang amat Asa rindukan. Tapi Asa mencoba menghilangkan pikiran itu dan segera kembali mendandani kliennya itu.
'Oh iya, rambutnya digerai saja, gaun saya simpel aja kok,' wanita itu tersenyum. Ia nampak cukup puas dengan riasan yang baru saja diselesaikan oleh Asa. 'Make up nya bagus, saya suka. Siapa namamu, dek?” tanya ibu itu.
'Asa, bu. permisi saya mulai styling rambutnya ya,' Asa beranjak mendandani rambut hitam panjang sebahu yang sudah mulai beruban itu.
'Asa?' pemuda yang dari tadi duduk menonton ibunda tercintanya didandani oleh Asa angkat bicara. kedua manik coklat sang wira itu nampak berbinar, ada sedikit harap dalam relung hati Tristan kalau cewek yang baru saja menyebut namanya itu adalah gadis yang menjadi pujaan hatinya sejak SMA dulu, dan belum berubah hingga sekarang. Ia nampak berusaha mengingat apa ada nama itu di dalam tumpukan memorinya.
'Asa anaknya Pak Agung?' tanya ibu itu lagi.
'Kok ibu kenal papa saya?' Asa mengerutkan keningnya tanda gadis itu bingung.
Ibu itu terkekeh pelan sembari rambutnya ditata oleh Asa. 'Keluarga kamu dekat dengan kelurga kami. Kamu sering main sama Tristan dan Kiano waktu kecil.'
'Lu kemana aja, Sa?' Tristan bangkit berdiri sembari merengkuh Asa dalam pelukan hangat. Tentu saja setelah gadis itu selesai merias dan menata rambut ibunda tercintanya.
'Kesana-sini. susah jelasinnya, Tan,' Asa melepas maskernya dan membalas pelukan teman kecilnya itu. 'Lu curang!'
merasa punggungnya ditepuk pelan sama Asa, Tristan mengerenyitkan keningnya sambil menatap Asa. 'Curang?' tanyanya bingung.
'Tambah tinggi sendirian,' Asa nyengir.
'Ada apa nih? Kok Kiano nggak diajak?' pemuda 26 tahun bernama Kiano muncul dari pintu yang terhubung dengan kamar sebelah.
'Kak Kiano,' Asa berlari dan memeluk kakak sulung Tristan tanpa aba-aba.
'Asa! apa kabar? kok kamu di sini?' Kiano membombardir Asa dengan pertanyaan.
'Asa dandanin tante. Ini baru selesai. Kalo gitu, Asa beberes dulu deh, kalian pesta dulu aja,' celoteh Asa sembari melepas pelukan singkatnya dengan Kiano dan beranjak ke meja tempat ia menaruh perlengkapan make upnya.
'Nomor HP lo masih sama, Sa?' tanya Tristan, disambut anggukan kepala Asa.
'Kesini naik apa, nak?' tanya mama Tristan.
'Asa bawa mobil, tante. habis ini paling Asa jalan sebentar ke GI atau PI, ada mau beli barang juga,' Asa berujar sembari merapikan semua perlengkapannya.
'Hati-hati ya,' pesan mama Tristan ketika Asa berpamitan padanya.
'pasti tante. sampai ketemu!' Asa melambaikan tangannya sambil menghilang dari balik pintu kamar.
Pertemuan tak terduga itu mendekatkan kembali Asa dan Tristan yang 4 tahun belakangan ini nggak pernah ketemu sama sekali. Mereka sering juga janjian ketemuan di cafe untuk sekedar ngopi bareng dan bertukar pikiran. Tak jarang Tristan datang ke tempat kerja Asa, menunggu sang dara selesai dengan tugasnya.
Asa udah dengar sedikit banyak tentang Tristan dan kerjaan pemuda itu sebagai model dibawah naungan agensi yang cukup ternama dan merupakan salah satu klien terbesar bagi salon tata rias tempat Asa bekerja. tapi nggak terpikir olehnya, bahwa suatu saat Ia akan bertemu Tristan dan berhubungan professional dengan teman sepermainannya itu.
'Asa, mulai hari ini, sampai JFW selesai, kamu bakal pegang makeup buat seluruh stage catwalk Tristan Lazuardi,' ujar Bu Rieke, leader team make-up artist Asa.
Asa takut hari ini akan terjadi. hari dimana dia harus memperlakukan Tristan secara professional dan nggak boleh ada obrolan yang melenceng dari kata pekerjaan diantara mereka. Belum lagi, Asa akan dengan setia menunggu di dressing room yang berarti banyak cowok akan berseliweran di sana dan pemandangan yang mungkin ingin-tak ingin dilihatnya bakal terpampang dihadapannya.
'Ya, bu,' Asa akhirnya mengangguk. sambil mohon diri untuk pergi ke ruang penyimpanan alat-alat make up.
Gadis itu kemudian merapikan case make-up nya yang cukup besar itu di dalam ruang penyimpanan make up. tanpa sadar ada orang lain yang memecah kesunyian. langkah kakinya terdengar semakin mendekat. tapi bukan langkah kaki khas Bu Rieke dan stiletto-nya. Bukan pula Rinda dengan bunyi sepatu high-heels nya. ini suara langkah yang sangat dikenalnya. langkah kaki optimis, wangi parfum yang dominan dengan bau vanilla, cinnamon, sandalwood dan musk. Tristan.
'Tan, kok lo boleh masuk sini?' tanya Asa sembari menoleh.
'Tadi gue tanya Bu Rieke dimana cari lu, gue kangen,' Jawab Tristan sembari terus memotong jarak diantara mereka. sementara itu Asa nggak bisa mundur lagi, dia udah nempel dengan meja yang ada di depan rak penyimpanan.
'Tan,' Asa menahan napasnya. Jantungnya berdegup kencang rasanya kayak udah mau mencolot keluar dari tulang-tulang rusuknya lah.
'Diem di situ, gue yang kesana,' Tristan berujar sembari berjalan mendekat ke arah Asa.
Asa membalik badannya supaya Tristan nggak melihat wajahnya yang udah mulai blusheu-blusheu. Tapi rasanya degup jantungnya yang nggak teratur itu pasti ketahuan juga oleh si ganteng yang semakin mendekat.
'Udah cukup kita kepisah 4 tahun, Sa. Gue nggak mau lagi lo jauh-jauh dari gue,' Tristan kemudian memeluk tubuh Asa yang 20 cm lebih pendek darinya itu.
'Tristan jahat,' Asa mendorong tubuh Tristan menjauh sedikit darinya.
'Kok jahat?' Tristan menatap Asa bingung sembari menautkan alisnya.
'Soalnya gue nggak bisa nafas, jantung gue nggak karuan. lu mau gua kena serangan jantung?' cicit Asa dalam gumaman yang masih terdengar jelas oleh telinga pria berkulit porselen di hadapannya.
Tristan terkekeh sambil mengacak rambut Asa pelan. 'Udah yuk, rapi-rapinya besok lagi, JFW nya kan masih besok-besok. Gue laper,' Tristan merajuk.
'Lu tunggu sebentar, gue mau menstabilkan jantung ini sebelum gue meninggal gara-gara tingkah lu,' Ungkap asa sembari mencubit pinggang Tristan.
'ADUH ASAAAAA, SAKIIIT!' Tristan mengaduh sambil menepuk bahu Asa pelan.
'Makannya lain kali nggak usah bikin orang jantungan,' ujar Asa sembari mendorong tubuh tegap Tristan ke arah pintu dan menyuruhnya menunggu di luar.
Sementara itu, di lain sisi, ada pertemuan rahasia antara kedua orang tua Tristan dan kedua orang tua Asa. Apa yang sedang mereka bicarakan di malam seperti ini, sembari menikmati kudapan mewah di sebuah restoran michellin di bilangan ibu kota. pokoknya, inti percakapan kedua pasangan paruh baya itu menyangkut kedua muda-mudi yang baru saja menginjakkan kaki mereka keluar dari salon tata rias menuju ke sebuah restoran pasta di dekat sana.
mencurigakan bukan?
kita lihat di part 2 ya,
ceritanya masih bersambung di part 2.